Advertisement
Dampak Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Belum Tampak di DIY

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi belum dapat dipastikan akan memberikan dampak terhadap inflasi Oktober 2018. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY menilai komponen yang terdampak bukan pada ongkos produksi, tetapi biaya transportasi.
"Namun demikian, dampaknya tidak akan serta merta terjadi. Komponen terdampak seperti biaya transportasi, itu pun kalau produsen menggunakan bahan bakar jenis Pertamax," ujar Wakil Ketua TPID DIY Budi Hanoto, Rabu (17/10/2018).
Advertisement
Komponen biaya transportasi akan berdampak apabila tidak ada subtitusi transportasi. Selain itu, kata Budi, produsen masih mampu menyerap kenaikan Pertamax dengan menoleransi berkurangnya margin keuntungan.
"Kami akan terus melakukan pemantauan, melalui rapat. Kalau ada lonjakan harga sebagai akibat dari kenaikan bahan bakar tersebut, dapat segera diintervesi," jelas Budi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY JB Priyono mengungkapkan dampak kenaikan bahan bakar minyak nonsubsidi baru dapat terlihat bulan depan. Pihaknya mengaku belum berani melaporkan dampak dari kenaikan komoditas tersebut.
Kenaikan bahan bakar khusus ini, kata Priyono, kemungkinan dampaknya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga komoditas yang diamati BPS. Terlebih, kenaikan tersebut terjadi pada pertengahan Oktober.
"Jadi tetap harus melihat perhitungan selama satu bulan penuh dulu, baru bisa diketahui dampaknya dari kenaikan bahan bakar minyak non subsidi ini," imbuh Priyono.
Kendati demikian, Priyono menuturkan kondisi tersebut dapat saja menimbulkan hal tidak terduga. Seperti yang terjadi pada laporan inflasi September 2018. Pasalnya, bulan lalu Kota Jogja terjadi deflasi dan disumbang oleh tiket pesawat. Sedangkan komoditas pada kelompok volatile food, salah satunya kangkung menyumbang inflasi yang cukup tinggi.
"Apabila demand terhadap bahan pangan produk pertanian hortikultura tinggi, maka akan memberikan pengaruh terhadap harga. Sehingga yang kami amati adalah pengamatan harga transaksi terhadap kondisi ideal," jelas Priyono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Begini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 Menurut Apindo DIY
- Kementerian PKP Tegaskan Regulasi Rumah Bersubsidi Kembali ke Versi 2023
- Presiden Prabowo Subianto Dijadwalkan Bertemu Donald Trump untuk Negosiasi Tarif Impor
- Ini Profil Riza Chalid Saudagar Minyak yang Jadi Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Pertamina
- Aturan Rumah Bersubsidi Ukuran Mini Batal Direalisasikan, Ini Daftar dan Ukuran yang Berlaku
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- DIY Targetkan Pertumbuhan Ekonomi hingga 5,9 Persen untuk 2026
- Kementerian PKP Tegaskan Regulasi Rumah Bersubsidi Kembali ke Versi 2023
- Cari Smart TV untuk Streaming Netflix dan YouTube? Intip Rekomendasinya dari Polytron!
- Begini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 Menurut Apindo DIY
- Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi Tinjau Kantah Virtual Kota Tangerang: Benar-benar Digital Twin
- Rute Penerbangan Yogyakarta-Karimunjawa Dibuka, GIPI Dorong Pemda DIY Ciptakan Pasar
- Hingga Juli 2025 Sebanyak 2.495 Pekerja di DIY Terkena PHK
Advertisement
Advertisement