Advertisement
Prediksi Tren Pariwisata DIY di 2025, Pengalaman Budaya hingga Wellness Tourism Bakal Disukai Wisatawan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM), Destha Titi Raharjana mengatakan tren pariwisata DIY pada 2025 akan mengarah ke cultural immersion atau pengalaman budaya yang mendalam, health and wellness tourism, dan ecotourism atau wisata ramah lingkungan.
Kemudian aktivitas luar ruangan dan petualangan, liburan di tempat yang sejuk, serta digital nomad friendly destinations, artinya wisatawan sembari liburan tetap bisa bekerja dari jarak jauh. Menurutnya peluang untuk merespon tren pariwisata ini menjadi sebuah keniscayaan bagi DIY.
Advertisement
"Jika mencermati perkembangan global dan nasional, tentu saja sektor kepariwisataan di DIY akan terpengaruh," ucapnya, Senin (6/1/2025).
Destha mengatakan setidaknya ada 7 aspek yang perlu digenjot tahun ini. Di antaranya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, tersertifikasi dan profesional dibidangnya. Dukungan layanan teknologi informasi yang lebih memadai. Layanan dan kemudahan akses menuju ke destinasi wisata.
Kemudian, kesiapan dan penerimaan masyarakat di masing-masing daya tarik wisata. SDM pemandu wisata yang profesional. Kualitas layanan makan minum yang memenuhi standar kesehatan, kebersihan dan rasa bersaing. Dan kebenaran informasi dan garansi layanan yang diberikan sesuai dengan promosi yang ditawarkan.
"Jangan membuat kecewa wisatawan," ujarnya yang juga menjadi Pegiat wisata kerakyatan di Desa Wisata Institute Yogyakarta.
Evaluasi Pariwisata DIY 2024
Perkembangan pariwisata DIY pada 2024 ia sebut secara umum bergerak kearah yang lebih menggembirakan. Kedepan berpeluang untuk lebih dikembangkan, meski terdapat ancaman di dalamnya.
Peluang besar tersebut seiring dengan adanya akses Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo serta akses jalan tol yang tengah dibangun. Dipastikan akan semakin mendorong pergerakan wisatawan ke DIY dan sekitarnya.
BACA JUGA: Quality Tourism Hingga Promosi Wisata DIY ke Luar Negeri Perlu Digenjot Tahun Ini
Sementara tantangannya adalah kesiapan dan inovasi produk wisata yang ditawarkan di wilayah DIY. Kualitasnya harus ditingkatkan lagi. Selain kenaikan kunjungan, hal lain yang perlu diperjuangkan lagi adalah menahan lama tinggal wisatawan atau length of stay.
"Dibutuhkan diversifikasi daya tarik wisata, inovasi layanan bagi wisatawan agar mereka semakin betah tinggal di Yogyakarta," jelasnya.
Ia mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY terus melakukan penataan fasilitas ruang publik, seperti di Malioboro, pengembangan daya tarik di Museum Vredeburg, dan inovasi yang dijalankan museum milik Keraton Yogyakarta. Diharapkan bisa menambah pengalaman baru bagi pengunjung.
Lebih lanjut dia mengatakan di outer ring road, bertumbuh wisata buatan milik swasta di pinggiran, seperti Sleman dan Gunungkidul. Ini bisa memecah konsentrasi wisatawan, sehingga tidak menumpuk di ring 1 Kota Jogja.
Ketersediaan akses memudahkan wisatawan melakukan perjalanan lintas destinasi. Meskipun keterjangkauan dengan transportasi publik masih belum maksimal.
Pengembangan desa wisata berbasis masyarakat ia sebut sebut performanya sangat prima. Terbukti dengan masuknya 2 desa wisata dalam 50 besar anugerah desa wisata Indonesia 2024, yakni desa Jatimulyo di Kulonprogo dan desa wisata Krebet di Bantul.
Kemudian ada dua desa wisata yang dinilai telah mampu menjalankan program desa wisata berkelanjutan sehingga menerima penghargaan sebagai desa wisata berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata, yakni desa wisata Sambirejo, dan Kampung Wisata Rejowinangun.
"Ada juga pengakuan dunia lewat ajang Best Tourism Village versi PBB, yang diberikan kepada desa wisata Wukirsari, Bantul."
Destha menyebut banyaknya event dan festival di DIY menambah tawaran bagi wisatawan yang menjadwalkan berwisata ke DIY. Mulai dari event budaya, kesenian, otomotif, konferensi, music, ataupun sport tourism.
"Kedepannya masih berpeluang [untuk] digarap secara serius," lanjutnya.
Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto mengatakan mau tidak mau suka tidak suka quality tourism adalah harga mati. Ia menyebut industri selalu menyampaikan mengenai hal ini meskipun belum dikerjakan bersama oleh stakeholder pariwisata lainnya.
Tujuannya agar pariwisata DIY segera mengimplementasikan quality tourism sebagai upaya menggerakan sustainable tourism. GIPI DIY berharap ada keseriusan dan langkah konkrit dari Pemda DIY, bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Pemerintah Kota (Pemkot) untuk memprogres hal tersebut.
"Keterbatasan wilayah di DIY dan terbuka lebarnya infrastruktur dan akses masuk ke Yogyakarta, selected market menjadi langkah bijak," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
- Harga Bawang Merah Masih Tinggi di Level Rp42.528 per Kilogram
- Shopee Tambah Beban Baru Biaya Transaksi untuk Seller
- Taksi Terbang EHang 216-s Dipamerkan, Raffi Ahmad Ingin Bisa Jadi Opsi Pariwisata Nasional Baru
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Viral Parkir Mobil di Bandara Intenasional Lombok Pakai QRIS Kurang dari 1 Jam Rp360.000
- Kementerian Keuangan Sebut Pajak Penjual Online Bukan Hal Baru, Ternyata Tidak Semuanya Kena
- Indonesia Mengekspor 98 Ton Produk Perikanan Senilai Rp28 Miliar ke Thailand dan Amerika Serikat
- Harga Emas Minggu 29 Juni 2025: Tren Penurunan Harga Jual
- Pemerintah Pastikan Tarif Dasar Listrik Non Subsidi Tidak Naik, Ini Daftar Harganya
- Harga Emas UBS dan galeri24 di Pegadaian Turun Drastis, Rp1.863 Juta per Gram
Advertisement
Advertisement