Advertisement
BPR Perlu Jaga Kualitas Kredit, Bagaimana Kondisinya di Jogja?
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dalam menyalurkan kredit, bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan terus menjaga kualitas kredit sehingga sisi non-performing loan (NPL) terus terjaga.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DIY Ascar Setiyono mengungkapkan meningkatnya kebutuhan jelang Lebaran dan masuk ajaran baru juga mendongkrak kredit. Hal ini diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan outstanding loan.
Advertisement
"Namun, yang perlu diingat, harus menjaga kualitas kredit karena akses kredit lebih banyak untuk konsumsi. Oleh karena itu, perlu antisipasi penggunaannya jangan sampai memunculkan kesulitan pembayaran. Kami jaga dari sisi NPL-nya," kata dia, Jumat (5/7).
Perbarindo terus memonitor pertumbuhan BPR di DIY. Berdasarkan data yang diterima dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga April 2019 aset BPR DIY terpantau turun 1%. Penurunan ini lantaran banyak penggunaan dana oleh masyarakat lantaran menjelang Lebaran. Banyak terjadi penarikan deposito dan tabungan untuk keperluan menjelang Lebaran. "Untuk simpanan tercatat kenaikan, tetapi kecil tidak sampai satu persen. Masih banyak dana yang digunakan untuk keperluan dibandingkan disimpan terlebih dahulu," terang dia.
Dari sisi kredit dan pembiayaan terpantau tumbuh 3,7% yakni sebesar Rp195 miliar. Menurutnya pertumbuhan ini masih terlalu kecil karena sudah mencapai April 2019. Jika kondisi perlambatan ini terus terjadi hingga akhir tahun, Perbarindo DIY pesimistis pertumbuhan bisa mencapai angka 10%.
"Semoga Mei-Juni nanti laporannya meningkat. Awal-awal tahun sampai di tiga, empat bulan pertama agak pelan. Semester kedua agak kejar target sehingga diharapkan sampai 10 persen pertumbuhannya," kata dia.
Untuk menjalankan bisnisnya, BPR menghadapi berbagai tantangan yakni adanya kredit usaha rakyat (KUR), teknologi finansial (tekfin), dan turunnya permintaan. BPR harus kembali pada pakemnya yakni sektor mikro karena ada beberapa BPR yang mulai bermain di sektor kredit besar Rp100juta ke atas dan Rp500 juta ke atas. "Ini yang perlu dijaga agar BPR dari sisi pertumbuhan kredit. Selain itu enggak cuma nominal yang dijaga, tetapi juga jumlah rekening yang harus dikerjakan untuk dijaga loyalitas. Perlu pendekatan personal," jelas dia.
Ia mengatakan dalam menjalankan bisnisnya, BPR menghadapi beberapa tantangan misalnya adanya kredit usaha rakyat (KUR), teknologi finansial (tekfin), dan menurunnya permintaan. "Untuk persaingan, hal ini adalah hal biasa. Kami aka ikuti perkembangan dan menggandeng bank umum yang memiliki struktur TI (teknolofi informasi) lebih baik. Kami juga sudah kerja sama dengan BPD DIY untuk Apex bank," terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Bawaslu Kulonprogo Nilai Perlu Ada Tambahan Pengawas Kalurahan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Pinjamin Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2025 Lewat Penguatan Literasi
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
Advertisement
Advertisement