Advertisement
Tarif Tol Turun, Biaya Logistik Hanya Turun 1%
Pengendara truk membeli kartu elektronik tol (E-Toll) di loket pintu masuk Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/10). Terhitung mulai Selasa (31/10). - ANTARA/Didik Suhartono
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Rencana pemerintah menurunkan tarif tol untuk angkutan logistik tidak berdampak signifikan terhadap biaya logistik.
CEO Lookman Djaja, Kyatmaja Lookman menuturkan penurunan tarif tol angkutan logistik paling tidak hanya berdampak sekitar 1% terhadap penurunan biaya logistik. “Iya kecil sekali, khususnya untuk ruas yang lama,” kata Kyatmaja kepada Bisnis, Minggu (1/4/2018).
Advertisement
Kendati tak berdampak signifikan terhadap biaya logistik, Kyatmaja yang juga wakil ketua Aptrindo mendukung langkah pemerintah menurunkan tarif tol tersebut meskipun dia mengakui lebih banyak truk yang memilih menggunakan jalan arteri.
“Namun penurunan [tarif] tol ini kami apresiasi karena akan menurunkan biaya perjalanan sopir truk. Tol Jakarta--Surabaya banyak sekali ruas baru, per kilometernya sekitar Rp1.700, jika dikali biaya perjalanan bisa Rp1juta sampai Rp2 juta untuk truk, itu 25% sampai 30% dari omzet yang kami dapat,” ujarnya.
BACA JUGA
Menurutnya, untuk menurunkan biaya logistik, pemerintah tak semestinya hanya terpaku pada penurunan tarif tol.
“Khususnya di angkutan darat ya, rumusnya itu utilisasi kendaraan. Kalau biaya logistik itu peristiwa yang kompleks karena ujung-ujungnya berapa sih proporsinya ke harga,” lanjutnya.
Dalam hal ini, biaya logistik bisa diatur dengan fokus pada value added activity atau aktivitas bernilai tambah. Menurutnya barang dengan value tinggi seperti handphone dan perhiasan biasanya memiliki biaya logistik yang cenderung rendah.
Sedangkan untuk barang basic comodity seperti besi, semen, beras dan pupuk cenderung memiliki biaya logistik yang tinggi.
“Jadi kalau kita mau logistic cost rendah mulai dari fokus ke value added activity jangan banyak membawa jarak jauh barang-barang basic. Value added harus dilakukan di dekat sumber bahan mentahnya agar cepat jadi bahan bernilai ekonomis tinggi,” urai Kyatmaja.
Kedua, Kyatmaja menilai sistem logistik yang bagus menggunakan hub dan spoke.
Dalam hal ini, dia menuturkan pada sistem logistik yang minim, truk merupakan yang paling efektif namun tidak cukup efisien secara keseluruhan.
Menurutnya, selama ini angkutan logistik masih didominasi oleh truk dibandingkan moda angkutan lainnya yakni sebesar 91%.
Padahal, truk seharusnya hanya sebagai bagian dari keseluruhan komponen angkutan logistik, bukan yang utama.
“Harus ada sistem logistik terintegrasi yang baik. Hub and spoke-nya harus jalan karena total pengiriman menggunakan poin to point itu jauh lebih mahal,” kata Kyatmaja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- Harga Emas Antam Naik Rp11.000, Kini Rp2.502.000 per Gram
- KSPI Perkirakan Kenaikan UMP 2026 Hanya 4-6 Persen
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Promo Libur Nataru Pertamina: BBM, Bright Gas, dan Hotel Patra Jasa
Advertisement
Libur Akhir Tahun, Omzet Wingko Ngasem Tembus Rp65 Juta per Hari
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Viral Roti O Tolak Pembayaran Tunai, Ini Aturan Tegas BI
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- BI Optimistis Pertumbuhan Kredit 2025 Tembus 8 Persen
- Bulog Salurkan 35 Persen Minyakita Langsung ke Pengecer
- Harga Emas Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Melonjak
- Harga Emas UBS & Galeri24 Naik, Simak Update 23 Desember
Advertisement
Advertisement




