Advertisement
Industri Hospitality Berkembang, Pasar Domestik Tumbuh
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Berkembangnya industri hospitality yang terdorong dengan adanya rencana pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) menumbuhkan pasar domestik bagi bisnis furnitur. Pembangunan kafe, hotel, maupun hunian di wilayah selatan Jogja jadi pasar potensial karena furnitur jadi kebutuhan utama.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DIY Timbul Raharjo mengatakan sudah banyak investor yang melirik wilayah selatan Jogja untuk mendirikan hotel, kafe, maupun hunian. Bahkan beberapa hotel telah melakukan peletakan batu pertama di wilayah sekitar NYIA. Dengan adanya pembangunan yang cukup masif, pihaknya memprediksi bisnis furnitur khususnya untuk pasar domestik akan terus tumbuh.
Advertisement
"Memang jika ditakar besarannya nilai ekspor dengan konsumsi domestik lebih banyak ekspor. Tapi perkembangannya lebih pesat pasar domestik. Bahkan tak banyak pengusaha furnitur yang hanya mengandalkan pasar lokal, pesanannya makin kenceng," katanya, Minggu (15/7).
Apalagi Timbul menyebut berdasarkan data Colliers International, pertumbuhan wisata domestik pada 2016-2026 sebesar 4,8% per tahun. Sedangkan kedatangan turis mancanegara ke Indonesia sepanjang 2016-2026 juga bertumbuh sebesar 6,6% per tahun. Hal ini memberikan ruang bagi industri hospitality terus tumbuh. Timbul menyatakan pembangunan hunian di wilayah Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul juga menyumbang tren positif pada konsumsi furnitur dari para pengusaha lokal Jogja.
Karena itu, pihaknya terus berusaha menggarap potensi pasar domestik ini. Apalagi menurutnya nilai produk ekspor dari industri funitur dan kerajinan Indonesia turun hingga 16%. Hal ini disebabkan oleh isu politik, biaya logistik yang tinggi, kenaikan upah buruh regional (UMR), turunnya daya saing produk furnitur dan kerajinan, serta tingkat produktivitas yang menurun.
Namun Timbul menambahkan masih ada harapan besar untuk tahun mendatang. Sebab pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan reformasi struktural dan mempercepat pembangunan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan di kawasan ASEAN. Dengan upaya tersebut, kini daya saing infrastruktur Indonesia sedikit meningkat. Dari peringkat 60/138 negara menjadi peringkat 52/137 negara pada 2018 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- IHSG Ditutup Melemah, Ini Tanggapan BEI DIY
- Kenaikan BI Rate 25 Basis Poin, Respon Kadin DIY: Keputusan Moderat
Advertisement
Advertisement