Advertisement
Petani Seret Modal Produksi Anjlok, 9 Industri Kakao Nasional Tutup
Tanaman Kakao / Ilustrasi Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap sembilan industri pengolahan kakao tutup akibat kelangkaan bahan baku dan melonjaknya harga biji kakao dunia sejak tahun lalu.
Center of Reform on Economics (Core) menyebut penurunan produksi biji kakao dalam negeri disebabkan oleh keterbatasan modal yang diberikan kepada petani. Pengamat pertanian dari Core Indonesia Eliza Mardian mengatakan tantangan terbesar petani kakao saat ini masih terkait produktivitas yang rendah.
Advertisement
Dia mengungkap, produktivitas kakao dalam negeri masih rendah dan hanya di kisaran 500–700 kilogram per hektare per tahun, masih jauh di bawah rata-rata potensinya yang sebesar 2.000 kilogram per hektare per tahun.
Selain itu, lanjut Eliza, produksi kakao Indonesia cenderung menurun karena sejumlah faktor, termasuk tanaman tua atau tidak produktif, serangan hama penyakit, perubahan iklim, dan degradasi kesuburan tanah.
BACA JUGA
“Kurangnya pemeliharaan ini mengingat keterbatasan modal dan teknologi yang digunakan petani. Hampir 99 persen kakao Indonesia diproduksi oleh perkebunan rakyat, sehingga kualitasnya amat sangat tergantung petani,” kata Eliza kepada Bisnis.com jaringan Harianjogja.com, Kamis (23/10/2025).
Eliza menjelaskan, produktivitas kakao yang merosot ini lantaran terbatasnya pembiayaan pemeliharaan kebun yang dapat diakses oleh petani.
“Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas dan produktivitas petani kakao dapat dilakukan dengan memberikan kemudahan kepada mereka untuk mengakses kredit dan juga meningkatkan kapasitas mereka dalam penanganan produk kakao pasca panen,” ujarnya
Terlebih, sambung dia, komoditas kakao berbeda dengan kelapa sawit yang didominasi perkebunan swasta yang memiliki modal yang memadai.
Di samping itu, dia menambahkan, minimnya penerapan teknologi dan good agriculture practice (GAP) juga berdampak pada kualitas biji kakao yang diproduksi dalam negeri relatif rendah lantaran mayoritas produk tersebut tidak difermentasi.
Padahal, Eliza menilai, kualitas kakao akan jauh lebih tinggi jika dilakukan fermentasi. “Selain itu, tingkat produktivitas kebun kakao Indonesia juga terus turun akibat proses peremajaan di tingkat petani tidak berjalan secara optimal,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap sebanyak 9 industri pengolahan kakao nasional resmi tumbang akibat kekurangan pasokan bahan baku di tengah lonjakan harga biji kakao dunia sejak tahun lalu.
Staf Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin Riris Marito menuturkan, saat ini hanya ada 11 industri pengolahan kakao dalam negeri dari sebelumnya pernah mencapai 20 industri.
Adapun, krisis bahan baku menjadi penyebab utama berhentinya operasi sejumlah industri pengolahan kakao di dalam negeri.
“Kondisi industri pengolahan kakao dulunya itu 20, dulunya waktu masih jaya. Sekarang tinggal 11, tutup 9, karena bahan baku yang tidak ada. Ketersediaan bahan baku yang sangat-sangat kurang telah tutup 9 [industri pengolahan],” kata Riris dalam acara Peringatan Hari Kakao Indonesia 2025 bertajuk Penguatan Sektor Hulu Untuk Memperkokoh Hilirisasi Kakao Indonesia di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Riris menuturkan, gejolak harga biji kakao dunia yang melonjak sejak tahun lalu turut memperparah tekanan terhadap industri nasional. Harga yang tinggi membuat pelaku industri sulit melakukan impor bahan baku.
“Memang kondisinya kan sejak tahun kemarin anomali ya, terjadi peningkatan harga biji kakao dunia dan Indonesia pastinya ikut juga terdampak dengan peningkatan tersebut,” katanya.
Dia menuturkan, kebutuhan biji kakao untuk industri pengolahan di dalam negeri masih jauh dari mencukupi. Pada 2023, saat harga biji kakao global masih stabil, industri masih bisa memenuhi sekitar 55% kebutuhan melalui impor. Namun, lonjakan harga global membuat impor turun signifikan.
“Namun dengan harga biji [kakao] yang tiba-tiba naik di dunia dan memang kita masih harus melakukan impor biji, kita mengurangi impor biji dan meningkatkan ketersediaan bahan baku di dalam negeri,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anggaran Rehabilitasi Sekolah Sleman 2026 Dipangkas Rp65 Miliar
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Gubernur DIY Sambut Peserta Forum Tekstil Dunia, Ini Pesannya
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia UBS, Galeri24 hingga Antam
- Harga Emas Dunia Menguat ke Rp2,21 Juta per Gram
- Saatnya Liburan di Indonesia Aja Jadi Slogan Libur Akhir Tahun
- Harga Bahan Baku Tinggi, Perajin Perak Kotagede Diminta Go Digital
- Petani Seret Modal Produksi Anjlok, 9 Industri Kakao Nasional Tutup
- Ekonom Wanti-wanti Risiko Gagal Bayar Kopdes
Advertisement
Advertisement



