Advertisement
Semakin Paham Literasi Keuangan, Semakin Kuat Ekonomi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Masyarakat Indonesia perlu semakin meningkatkan literasi keuangan. Pada akhirnya nanti, kemampuan itu bisa untuk menguatkan ekonomi dan kesejahteraan.
Di momen yang bertepatan dengan Hari Keuangan Nasional yang jatuh setiap 30 Oktober, mengingatkan kita untuk semakin paham literasi keuangan. Meningkatnya literasi keuangan, harapannya membuka potensi penguatan ekonomi.
Advertisement
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto (ITSK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hasan Fawzi, mengatakan pentingnya literasi keuangan digital yang berperan sebagai fondasi dalam membangun Indonesia produktif. “Karena tanpa pemahaman yang memadai, transformasi digital yang seharusnya dimaksudkan untuk mempermudah justru dapat menimbulkan tantangan baru,” kata Hasan, beberapa waktu lalu.
Perkembangan transformasi digital, khususnya layanan keuangan berbasis teknologi, terus melesat pesat. Fenomena ini harus berkontribusi positif terhadap ekonomi. Sehingga diperlukan peningkatan literasi keuangan digital sebagai fondasi dalam membangun Indonesia yang lebih produktif.
Perlu Paham Pengelolaan Keuangan
Anak muda, terutama yang baru bekerja, diimbau memahami pengelolaan keuangan. Hal ini agar mereka terhindar dari layanan pinjaman online (pinjol) ilegal. Bebas dari pinjol membuat perencanaan masa depan semakin tertata.
Faculty Head Sequis Quality Empowerment Sequis Training Academy of Excellence, Yan Ardhianto Handoyo, mengatakan mengerti dan mampu menjalankan perencanaan keuangan dengan disiplin akan menolong seseorang mampu mengelola pendapatan, terbiasa menabung, hingga paham akan investasi yang formal.
“Kemampuan itu juga bisa membuat seseorang terhindar dari keputusan impulsif seperti mengambil pinjaman untuk bersenang-senang, terhindar dari pinjaman online dan judi online serta lebih memungkinkan dapat merencanakan masa depan," kata Ardhianto.
Ardhianto menyoroti salah satu masalah keuangan yang terjadi pada masyarakat adalah meminjam uang kepada pinjol ilegal. Bunga yang sangat tinggi dan denda tidak transparan adalah beberapa ciri dari pinjol ilegal.
Ketidaktahuan tentang risiko pinjol ilegal sejak awal, lanjut Ardhianto, sangat berbahaya. Hal tersebut bisa merusak produktivitas dan menghancurkan hubungan sosial. Praktik pinjol ilegal pada umumnya adalah menghubungi orang-orang yang kenal dengan debitur untuk menagih pinjaman.
Milenial Paling Tanggung dalam Ketahanan Finansial
Kelompok umur milenial di Asia memiliki ketahanan finansial tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Namun perencanaan finansial milenial belum sampai jangka panjang, baru dalam setahun ke depan.
Temuan ini berdasarkan laporan dari Sun Life Assurance Company of Canada bertajuk The Sun Life Asia Financial Resilience Index 2023. Mengambil 8.000 sampel dari delapan negara, termasuk di Indonesia, generasi milenial dianggap tangguh secara finansial. Salah satu faktor kelompok yang lahir tahun 1981 hingga 1996 ini tangguh secara finansial, lantaran mengalami masa transisi revolusi digital, resesi besar, dan pandemi.
Kelompok usia ini lebih penasaran dan berhati-hati melihat kondisi dan perkembangan zaman, termasuk dalam memahami dan menggunakan alat keuangan. Chief Client and Distribution Officer, Asia, David Broom, mengatakan milenial lebih banyak bersedia meneliti berbagai situasi dibandingkan generasi lain.
“Mereka juga memilikinya kepercayaan diri yang lebih besar terhadap literasi keuangan dan kemampuan mereka mengelola keuangan mereka dalam jangka pendek dan panjang,” katanya dalam laporan.
Optimisme generasi milenial terhadap masa depan finansial dapat mencerminkan tren yang muncul di masyarakat Asia, seperti menunda pernikahan dan mengubah kebiasaan merawat orang tua lanjut usia. Dibandingkan dengan sandwich generasi (dicirikan sebagai orang yang bertanggung jawab secara finansial untuk anak-anak, orang tua lanjut usia, dan diri mereka sendiri pada saat yang sama waktu), generasi milenial menjalani gaya hidup yang lebih individualistis. Dampaknya, milenial lebih memungkinkan tangguh secara finansial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bergabung dengan BRICS, Indonesia Disebut Bisa Mempercepat Perjanjian Bilateral
- Peran Penting PAFI Papua Tengah Meningkatkan Akses Obat dan Layanan Kesehatan di Daerah Terpencil
- Pedagang Banyak yang Menolak Uang Tunai, Rupiah Seolah-olah Kehilangan Nilai
- Asosiasi Tekstil Usul Pemerintah Menunda Kenaikan PPN 12%
- Cek Harga Pangan Hari Ini, Selasa 15 Oktober, Harga Daging Ayam Naik
Advertisement
Universitas Siber Muhammadiyah Luncurkan AISA, Inovasi AI untuk Masa Depan Pendidikan Digital
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Sejarah Panjang Sritex (SRIL) yang Kini Dinyatakan Pailit
- Kemenhub dan KBUMN Koordinasi Untuk Efisiensi Biaya Logistik di Sektor Transportasi
- Punya Peran Strategis, PAFI Pengurus Cabang Singkawang Terus Melakukan Edukasi Soal Obat-obatan ke Masyarakat
- Pemerintah Mau Hapus Utang Petani Hingga UMKM, Pakar UGM: Kuncinya Pendampingan
- MMTC Media By Alpha Corp Gelar Karya Simulasi 2024
- Impor Kedelai Bakal Dikurangi, Pemerintah Ingin Swasembada
- Mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong Tersangka Korupsi Impor Gula
Advertisement
Advertisement