Advertisement

Tinggalkan Tempe, Agung Klaten Jadi Produsen Kapal Dalam Botol

Taufik Sidik Prakoso
Minggu, 24 Februari 2019 - 13:17 WIB
Sunartono
Tinggalkan Tempe, Agung Klaten Jadi Produsen Kapal Dalam Botol Agung Santoso, 36, warga Dukuh Ngaglik, Desa Klepu, Ceper, Klaten, menunjukkan miniatur kapal layar dalam botol kaca, Jumat (22/2 - 2019). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Advertisement

Harianjogja.com, KLATEN --Delapan tahun silam, Agung Santoso merenungi usahanya sebagai produsen tempe. Ia mulai merasakan jenuhnya bergelut dengan kedelai, mulai dari menyiapkan menjadi tempe hingga menawarkan kesana kemari agar laku dan mendapatkan untung. Sementara, hasilnya bagi dia tak seberapa. Warga Dukuh Ngaglik, Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten ini pun berusaha mencari alternatif usaha lain untuk banting setir.

Penghasilan yang ia peroleh dalam berjualan tempe bahkan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat. Pada suatu hari delapan tahun silam itu ia berjalan-jalan di kawasan Malioboro, Kota Jogja. Agung yang lulusan MTs Tegalarum, Kecamatan  Karanganom, Klaten itu melihat, salah satu souvernir di pusat Kota Jogja itu ada yang unik, yaitu kapal layar dalam botol.

Advertisement

Tak mencari tahu kemana dan bagaimana cara membuat kapal layar dalam botol itu, namun dengan tekadnya Agung justru langsung praktik di rumahnya. Berbekal ilmu autodidak, Agung berhasil membuat kerajinan miniatur kapal di dalam botol.

“Awalnya itu hanya melihat barangnya saja. Dari penutup botol yang kecil, bagaimana cara memasukkan miniatur kapal layar di dalamnya? Kemudian saya bayangkan prosesnya dan saya praktikkan akhirnya jadi,” tutur Agung saat ditemui di rumahnya, Jumat (22/2/2019).

Ia terus menyempurnakan kerajinan yang ia buat seperti mengecat kayu miniatur kapal hingga berkilau. Karyanya lantas dipasarkan ke Malioboro seusai Agung berjualan tempe. Ternyata hasil produksinya banyak yang suka dan pedagang siap menampung.

Pesanan kian bertambah. Tak hanya pedagang Malioboro, pesanan datang dari pengepul kerajinan berbagai kota seperti Makassar, Bali, serta Surabaya. Agung pun secara perlahan memberanikan diri meninggalkan statusnya sebagai produsen tempe dan fokus membuat miniatur kapal dalam botol sejak delapan tahun silam itu.

Perhitungan Agung meninggalkan produksi tempe tepat setelah pasar penjualan miniatur kapal dalam botol semakin luas. Karya Agung dijual hingga ke berbagai negara seperti seperti Turki, Kalifornia Amerika Serikat, Fiji, dan Kepulauan Bahama.

Kain Bekas

Banyaknya pesanan yang datang membuat Agung melibatkan warga di sekitar tempat tinggalnya. Ibu rumah tangga ia berdayakan untuk membantu membikin bagian kerajinan seperti layar kapal berbahan kain bekas.

“Saat ini ada 13 orang yang membantu saya. Ada yang membuat layar, menali penutup, atau meja botol. Mereka mengerjakannya di rumah masing-masing,” katanya.

Kerajinan kapal layar dalam botol dibuat menggunakan barang bekas. Seperti botol minuman kaca yang ia peroleh dari pengepul barang bekas. Kayu untuk miniatur kapal diperoleh dari limbah kerajinan. Begitu pula penutup botol serta meja untuk meletakkan botol.

Perangkaian miniatur kapal dilakukan di dalam botol. Peralatan yang digunakan sederhana yakni penjepit yang dibuat dari bambu, ruji sepeda untuk merangkai hingga mengikat tali, serta gunting untuk memotong tali.

Bentuk miniatur kapal menyesuaikan pesanan. Begitu pula dengan teknik perangkaian tali untuk mengikat layar. “Untuk merangkai itu tali menyambung dari awal sampai diikat. Kalau salah perhitungan, bisa jadi tidak sesuai keinginan seperti layarnya terlalu membengkok. Kunci merakit itu sebenarnya hanya sabar,” tutur Agung.

Meski rumit, Agung bisa merangkai satu miniatur kapal di dalam botol dalam tiga menit. Sehari, Agung bisa merangkai hingga 300 miniatur kapal.

Sementara itu, dalam sebulan Agung bisa memproduksi 1.000 miniatur kapal untuk setiap ukuran botol. Ada berbagai ukuran dan bentuk botol seperti kotak, silinder, serta pipih yang digunakan sebagai wadah miniatur kapal.  Sementara, setiap miniatur kapal layar dalam botol ia jual Rp7.000-Rp50.000.

Omzet yang diperoleh Agung bisa menembus puluhan juta rupiah setiap bulannya. “Untuk satu bulan itu, pengeluaran produksi Rp13 juta-Rp15 juta. Kalau omzetnya bisa mencapai tiga kali lipat dari pengeluaran,” katanya.

Agung menjelaskan selama ini perakitan miniatur kapal hanya dilakukan ia bersama anaknya serta satu kerabatnya. Sementara, warga yang dilibatkan dalam produksi kerajinan itu diminta membantu menyiapkan bahan dengan upah menyesuaikan jumlah barang serta jenis yang dibuat.

“Sebelum dilibatkan warga kami latih dulu. Cukup 10 menit saja warga sudah paham dan membuat sendiri,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos.com

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Kamis 18 April 2024

Jogja
| Kamis, 18 April 2024, 10:37 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement