Advertisement
PEMBATASAN SOLAR BERSUBSIDI : Penjualan Solar Non-subsidi Tetap Sepi

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Pembatasan penjualan solar bersubsidi oleh pemerintah tidak berefek signifikan pada penjualan solar non-subsidi. Selisih harga yang tinggi menjadi penyebabnya.
Pengawas SPBU jalan Hos Cokroaminoto Harry Purnomo mengatakan pembatasan pembelian solar bersubsidi tidak akan memengaruhipeningkataan penjualan solar pertamina dex. Alasannya, harga solar bersubsidi masih sangat murah dibandingkan harga solar bersubsidi. Hingga kini, solar bersubsidi bio solar dihargai Rp5.500 per liter, sementara solar pertamina dek dipatok Rp13.500 per liter.
Advertisement
"Pembatasan waktu pembelian solar bersubsidi, tidak akan berpengaruh kepada penjualan solar non subsidi. Kalau masih sama-sama dijual, orang cenderung membeli yang bersubsidi," kata Harry menjawab pertanyaan Harianjogja.com, Rabu (6/8/2014).
Selama kini, jelas Harry, pengiriman solar belum mengalami kendala. Pada hari-hari biasa, pihaknya mampu menghabiskan penjualan solar sebanyak enam ton. Namun selama musim libur lebaran tahun ini, penjualan solar bersubsidi di SPBU justru turun signifikan.
"Satu hari penjualannya hanya dua ton saja, jadi surplus empat ton perhari. Ini disebabkan selama musim lebaran kemarin, truk-truk besar dilarang beroperasi," tandasnya.
Menurut Harry, pembatasan waktu pembelian solar SPBU di sekitar kota juga tidak akan berefek banyak pada kuota pembelian maupun penjualan. Berbeda kondisinya dengan SPBU di pinggiran kota atau yang berada di jalur transportasi truk.
Hal senada disampaikan Pengawas SPBU di jalan Kyai Mojo Dyan S. Penjualan solar pertamina dex jenis jerigen ukuran 10 liter di lokasi tersebut rata-rata hanya laku satu jerigen. Harga yang mahal dinilai sebagai penyebab.
Menurut Ketua Hiswana Migas DIY Siswanto, untuk wilayah DIY pada tahun ini kuota solar bersubsidi maupun premium mengalami penurunan. Jika kouta solar bersubsidi pada 2013 sebanyak 138.757 KL, tahun ini menjadi 134.270 KL, sedangkan untuk premium dari 575.306 KL kini menjadi 558.575 KL.
"Konsumsi solar tidak sebanyak premium. Penjualannya pun stagnan. Di tempat saya saja hanya tiga ton perhari," kata Siswanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Jadwal Bus Malioboro ke Parangtritis Kamis 18 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Merger Pelita Air dan Garuda, Begini Tanggapan CEO Danantara
- Impor Komoditas Etanol Akan Dibatasi, Ini Tujuannya
- Kucuran Rp200 Triliun Himbara Perlu Diimbangi Kemudahan Usaha
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
Advertisement
Advertisement