Advertisement
Konsumsi Pertalite di Jawa Tengah dan DIY Turun 6 Persen

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (JBT) mencatat hingga Semester I 2025 konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di Jawa Tengah turun 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara Pertamax naik 26% dan Pertamax Turbo naik 64%.
Kemudian di DIY konsumsi BBM jenis Pertalite juga turun 6%, sementara Pertamax naik 33% dan Pertamax Turbo naik 77%. Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga JBT, Taufiq Kurniawan mengatakan data ini menunjukkan kesadaran mengkonsumsi bahan bakar berkualitas sudah cukup tinggi untuk sektor kendaraan pribadi.
Ia menyebut capaian ini menandakan bahwa kesadaran masyarakat tidak terpengaruh dengan kasus dugaan oplosan Pertamax di Februari 2025 lalu. Sebab data menunjukkan di Jateng dan DIY konsumsinya malah meningkat.
"Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat sebenarnya tidak terpengaruh oleh apa yang terjadi isu di bulan Februari kemarin malah Jateng DIY semakin naik," ungkapnya, Jumat (18/7/2025).
Taufiq bercerita belum lama ini sempat berkunjung ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di DIY dan antrian non subsidi lebih panjang dari antrian subsidi. Membuktikan kesadaran masyarakat konsumsi BBM berkualitas semakin tinggi.
"Semester I dibuktikan Pertalite turun, Pertamax naik signifikan," lanjutnya.
BACA JUGA: Puluhan Tersangka Sindikat Judi Online Jaringan China dan Kamboja Ditangkap Bareskrim Polri
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyampaikan meningkatnya konsumsi BBM non subsidi disebabkan banyak variabel, salah satunya konsumen yang rasional. Jika mobil konsumen mensyaratkan Pertamax ke atas dia akan memilih BBM jenis tersebut. Pertimbangannya adalah karena secara kualitas lebih baik, sehingga mempertimbangkan mesin daripada harga yang lebih murah.
"Kalau meningkat ya kemungkinan karena peningkatan jumlah kendaraan yang mensyaratkan penggunaan Pertamax," ujarnya.
Menurunnya konsumsi BBM subsidi dia sebut secara otomatis akan mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia mengatakan meski belum semuanya tepat sasaran tapi bisa menekan kebocoran dari APBN untuk subsidi yang tidak tepat sasaran.
Fahmy menekankan pembatasan dengan mekanisme yang lebih tepat dan mudah di SPBU juga harus tetap dilakukan. Sebab subsidi BBM yang salah sasaran masih besar. Ia mengusulkan agar di tahap awal pembatasan subsidi dilakukan dengan mekanisme yang mudah, yakni BBM subsidi untuk sepeda motor dan mobil angkutan barang/orang. Lalu mobil yang dipakai untuk mengakut penumpang berbasis aplikasi bisa menunjukkan bukti.
"Kalau menurut saya untuk tahap awal agar itu bisa diterapkan, cari mekanisme yang mudah," lanjutnya. (**)
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Masuk Indonesia, Minuman Beralkohol dan Daging Babi Asal Amerika Serikat Tetap Kena Tarif Impor
- Ribut-Ribut Beras Oplosan, Kemendag Minta Produsen Tarik Beras dari Peredaran
- 10 Besar Produk Ekspor Nonmigas AS ke Indonesia yang Kini Dipatok Tarif 0 Persen
- Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Mulai Rp996.000
- Bersiap Impor Minyak dari Amerika Serikat, Pertamina Minta Dukungan Aturan dari Pemerintah
Advertisement

Beras Oplosan Medium dan Premium Ditemukan di Pasar Tradisional di Bantul
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Perum Bulog Kanwil DIY Pastikan Harga Beras SPHP Dijual Sesuai HET Rp12.500 per Kilogram
- Kelompok Importir Sebut Deregulasi Kebijakan Impor Memperbaiki Iklim Usaha
- Paling Besar dan Kompleks, Rantai Pasokan China Dipuji sebagai Keajaiban
- Pemerintah Siapkan Rp130 Triliun untuk Dana Kredit Perumahan Rakyat, Mulai Agustus 2025
- Bersiap Impor Minyak dari Amerika Serikat, Pertamina Minta Dukungan Aturan dari Pemerintah
- Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Mulai Rp996.000
- 10 Besar Produk Ekspor Nonmigas AS ke Indonesia yang Kini Dipatok Tarif 0 Persen
Advertisement
Advertisement