Advertisement
Ini Komentar Ekonom UMY Soal Pemangkasan Target Pertumbuhan Ekonomi

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memangkas target pertumbuhan ekonomi 2025 dari 5,2% menjadi 4,7%-5%.
Menanggapi hal ini, Ekonom Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Nano Prawoto mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini memang cenderung turun dibandingkan tahun lalu yang masih di atas 5%.
Advertisement
Menurutnya faktor eksternal dan internal berpengaruh pada penurunan ini. Di mana faktor eksternal dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara besar seperti Amerika Serikat (AS), China. Inflasi cenderung naik dan suku bunga masih tinggi.
BACA JUGA:Â Kepala Sekolah Rakyat DIY dari Bantul dan Kulonprogo, Formasi Guru Menyusul
Selain itu, faktor geopolitik seperti perang juga mempengaruhi harga energi, termasuk harga komoditas ekspor seperti Crude Palm Oil (CPO) dan nikel yang cenderung turun. Sementara faktor internal disebabkan penurunan konsumsi dan investasi yang belum optimal.
"Penghematan anggaran terutama di sektor infrastruktur juga menjadi kontribusi menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional," ucapnya, Rabu (2/7/2025).
Pada triwulan I 2025 pertumbuhan ekonomi DIY 5,11% (year-on-year/yoy) di atas nasional 4,87% yoy. Ia menyebut pertumbuhan ekonomi DIY bisa di atas nasional karena ditopang oleh pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata, konsumsi masyarakat yang meningkat, pertumbuhan sektor pendidikan, dan peningkatan infrastruktur seperti jalan serta jembatan.
Dia mengatakan sektor lainnya dari industri kreatif dan ekspor DIY juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi DIY.
Nano memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DIY masih tetap di atas 5%, dikontribusikan dari sektor yang sama yakni pariwisata, pendidikan melalui belanja SPP, hingga peningkatan UMKM industri kreatif. "Tentu didukung dengan promosi digital dan konsumsi masyarakat yang masih stabil," jelasnya.
Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo menjelaskan ini menjadi keputusan yang realistis karena sudah sejak triwulan I 2025 lembaga-lembaga nasional dan internasional merevisi target pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya lembaga International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia dan lainnya sudah merevisi, mencapai 5% saja sudah bagus.
"Saya kira ini meskipun agak terlambat tapi ini sesuatu yang baik untuk menggambarkan kondisi ekonomi kita," ucapnya.
Dia mengatakan setidaknya ada empat indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertama konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor. Menurutnya meskipun konsumsi ajeg, namun daya beli masyarakat sudah turun sejak akhir tahun lalu.
Bicara investasi, kata Sri, realisasinya banyak tertunda dan tidak lepas dari kondisi global. Lalu terkait pengeluaran pemerintah saat ini sudah dilakukan efisiensi habis-habisan, sehingga tidak bisa berharap banyak pada APBN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kemudian terkait dengan ekspor meskipun ada pelonggaran ke Eropa, namun ke pasar AS kedepannya akan seperti apa masih menjadi tanda tanya. Semua ini ia sebut jadi landasan pemerintah melakukan koreksi.
"Pertumbuhan ekonomi global juga direvisi, sehingga tren revisi adalah lazim dilakukan," ungkapnya.
Sri memproyeksikan untuk DIY pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dari rata-rata nasional. Sebab di DIY masih diuntungkan oleh aktivitas pariwisata dan juga pendidikan di perguruan tinggi. "Saya kira di atas 5 persen sedikit, dan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Joglo Ambruk di Sleman, Delapan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Apindo DIY Sebut Kenaikan Upah Hingga 50 Persen Tidak Realistis
- Harga Perak Hari Ini Capai Rp27.632/Gram
- Hari Ini Batas Akhir Daftar Program Magang Nasional Kemnaker
- Trump Tambah Tarif, Kanada Kian Tertekan
- Brasil dan India Perkuat Kerja Sama Dagang
- 1.000 Kampung Nelayan Merah Putih Siap Dibangun 2026
- CEO Danantara Ungkap Alasan Pergantian Direksi Garuda Indonesia
Advertisement
Advertisement