Advertisement

EKONOMI KREATIF : Batik Jumputan Jadi Primadona, Perajin Kewalahan

Redaksi Solopos
Selasa, 26 Mei 2015 - 02:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
EKONOMI KREATIF : Batik Jumputan Jadi Primadona, Perajin Kewalahan Puluhan anggota Bhayangkari dan Polwan membentangkan kain batik jumputan mereka dalam pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) di halaman Mapolda DIY, Jl. Ring Road Utara, Sleman, DIY, Jumat (30/5/2014). Aktivitas tersebut mereka lakukan untuk memperingati Hari Bhayangkara ke-68 tahun di lingkungan Polda DIY. Mereka berusaha mencatatkan rekor di Muri dalam hal pembuatan kain jumputan terbanyak, yaitu 1.000 kain. (Gigih M. Hanafi/JIBI - Harian Jogja)

Advertisement

Ekonomi kreatif yang bergerak dibidang tekstil batik jumputan tengah kebanjiran order.

Harianjogja.com, JOGJA - Sejumlah perajin batik jumput batikan di Kelurahan Tahunan, Kota Jogja,
rata-rata mulai mendapatkan peningkatan pesanan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1436 Hijriyah.

Advertisement

Seorang perajin batik jumputan di Kelurahan Tahunan, Rani, Senin (25/5/2015), mengatakan mendapatkan pesanan untuk persiapan stok Ramadhan baik dari pemesan perorangan maupun partai
besar untuk seragam.

"Meningkat tajam, sekarang saja sudah meningkat 50 persen dari hari-hari biasa," kata dia.

Menurut dia, mengacu tahun-tahun sebelumya omzet selalu meningkat sebulan sebelum masuk Ramadan. Omzet yang biasa diperoleh Rp4 juta-Rp5 juta per bulan melonjak menjadi Rp6 juta.

Menurut dia, pemesan khusus motif baru kebanyakan memesan jauh hari sebelum dibeli, sebab pembuatan batik jumputan dengan ukuran 2 meter per lembar tersebut membutuhkan waktu sehari hingga seminggu, tergantung tingkat kerumitan motif.

Untuk memenuhi target produksi, ia mengaku menambah jumlah tenaga kerja. Dari hari biasa membutuhkan sebanyak 14 tenaga kerja, mendekati Ramadhan hingga Idul Fitri bisa mencapai 18 tenaga kerja.

"Memang jika hanya mengandalkan tenaga kerja inti harian kami sering kewalahan sehingga ada tambahan tiga tenaga kerja baru yang kami rekrut dari masyarakat sekitar," katanya.

Meski pemasaran dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing, menurut Rani, rata-rata perajin
batik jumputan telah memiliki pelanggan dari lokal Yogyakarta maupun luar Jawa.

Sementara itu, perajin batik lainnya di Tahunan, Tuliswati Sadhi juga mengaku mendapatkan lonjakan
pesanan yakni dari hari biasa medapatkan pembelian 5 lembar batik, saat ini telah melonjak 20 lembar
per hari.

Meski mendekati Ramadhan serta sejumlah bahan batik mengalami kenaikan harga, dia mengaku tetap memasang harga batik seperti biasa.

Kisaran harga batik jumputan, menurut dia, saat ini tetap dijual mulai Rp175.000 hingga Rp250.000 per lembar.

"Belum menaikkan harga meski sejumlah bahan batik (harganya) naik," kata pemilik Show Room "Dea Modis" ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 22:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement