Advertisement

Pakar Energi UGM Sebut Konflik Iran-Israel Berdampak ke Ekonomi Indonesia

Anisatul Umah
Rabu, 18 Juni 2025 - 07:17 WIB
Ujang Hasanudin
Pakar Energi UGM Sebut  Konflik Iran-Israel Berdampak ke Ekonomi Indonesia Bendera Israel dan Iran. Ist - x /

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebut serangan hari pertama Israel terhadap Iran menyebabkan harga minyak dunia naik signifikan. Pada Jumat 13 Juni 2025 harga minyak mentah Brent naik 13 persen menjadi 78,50 dolar AS per barel, kenaikan tertinggi sejak Januari 2025.

Menurutnya sebagai net-importer kenaikan harga minyak dunia pasti akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Kalau eskalasi konflik Israel-Iran meluas, tidak bisa dihindari harga minyak dunia akan melambung, bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas 100 dolar AS per barrel.

Advertisement

"JP Morgan memperkirakan harga minyak dunia bisa melonjak hingga 130 dolar AS per barel jika eskalasi perang meluas hingga Iran menutup Selat Hormuz, yang menjadi lalu lintas pengangkutan minyak dunia," kata Fahmy, Selasa (17/6/2025).

Ia menjelaskan, dalam kondisi seperti ini pemerintah dihadapkan pada dilema penetapan harga BBM di dalam negeri. Kalau harga BBM subsidi tidak dinaikan, beban APBN akan membengkak. Di samping itu, kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM.

BACA JUGA: 24 Orang Tewas, 370 Rudal Iran Hujani Israel Selama Operasi Rising Lion

Fahmy menjelaskan kondisi akan berujung ke pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, yang sempat menembus Rp17.000 per dolar AS. "Kalau harga BBM Subsidi dinaikan, sudah pasti akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat dan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Dia meminta dalam kondisi ketidakpastian ini, pemerintah sebaiknya bersikap realistis dengan mengantisipasi penetapan harga BBM subsidi berdasarkan indikator terukur. Kalau harga minyak dunia masih di bawah 100 dolar AS per barel, harga BBM subsidi tidak perlu dinaikan.

"Namun, kalau harga minyak dunia di atas 100 dolar AS per barrel, pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM subsidi, agar beban APBN untuk subsidi tidak memberatkan," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Update Kasus Mbah Tupon, Kapolda DIY: Tiga Tersangka Ditahan Hari Ini

Jogja
| Rabu, 18 Juni 2025, 12:17 WIB

Advertisement

alt

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI

Wisata
| Jum'at, 06 Juni 2025, 16:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement