500 Driver Online Jogja Ikut Demo di Jakarta
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ratusan driver online dari Jogja akan turut turun ke jalan menolak Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No.118/2018 tentang Angkutan Sewa Khusus (ASK), yang direncanakan di depan Istana Negara, di Jakarta, Rabu (10/7).
“Ada 500-an orang, untuk yang aksi di Jogja sendiri tidak ada. Kalaupun ada kemungkinan cuma aksi solidaritas offbid tetapi saya juga enggak ada imbauan khusus,” ucap Presiden Front Independen Driver Online Indonesia (FI), Sabar Gimbal, Selasa (1/7).
Advertisement
Rencana, para driver dari Jogja akan bergabung dari daerah lain. Ditarget massa aksi sekitar 20.000 orang.
Pada dasarnya, kata dia, para driver menuntut ada aturan yang komperhensif dari pemerintah. Bukan setingkat permen. “Target utama aplikasi diatur batasan-batasannya oleh pemerintah, driver kembali ke marwah kemandirian dan kemerdekaan untuk mencapai kesejahteraannya,” katanya.
Gimbal mengungkapkan rencana aksi tersebut menyusul Permenhub No.118/2018 yang dirasa merugikan driver online. Dengan Permenhub tersebut aplikator tidak tersentuh oleh aturan Kemenhub karena bukan ranah Kemenhub untuk mengatur aplikasi. Upaya-upaya komunikasi yang telah dilakukan selama ini juga dirasa tidak ada tindaklanjut dari pihak terkait.
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM), Arif Wismadi menilai Permenhub tersebut mengalami sedikit kemunduran dalam pengaturan layanan publik
Arif mengatakan membuat aturan dengan menempatkan pihak terlemah dalam pengelolaan risiko pengoperasian tidak jauh berbeda dengan sistem sub-let atau sistem setoran yang menempatkan supir dalam pengelolaan resiko penyelenggaraan sistem angkutan umum, yaitu yang terjadi sebelum datangnya sistem buy-the-service seperti yang diterapkan pada Trans Jogja. “Artinya di sini ada sedikit kemunduran dalam pengaturan layanan publik,” ucap Arif Selasa.
Dikatakannya ketiadaan instrumen pengendalian untuk pengelola aplikasi menunjukkan dua kemungkinkan, pemerintah tidak bisa mengontrol, atau penyedia aplikasi tidak bersedia dikontrol.
Sanksi untuk penyedia aplikasi jika akan diberlakukan harus melihat kedudukan hukum dari perusahaannya apakah di Indonesia atau di luar negeri. Jika di Indonesia, dapat melalui instrumen administrasi, atau izin yang tidak terlalu mengganggu pelayanan masyarakat tetapi berpengaruh besar pada kinerja keuangan perusahaan aplikasi. Jika penyedia aplikasi berada di luar Indonesia, meski secara teknis bisa seperti halnya kasus blokir sosial media baru-baru ini, hal tersebut mengganggu layanan.
Untuk yang dari luar sifat pengaturan hanya akan bersifat light-touch regulation, yaitu pengaturan minimal yang dibalut dengan keyakinan bahwa perusahaan yang bertahan adalah perusahaan yang menerapkan tata kelola yang baik, dan jika tidak menerapkan aturan internal yang sehat maka akan ditinggalkan mitra dan pengguna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- OJK: KUR Tidak Termasuk Utang Macet yang Bisa Dihapus
- Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Capai 4,7 hingga 4,9 Persen di 2025
- Harga Bitcoin Pecah Rekor, Investor Diminta Berhati-hati Titipkan Dana Investasinya
- Sah! Maya Watono Jabat Direktur Utama Holding BUMN InJourney, Berikut Profilnya
- Prabowo Raih Komitmen Investasi 8,5 Miliar Dolar AS dari Lawatannya ke Inggris
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Bea Cukai DIY Sebut Hampir Semua Stakeholder Sepakti Penerapan Cukai Minuman Berpemanis
Advertisement
Advertisement