Pekan Pertama Oktober, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.183 per US$1
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Hingga penutupan perdagangan pada Jumat (5/10/2018), tekanan eksternal, terutama dari penguatan dolar AS, terus menggerus rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,03% atau 4 poin ke level Rp15.183 per dolar AS setelah bergerak pada kisaran Rp15.165-Rp15.194.
Advertisement
Mata uang Garuda sebelumnya dibuka dengan pelemahan 11 poin atau 0,07% di level Rp15.190 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Kamis (4/10/2018), rupiah berakhir melemah 104 poin atau 0,69% di posisi Rp15.179 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,13% atau 0,126 poin ke level 95,877 pada pukul 16.37 WIB.
Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan tipis 0,010 poin atau 0,01% di level 95,761, setelah pada perdagangan Kamis (4/10) berakhir turun tipis 0,01% atau 0,011 poin di posisi 95,751.
Dilansir Reuters, dolar AS terus naik pada perdagangan hari ini terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk yen dan euro, saat investor mengevaluasi dampak gejolak obligasi pemerintah global yang telah mengangkat imbal hasil Treasury AS ke level tertinggi dalam tujuh tahun.
Imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun mencapai level tertingginya sejak Mei 2011 setelah rilis data payroll swasta menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan.
Data payroll swasta tersebut dianggap akan meningkatkan peluang bahwa data pekerjaan AS untuk bulan September yang dijadwalkan akan dirilis hari ini waktu setempat, juga akan lebih kuat dari yang diperkirakan.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian AS yang menguat memengaruhi likuiditas di negara-negara emerging market. "Jadi, menyikapi berkembangnya perekonomian terutama yang terjadi di AS sangat kuat, yang kemudian menimbulkan sentimen terhadap dolar AS dan beberapa risiko yang berasal dari negara-negara berkembang," jelasnya di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Jumat (5/10).
Menkeu menyatakan pihaknya bersama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian akan terus memperbaiki dan merespons kebijakan yang sudah ada selama ini. "Dampaknya dimonitor dan bagaimana kita terus memperkuatnya," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Eko Suwanto Sebut Cawali Jogja Hasto Wardoyo Punya Semangat Melayani Rakyat & Anti Korupsi
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- OJK: KUR Tidak Termasuk Utang Macet yang Bisa Dihapus
- Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Capai 4,7 hingga 4,9 Persen di 2025
- Harga Bitcoin Pecah Rekor, Investor Diminta Berhati-hati Titipkan Dana Investasinya
- Sah! Maya Watono Jabat Direktur Utama Holding BUMN InJourney, Berikut Profilnya
- Prabowo Raih Komitmen Investasi 8,5 Miliar Dolar AS dari Lawatannya ke Inggris
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Bea Cukai DIY Sebut Hampir Semua Stakeholder Sepakti Penerapan Cukai Minuman Berpemanis
Advertisement
Advertisement