Advertisement
Industri Kelapa Sawit Dituntut Tingkatkan Nilai Tambah Produk

Advertisement
Industri Kelapa Sawit dituntut melakukan inovasi.
Harianjogja.com, SLEMAN- Peningkatan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama ini lebih ditunjang ekspansi lahan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan. Ke depan, industri kelapa sawit dituntut untuk terus melakukan inovasi.
Advertisement
Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia perlu melakukan hilirisasi atau peningkatan nilai tambah produk-produk kelapa sawit melalui teknologi dan penelitian. Selain itu, peningkatan pasar dalam negeri juga perlu dilakukan agar Indonesia tidak tergantung dengan produk-produk luar.
“Indonesia mampu menghasilkan sebesar 11 juta ton per tahun. Kondisi ini sangat potensial dan bisa ditingkatkan lagi. Salah satunya dengan terus melakukan peningkatan inovasi dan teknologi,” ujar Presiden Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Didiek Hadjar Goenadi di sela pertemuan teknis kelapa sawit denga 12 produsen CPO di Hotel Alana Jogja, Selasa (19/5/2015).
Teknologi yang dimaksud Didiek adalah teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi. Mulai peningkatan produktifitas melalui bibit tanaman unggul, pengelolaan tanaman di lapangan, panen dan pengolahan hingga pengembangan produk-produk hilir. Hal itu, katanya, berdampak pada efisiensi baik untuk meningkatkan produktivitas maupun menekan cost produksi.
“Teknologi yang inovatif mampu meningkatkan produksi kelapa sawit rata-rata 15 hingga 20 persen. Teknologi yang dikaitkan dengan pemupukan, survei tanaman drone untuk menekan biaya namun hasil bisa maksimal,” tandasnya.
Saat ini, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia sekitar 11 juta hektar. Jumlah tersebut mampu menghasilan Crude Palm Oil (CPO) sebesar 29 juta ton per tahun. Indonesia bahkan menjadi produsen terbesar kelapa sawit yang diekspor ke India, Tiongkok hingga Eropa. Meski begitu, Didiek berharap, pasar domestik juga mampu menyerap produk lebih banyak.
“Misalnya bio diesel. Jika penyerapan B15 dijalankan, itu menyedot 5 juta ton CPO. Itu untuk biodiesel dalam negeri saja. Atau penyerapan minyak goreng bisa 5 hingga 6 juta ton per tahun,” ujarnya.
Sementara, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Hasril Hasan Siregar menjelaskan, pihaknya fokus mengembangkan hilirisasi atau memberi nilai tambah pada produk-produk turunan kelapa sawit. Para produsen kelapa sawit di Indonesia, lanjut Hasril, belum melakukan hilirisasi.
“Kita harus masuk ke hilir untuk menjual produk-produk yang punya nilai tambah. Yang paling potensial biodiesel tadi dengan energi yang terbarukan," tandas Hasril.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Airlangga Sebut Tarif Impor AS 32 Persen untuk Indonesia Masih Nego
- 404.192 Badan Usaha Terjerat Kredit Macet Ke Pinjol, Naik Tajam
- Bank Syariah Matahari Milik Muhammadiyah Incar BPRS di Jogja untuk Merger
- Akhir Libur Sekolah, Sejumlah Tol Jasa Marga Diskon 20 Persen hingga 13 Juli 2025, Ini Daftarnya
- Begini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 Menurut Apindo DIY
Advertisement

26 Pembuang Sampah Liar di Bantul yang Terekam CCTV Belum Ditindak, Ini Alasannya
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pesan Menteri Nusron dalam Forum Pembangunan Wilayah di Sulteng: Tata Ruang Harus Ketat demi Jaga Ketahanan Pangan
- Rapim Semester I, Menteri Nusron Minta Jajaran Evaluasi Tunggakan dan Layanan Elektronik
- Buka Dealer Baru di Jogja, Aion Hadirkan 3 Mobil Listrik Andalan
- Kementerian Pertanian Sebut 212 Produsen Beras Berbuat Curang, Polri Segera Bertindak
- Masih Ada Diskon Tiket Kereta Api Sebesar 30 Persen hingga Akhir Juli 2025
- Pemerintah Salurkan Beras Bersubsidi Program SPHP, Dijual dengan HET Rp12.500 per Kg untuk Pulau Jawa
- Pameran Audio Soundignity 2025 Hadir di Jogja
Advertisement
Advertisement