Advertisement

ACT Craft Pilih Perca Lurik Jadi Aksesori Etnik

Bernadheta Dian Saraswati
Sabtu, 05 Januari 2019 - 12:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
ACT Craft Pilih Perca Lurik Jadi Aksesori Etnik Ari dan Januar bersama kedua anaknya menunjukkan koleksi ACT Craft di galeri miliknya di Gang Mawar, Gunung Ketur Pakualaman II/186 RT 25/RW 06, Kota Jogja, Jumat (4/1). - Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Berbicara Jogja, pasti berbicara budaya. Itulah pernyataan yang selalu menjadi jawaban Ari Dwi Prasetya Kurniawati, 31, saat ditanya latar belakang bisnis kreatif yang digelutinya.

Perempuan yang biasa disapa Ari ini menjalani usaha produksi aksesori etnik dari kain perca lurik dan batik Jogja sejak 2014. Ia membuka usaha bersama belahan hatinya, Januar Pancadharma, 37 yang juga sama-sama alumni Jurusan Interior Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja.

Advertisement

Bisnis yang mereka labeli ACT Craft ini bukan bisnis pertama yang dilakoni. Sebelumnya mereka pernah menjalani produksi sepatu dan tas lukis. Pernah juga memproduksi kerajinan dari clay. Namun melihat permintaan yang tidak stabil, mereka banting setir membuka bisnis lain.

"Kebetulan saya suka bikin aksesori untuk saya pakai sendiri. Makanya saya manfaatkan itu saja untuk saya jual," kata Ari ditemui Harian Jogja, di galerinya di Gang Mawar, Gunung Ketur Pakualaman II/186 RT 25/RW 06, Kota Jogja, Jumat (4/1).

Ari memilih menggunakan kain lurik dan batik karena ia tinggal di Jogja, sementara Jogja sangat dikenal dengan kota yang kental dengan budayanya. Salah satu kekuatan budaya di Jogja hadir dari batik dan lurik, untuk itu ia memanfaatkan kain-kain tradisional tersebut untuk memproduksi aksesori etnik yang unik.

Dibantu suami dan ibu mertuanya, Ari membuat aksesori kalung, gelang, dan anting. Bahan yang digunakan cukup kain perca yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. "Kebetulan tante saya penjahit. Dari pada kain percanya dibuang, saya minta saja untuk dibikin kerajinan," kata ibu dua anak ini.

Pembuatan aksesori terbilang sederhana. Kain perca hanya dibentuk sesuai selera kemudian digulung dan disatukan satu sama lain menggunakan kawat. Semua dikerjakan menggunakan tangan (full home made). Untuk mempercantik penampilannya, aksesori dikombinasi dengan liontin dari batu-batu alam, logam warna emas bakar, resin, dan manik-manik kayu. Ari mendesain aksesori menjadi tema etnik sesuai kesukaannya. Menurutnya, konsep etnik terlihat lebih elegan saat digunakan.

Ari mengatakan kendala pekerja seni sepertinya adalah pada perputaran modal yang tidak pasti. Ia mengakui produk fesyen seperti aksesori memang bukan kebutuhan pokok yang selalu dibeli setiap hari. Semua orang pun juga tidak menyukai aksesori sehingga hanya kalangan tertentu saja.

Titip Jual

Ari tidak hanya menggantungkan penjualan lewat galerinya. Ia juga melakukan titip jual di galeri ternama seperti Hamzah Batik, galeri Barang Bareng, dan Lemari Lila agar aksesori ACT Craft bisa dikenal banyak orang.

Untuk dapat masuk ke galeri-galeri itu, Ari harus memenuhi standar produk yang ditetapkan. Barang tidak mudah putus atau rusak serta harus menyesuaikan dengan tema yang diangkat oleh galeri. "Misal kalau temanya putih, ya kita harus menyesuaikan," imbuh Januar.

Berkat titip jual, permintaan produk ACT Craft jauh lebih tinggi dibandingkan permintaan di galeri maupun via online. “Kalau baru ramai ya bisa terjual banyak. Khusus yang titip jual biasanya dua bulan sekali bisa laku 20-30 pieces terdiri gelang dan kalung," katanya.

Kendati bisnisnya masih kecil, produk aksesori buatan pasangan suami istri ini bisa menyebar sampai Kalimantan dan luar Pulau Jawa lainnya.

Untuk kalung dijual Rp30.000-Rp150.000, gelang Rp25.000-Rp50.000, dan anting Rp30.000-Rp50.000. Ari mengakui Jogja memiliki banyak pelaku usaha kreatif yang bergelut di bidang yang sama. Agar kuat terhadap persaingan, ia selalu memunculkan model baru.

Kendati pemesanan melalui online masih minim, tetapi Ari tetap menggunakan media online untuk memasarkan produknya. Media sosial yang digunakan adalah Instagram dan WhatsApp. "Saya harus sering upload produk. Posting sehari minimal sekali dan kalau lagi bikin banyak ya bisa empat sampai lima kali. Konsumen juga saya minta testimoni dengan meng-upload di media sosialnya," katanya.

Tahun ini, Ari berencana mengembangkan produknya dengan membuat aksesori baru dari lurik yang dikombinasi bordir batik khas Jogja seperti Kawung. Ia berharap agar pemerintah daerah semakin memperhatikan para pengusaha kecil kreatif sepertinya agar bisa berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement