Advertisement
Bisnis Reksadana, OJK Patok Target Realistis

Advertisement
Harianjogja.com, SOLO — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi dana kelolaan industri reksa dana akan bertambah Rp60 triliun pada tahun depan atau tumbuh 12% dibandingkan dengan proyeksi target tahun ini senilai Rp500 triliun.
Adapun, kenaikan sebesar 12% tersebut setara dengan penambahan sekitar Rp60 triliun. OJK menilai target tersebut cukup realistis seiring dengan prediksi kondisi pasar modal yang masih diselimuti oleh sejumlah sentimen negatif.
Advertisement
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen memprediksi, fundraising atau penghimpunan dana di pasar modal pada tahun depan akan sedikit lesu. Salah satu penyebabnya adalah tren kenaikan suku bunga, baik suku bunga The Fed maupun Bank Indonesia.
Selain itu, adanya agenda politik pada 2019 juga akan berdampak pada kebijakan perusahaan dalam menghimpun dana di pasar modal.
"Untuk tahun depan paling tidak targetnya ada kenaikan Rp60 triliun [dana kelolaan reksa dana]. Namun, kami akan terus memantau suplainya karena untuk membentuk reksa dana ini terkait dengan berapa besar fundraising yang terjadi di saat itu," jelasnya, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, per 14 November 2018, total nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksa dana mencapai Rp496,74 triliun. Melihat angka tersebut, OJK optimistis target Rp500 triliun bisa terealisasi. Menurutnya, rata-rata pertambahan dana kelolaan industri setiap tahun berkisar antara Rp59 triliun hingga Rp60 triliun.
Hoesen menuturkan, pertumbuhan reksa dana tidak bisa dilihat dari nilai absolut karena sangat tergantung dari kinerja underlying asset. Hal ini terlihat dari catatan OJK pada Oktober 2018, saat dana kelolaan reksa dana tertekan oleh pelemahan kinerja obligasi yang menjadi aset dasar reksa dana pendapatan tetap.
Dia menilai, tren pertumbuhan dana kelolaan harus dilihat berdasarkan persentase. Dengan kata lain, jika secara persentase masih mencatatkan kenaikan, industri mampu berkembang. Menurutnya, target tersebut cukup sesuai dengan prediksi banyak kalangan mengenai masih tingginya ketidakpastian di pasar modal pada tahun depan.
"Asumsi saya 2019 tidak akan berbeda jauh dengan capaian saat ini. Meskipun pasar modal cukup tertekan tapi pertumbuhan masih bisa didapat," tegasnya.
Sementara itu, pelaku industri yang tergabung dalam Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) masih belum mematok target asset under management (AUM) reksa dana untuk periode tahun depan.
Namun, Ketua Dewan APRDI Prihatmo Hari Mulyanto sepakat dengan OJK, yang menyatakan bahwa pertumbuhan dana kelolaan reksa dana harus simultan. Pasalnya, jika pertumbuhan terlalu signifikan di tengah volatilitas pasar yang cukup tinggi, maka akan cukup berisiko.
"Kami belum menetapkan target untuk tahun depan. Namun, kami sepakat dengan OJK dan kami rasa target yang ditetapkan itu sangat realistis dan kami yakin bisa tercapai," kata dia.
Dia menambahkan, saat ini kondisi pasar telah menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan naiknya indeks harga saham gabungan (IHSG). Ini mengindikasikan bahwa banyak investor telah masuk ke pasar modal, termasuk reksa dana.
"Harga-harga efek juga sudah murah, sehingga yang punya view long term bagus untuk memulai subscription secara bertahap," ujarnya.
Di sisi lain, investor juga telah cukup mampu berpikir secara jernih. Investor harus bisa memanfaatkan pelemahan pasar dengan melakukan akumulasi beli.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK I Fakhri Hilmi menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dana kelolaan reksa dana adalah dengan menyederhanakan prosedur dan persyaratan pendaftaran.
OJK juga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem perizinan secara online, baik untuk perijinan produk pengelolaan investasi seperti reksa dana, EBA dan DIRE maupun perijinan pelaku industri pengelolaan investasi.
Adapun upaya yang dilakukan untuk terus meningkatkan jumlah investor adalah mempermudah jalur distribusi reksa dana kepada investor, baik melalui perusahaan yang mempunyai jaringan luas maupun melalui sarana pemasaran elektronik.
"Kami juga melakukan sosialisasi dan edukasi secara luas baik kepada instansi pemerintah dan swasta, maupun komunitas-komunitas yang ada di masyarakat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
- Harga Bawang Merah Masih Tinggi di Level Rp42.528 per Kilogram
- Shopee Tambah Beban Baru Biaya Transaksi untuk Seller
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ini Daftar Tarif Listrik PLN Mulai 1 Juli 2025
- Barsa City Yogyakarta Resmikan HQ dan Unit Baru Tipe Studio
- Harga Emas Antam Hari Ini 30 Juni 2025 Turun Drastis, Rp1,88 Juta per Gram
- 30.000 Pekerja Terkena PHK hingga Juni 2025, Begini Langkah Pemerintah
- Hingga Mei 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Mencapai Rp7,26 Triliun
- Harga Bawang Merah dan Cabai Hari Ini 30 Juni 2024 Turun
- Permudah Perizinan Usaha, Pemerintah Terbitkan PP 28/2025 dan Wajibkan Semua K/L Masuk OSS-RBA
Advertisement
Advertisement