Advertisement
Ekonom UGM Jelaskan Soal Tarif Nol Persen Produk AS yang Disebut Bisa Menurunkan Harga Migas

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengatakan tidak yakin jika implementasi tarif impor nol persen untuk produk dari Amerika Serikat (AS) bisa menurunkan harga minyak dan gas (Migas) domestik. Menurutnya selain biaya masuk, biaya logistik juga harus dipertimbangkan.
Ia mengatakan selama ini Indonesia beli BBM dari Singapura, lebih dekat dan biaya logistiknya lebih murah. Faktor lainnya jika minyak yang dibeli dari AS secara spesifikasinya tidak sesuai dengan kilang di Indonesia perlu dilakukan penyesuaian, dimana hal ini butuh tambahan biaya.
Advertisement
"Jadi untuk energi saya gak yakin bahwa pengenaan nol persen bisa membuat lebih murah," ucapnya, Selasa (29/7/2025).
Fahmy mengatakan untuk tahu apakah harga energi dari AS kompetitif perlu dibandingkan dengan negara lain. Dia menjelaskan mungkin saja lebih murah, tapi biaya logistik harus dipertimbangkan karena masuk dalam pembentukan harga.
Menurutnya selama ini BBM yang dibeli dari Singapura sudah di blending, karena Pertalite tidak ada dipasaran. Lalu yang menjadi pertanyaan, kata Fahmy, BBM dari AS akan di blending di mana dan ada potensi lebih mahal dari Singapura dan Timur Tengah.
"Sepengetahuan saya ini pertama [impor energi dari AS] barangkali biaya lebih mahal. Tapi karena dipaksa Trump agar tarif 19 persen," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan harga BBM khususnya non subsidi ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar. Dan variabel utama dalam menentukan harga BBM non subsidi adalah harga minyak dunia, inflasi, dan kurs. Oleh karena itu dia menduga harga BBM non subsidi tidak akan terpengaruh impor dari AS dengan tarif nol persen.
Sementara yang subsidi jika harganya lebih murah akan mengurangi beban subsidi. "Tapi kalau biayanya lebih mahal ya itu menambah beban subsidi."
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keberhasilan negosiasi penurunan tarif resiprokal AS untuk Indonesia menjadi 19% diprakirakan akan menopang kinerja sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur.
"Di sisi lain, implementasi tarif impor nol persen atas produk asal AS diprakirakan mendorong harga produk Migas dan pangan domestik lebih rendah," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ekonom Minta Pemerintah dan BPS Menaikkan Acuan Garis Kemiskinan Sesuai Bank Dunia
- Berkat Sydney Sweeney, Saham American Eagle Melonjak
- Harga Emas di Pegadaian, Senin (28/7/2025) Stabil
- Pemerintah Bakal Kenakan Pajak Aset Kripto, Aturan Segera Terbit
- Harga Emas di Pegadaian, Minggu (27/7/2025), Kompak Turun
Advertisement
Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Ini, Rabu 30 Juli 2025
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- Harga Cabai Rawit Merah Rp65.000 per Kg, Bawang Merah Rp50.000 per Kg
- Ekonom Sebut Persentase Penurunan Penduduk Miskin DIY Relatif Lambat, Ini Penyebabnya
- LPS Jamin 636 Juta Rekening Bank Umum
- Duet Arsenio danCRF250R, Bidik Podium di Putaran Ketiga Kejurnas Motocross
- ACC Danaku Komitmen Jadi Solusi Finansial untuk Semua Kebutuhan
- Astra Motor Yogyakarta Peduli Pendidikan Bahasa Melalui Program Astra Motor EduLife Bersama Yayasan LIA
- Astra Motor Gagas Program Pendidikan dan Lingkungan untuk Tumbuhkan Karakter Gen-Z di SMA Negeri 1 Gianyar
Advertisement
Advertisement