Advertisement

Inovasi Dunia Pertanian, Sirup Kemangi dari Petani Keren di Lampung

Newswire
Sabtu, 02 Agustus 2025 - 20:17 WIB
Maya Herawati
Inovasi Dunia Pertanian, Sirup Kemangi dari Petani Keren di Lampung Produk inovasi hasil turunan pertanian berupa sirup kemangi buatan generasi muda Petani Keren Lampung. ANTARA - Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Advertisement

Harianjogja.com, BANDARLAMPUNG—Melalui program Peteni Keren, 31 petani muda dengan rentang usia 19-31 tahun tersebut berkumpul bersama di Gedung Kwarda Pramuka Lampung untuk berdiskusi demi membuat inovasi di bidang pertanian melalui pelatihan Petani Keren.

Pelatihan itu merupakan program yang diadakan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO).

Advertisement

Pelatihan intensif pertanian dan wirausaha tani bagi pemuda-pemudi tersebut di lakukan di Provinsi Lampung, sebab Sai Bumi Ruwa Jurai ini merupakan rumah bagi populasi petani terbesar kelima di Indonesia dengan jumlah petani sampai 1,3 juta orang, serta sebagai daerah penghasil komoditas pertanian seperti padi, singkong, dan jagung.

Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, petani di Lampung yang berusia 19-39 tahun hanya 25 persen. Hal ini menunjukkan ada gejala penuaan usia petani di Lampung. Tidak hanya itu, hampir dari separuh petani di sana belum mengadopsi teknologi pertanian dan masih menggunakan alat pertanian sederhana.

Melalui Program Petani Keren, 31 anak muda Lampung mengikuti pendidikan dan pelatihan lapangan selama 40 hari. Mereka belajar tentang sistem pertanian inovatif, kewirausahaan, memetakan potensi pasar produk pertanian, pertanian ramah lingkungan serta berteknologi tinggi, memitigasi dampak perubahan iklim, dan mengolah tanaman menjadi produk bernilai tambah untuk membentuk agribisnis yang menghasilkan profit.

Semua itu untuk meningkatkan keinginan pemuda menjadi petani serta menjadikan pertanian menarik bagi anak muda.

Cerita ketertarikan anak muda untuk jadi petani milenial yang menyajikan tanaman dari ladang menjadi produk bernilai ekonomis sampai ke meja konsumen di ceritakan melalui terbentuknya inovasi sirup kemangi.

Agus Suprianto, pria yang lahir pada 1994, menjadi salah satu perwakilan anak muda asal Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus yang ikut serta dalam pelatihan Program Petani Keren menunjukkan sebuah botol 100 miligram berisi cairan berwarna hijau pekat. "Ini adalah salah satu produk yang kami hasilkan dari kegiatan Petani Keren," kata Agus.

Itu adalah sirup kemangi, yang berbahan dasar dari daun kemangi yang tanamannya banyak ditemukan di Lampung. Daun kemangi selama ini hanya dikonsumsi untuk lalapan dan oleh anak-anak muda itu dijadikan sirup sebagai suatu inovasi  produk turunan dari kemangi.

Agus terlihat bersemangat sembari menunjukkan sirup kemangi yang saat dikecap memiliki citarasa segar layaknya daun mint, terlebih lagi saat tercampur dengan air es serta sesendok madu.

Kemangi itu bukan dibeli pasar, ataupun dipetik sembarangan dari ladang orang. Daun lalapan itu merupakan hasil permaculture, sebuah sistem pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi yang menggabungkan prinsip pertanian organik dengan pendekatan holistik.

Sirup kemangi itu memiliki komposisi 100 persen sari daun kemangi rebus. Daun itu  diperas serta diekstrak layaknya membuat cincau hijau, kemudian disaring untuk memisahkan ampas dengan cairan ekstrak daun kemangi.

Ia bersama rekan-rekan Petani Keren lainnya telah berkomitmen untuk membagikan ilmu pertanian yang mudah, tatacara pengelolaannya hingga proses penjualannya kepada warga desa di desa masing-masing.

"Kebetulan di desa saya juga mengelola koperasi desa, tentunya sirup ini akan diajarkan ke masyarakat agar mereka bisa memproduksi. Nanti produknya bisa dibantu pemasarannya lewat koperasi, sebab kalau melalui koperasi kepengurusan administrasi seperti izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) akan lebih mudah," ujar Agus.

BACA JUGA: Daftar Hiburan Festival Kamardikan Sepanjang Agustus di DIY

Kemahiran para pemuda itu mengelola tanaman menjadi produk turunan yang unik dan meningkatkan ketertarikan anak muda untuk bertani tidak lepas dari peran seorang seniman pangan Etih Suryatin, wanita yang dikenal luas karena mengelola berbagai bahan pangan alami menjadi produk makanan.

Para petani milenial yang tergabung dalam Petani Keren diajarkan untuk dapat mengidentifikasi sumber bahan pangan lokal yang memanfaatkan tren pasar agrikultur, dan memetakan pasar produk serta inovasi produk yang sesuai dengan standar keamanan pangan.

Produk Turunan

Lampung, dengan potensi rempah dan bahan pangan lokal melimpah, dapat menghasilkan berbagai macam produk turunan untuk mendukung keberadaannya sebagai provinsi gastronomi yang tersohor, dengan berbagai produk pangan lokal hasil petani muda yang tidak hanya lezat, menarik, sehat, dan layak dijadikan sebagai buah tangan.

"Sekarang ini trennya adalah hidup sehat. Orang mulai suka minum teh atau minum-minuman herbal. Jadi kemangi ataupun limbah dari cengkeh bisa dikelola menjadi minuman herbal kekinian yang menjaga kesehatan konsumen," ujar Etih.

Dari sisi pengelolaan, bahan pangan lokal kolaborasi antara seniman pangan dan petani milenial itu dapat menjadi salah satu inovasi yang memperkuat rantai ekonomi produk lokal untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Untuk meningkatkan minat anak muda mau terjun menjadi petani dalam upaya mendukung keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia, FAO dengan pemerintah pun tengah mempersiapkan masuknya kurikulum pertanian untuk masuk dalam pendidikan formal.

Menurut perwakilan FAO untuk Indonesia and Timor Leste Rajendra Aryal,  kurikulum mengenai pertanian menjadi sarana mengenalkan pentingnya pertanian ke anak sejak dini, sehingga ketertarikan terjun ke sektor pertanian telah dipupuk sejak kanak-kanak.

Namun kurikulum pertanian tersebut untuk sementara ini belum akan diterapkan secara formal dalam pendidikan, melainkan dilakukan melalui ekstrakurikuler Pramuka.

Berbagai upaya itu dilakukan untuk menarik perhatian generasi muda agar lebih berani, tertarik serta memiliki keinginan untuk mengusahakan lahan pertanian. Serta menghasilkan beragam produk turunan pertanian untuk mendukung ekonomi desa, dan mengurangi keterpurukan sektor pertanian karena sumber daya manusia yang menua serta kurang mengaplikasikan teknologi pertanian modern.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Dapat Amnesti dari Presiden, Delapan Narapidana di DIY Langsung Bebas

Dapat Amnesti dari Presiden, Delapan Narapidana di DIY Langsung Bebas

Jogja
| Sabtu, 02 Agustus 2025, 21:57 WIB

Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa

Wisata
| Sabtu, 02 Agustus 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement