Advertisement
Pemahaman Fitur dan Risiko Produk Keuangan Kurang, Apa Sebabnya?

Advertisement
Di sisi lain, masyarakat belum sepenuhnya memahami produk dan layanan tersebut sehingga produk-produk tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya
Harianjogja.com, JOGJA-Perkembangan sektor jasa keuangan di Indonesia tumbuh pesat. Beragam produk dan layanan keuangan yang ditawarkan kepada masyarakat sudah banyak digunakan, tetapi masyarakat belum paham fitur dan risiko dari produk-produk tersebut.
Advertisement
Hal tersebut dikatakan Kepala OJK DIY, Untung Nugroho saat menyampaikan materi tugas dan fungsi OJK serta perkembangan literasi keuangan di Indonesia, dalam Seminar Nasional Literasi Keuangan, Cerdas Mengelola Keuangan dengan Menganalisis Peluang Investasi di Era Digital yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu (14/10/2017).
Ia mengatakan, perkembangan sektor jasa keuangan di Indonesia tumbuh dengan pesat. Di sisi lain, masyarakat belum sepenuhnya memahami produk dan layanan tersebut sehingga produk-produk tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) kedua yang dilakukan OJK pada 2016 menunjukkan Indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan mengalami peningkatan dibandingkan SNLIK 2013. Indeks literasi keuangan meningkat dari 21,84% menjadi 29,66%.
"Artinya telah terjadi peningkatan pemahaman keuangan atau well literate," kata Untung dalam seminar tersebut.
Sementara, indeks inklusi keuangan atau akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan dari 59,74% menjadi 67,82%. Namun, dari beberapa sektor jasa keuangan masih terdapat tingkat literasi dan inklusi keuangan yang sangat rendah yaitu di sektor pasar modal.
DIY pada survei 2016 memiliki Indeks literasi keuangan sebesar 38,55%, berada di peringkat ke -3 secara nasional, dan Indeks
inklusi keuangan sebesar 76,73%, berada di peringkat ke -2 secara nasional. "Dari indeks tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari masyarakat di DIY yang menggunakan layanan jasa keuangan masih belum paham terkait produk yang digunakannya meliputi fitur, manfaat, dan risikonya," lanjut Untung.
Pada kegiatan tersebut hadir pula sebagai narasumber financial planner serta PT First Asia Capital. OJK berharap dengan
kegiatan ini para peserta mengetahui tugas dan fungsi OJK, literasi keuangan akan meningkat, mampu mengelola keuangan secara baik dan benar, serta mengetahui bentuk praktek investasi di pasar modal. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 250 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Airlangga Sebut Tarif Impor AS 32 Persen untuk Indonesia Masih Nego
- 404.192 Badan Usaha Terjerat Kredit Macet Ke Pinjol, Naik Tajam
- Bank Syariah Matahari Milik Muhammadiyah Incar BPRS di Jogja untuk Merger
- Akhir Libur Sekolah, Sejumlah Tol Jasa Marga Diskon 20 Persen hingga 13 Juli 2025, Ini Daftarnya
- Begini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 Menurut Apindo DIY
Advertisement

26 Pembuang Sampah Liar di Bantul yang Terekam CCTV Belum Ditindak, Ini Alasannya
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pesan Menteri Nusron dalam Forum Pembangunan Wilayah di Sulteng: Tata Ruang Harus Ketat demi Jaga Ketahanan Pangan
- Rapim Semester I, Menteri Nusron Minta Jajaran Evaluasi Tunggakan dan Layanan Elektronik
- Buka Dealer Baru di Jogja, Aion Hadirkan 3 Mobil Listrik Andalan
- Kementerian Pertanian Sebut 212 Produsen Beras Berbuat Curang, Polri Segera Bertindak
- Masih Ada Diskon Tiket Kereta Api Sebesar 30 Persen hingga Akhir Juli 2025
- Pemerintah Salurkan Beras Bersubsidi Program SPHP, Dijual dengan HET Rp12.500 per Kg untuk Pulau Jawa
- Pameran Audio Soundignity 2025 Hadir di Jogja
Advertisement
Advertisement