Advertisement
Pengakuan FAO atas Salak Bali Buka Peluang Agrowisata Dunia
Foto ilustrasi Salak / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, ROMA—Pengakuan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture Organization (FAO) terhadap sistem agroforestri salak Bali sebagai warisan pertanian dunia (Globally Important Agricultural Heritage Systems/GIAHS) diharapkan memperluas peluang kolaborasi internasional dalam riset, agrowisata, serta pengembangan produk pertanian berkelanjutan Indonesia.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Deputi Direktur-Jenderal FAO Godfrey Magwenzi kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia Muhammad Taufiq Ratule.
Advertisement
“Pemerintah Indonesia berkomitmen menjaga dan mengembangkan lanskap warisan pertanian ini agar terus memberikan manfaat bagi masyarakat, memperkuat ketahanan sistem pangan, serta menjadi ruang pembelajaran bagi pertanian berkelanjutan berbasis kearifan lokal,” ujarnya, Sabtu (1/11/2025).
Ia mengatakan sistem agroforestri salak Karangasem adalah hasil kerja bersama petani, lembaga desa adat, akademisi, pemerintah daerah dan pusat, serta FAO.
BACA JUGA
Kabupaten Karangasem dikenal sebagai sentra salak terbesar di Bali, dengan produksi 24.972 ton pada tahun 2024. Sistem tersebut melibatkan sekitar 2.800 petani di Desa Adat Sibetan yang menjaga lebih dari 12 varietas lokal salak.
Aturan adat setempat (awig-awig) melindungi lahan pertanian dari alih fungsi serta membatasi penjualan lahan kepada pihak luar, memastikan keberlanjutan sistem agroforestri secara turun-temurun.
“Kami menyambut kolaborasi internasional, berbagi pengetahuan, serta dukungan teknis untuk memperkuat GIAHS di Indonesia dan mendorong penetapan situs GIAHS lainnya di masa mendatang,” kata Muhammad Taufiq Ratule.
Sekretaris Daerah Karangasem I Ketut Sedana Merta menyebut pengakuan global tersebut sebagai penghormatan terhadap pengetahuan leluhur dan pengelolaan lahan yang telah menjaga keanekaragaman hayati dan keberlanjutan lingkungan selama berabad-abad.
Ia berharap penghargaan tersebut dapat membuka peluang kolaborasi internasional, memperkuat kemitraan publik-swasta-komunitas dalam agrowisata, pengembangan produk turunan, riset pertanian, dan konservasi keanekaragaman hayati.
“Di tengah tantangan alih fungsi lahan, menurunnya minat generasi muda dalam bertani, serta perubahan iklim, pengakuan GIAHS ini menjadi dorongan untuk terus berinvestasi pada petani dan praktik berkelanjutan mereka,” ucap I Ketut Sedana Merta.
Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal menegaskan pentingnya GIAHS sebagai model ketahanan iklim dan transformasi sistem pangan.
“Komunitas di berbagai wilayah Indonesia memiliki sistem pertanian tradisional berharga yang dapat menjadi solusi adaptasi iklim. FAO siap mendukung Indonesia menjaga situs GIAHS pertamanya dan mendorong penetapan situs-situs berikutnya,” tutur Rajendra Aryal.
Dalam GIAHS Award Ceremony 2025 yang digelar di Roma, Italia, sistem agroforestri salak Bali ditetapkan sebagai salah satu dari 28 sistem warisan pertanian baru dari 14 negara, termasuk Brazil, China, Ekuador, Iran, Italia, Jepang, Korea, Meksiko, Maroko, Spanyol, Thailand, dan Tunisia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
- Cek Harga Sembako Hari Ini, Cabai Rp39 Ribu, Telur Rp31 Ribu
- Kemnaker Siapkan Perpres Ojol, Tekankan Aspek Keadilan Kerja
Advertisement
DIY Jadi Magnet Baru Klub Super League untuk Pemusatan Latihan
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Pakar UMY Bilang Pelarangan Thrifting Butuh Masa Transisi
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam Turun, UBS dan Galeri24 Naik
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- Ekonom Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Menguat
- Garuda Indonesia Dorong Pengembangan SDM lewat Program Magang
- Pengakuan FAO atas Salak Bali Buka Peluang Agrowisata Dunia
Advertisement
Advertisement



