Advertisement
Keberadaan VHO Bantu Tingkatkan Okupansi tetapi ...

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menilai keberadaan virtual hotel operator (VHO) atau operator hotel virtual mampu membantu meningkatkan tingkat penghunian kamar hotel khususnya hotel nonbintang. Bahkan kontribusinya bisa mencapai 20%
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istidjab M Danunagoro mengungkapkan VHO sah-sah saja beroperasi terutama untuk menggandeng hotel nonbintang. Namun, yang dipersoalkan adalah VHO kerap menjual kamar sangat murah. Untuk hotel berbintang diharapkan tetap sesuai standar sehingga terjadi persaingan yang sehat. "Selain itu, saya harap mereka ini kalau memang menggandeng hotel ya yang sudah terdaftar dan berizin," kata dia, Kamis (18/7).
Advertisement
Namun, memang diakui keberadaan VHO mampu membantu meningkatkan okupansi hotel nonbintang sekitar 20% dari biasanya. Pasalnya, dengan adanya VHO ada standardisasi servis dan fasilitas yang harus disediakan. Servis dan fasilitas inilah yang kemudian menjadi daya tarik bagi konsumen sehingga konsumen menjadi nyaman dan puas. "VHO ini juga tidak ingin mendapatkan review yang jelek dari pelanggan. Kalau dapat masukan jelek nanti enggak laku, jadi mereka ada standar," kata dia.
Â
Tak Salahi Aturan
Ketua Asita DIY Udhi Sudiyanto mengatakan Asita tidak pernah menentang adanya VHO karena dunia semakin maju. "Kami tidak menentang selama sesuai dengan kaidah yang ditetapkan dalam arti tidak boleh menyalahi sebuah kesepakatan. Contohnya, jangan sampai beri harga yang enggak logis. Sesuai standarnya saja. Jangan sampai bintang empat murah banget dan ambil porsi di bawahnya," kata dia.
Ia mengungkapkan keberadaan VHO memang bisa membantu hotel nonbintang dalam meningkatkan keterisian kamar. Diharapkan kerja sama antara VHO dan pemilik penginapan saling mengungtungkan dan menciptakan persaingan yang logis dan sehat. "Jangan sampai, walaupun hotel nonbintang, tetapi fasilitasnya bagus ya harganya harus sesuai dengan servis yang disediakan," terang dia.
Masyarakat juga diimbau untuk lebih cerdas sebelum memesan penginapan melalui VHO. Sebelum menginap harus mengecek dahulu fasilitas dan lokasi penginapan agar sesuai dengan keinginan.
Pihak VHO juga diminta untuk transparan dalam memberikan informasi soal lokasi. Jangan sampai seolah-olah lokasi dekat dengan satu destinasi tertentu, tetapi ketika dicek di peta lokasi sebetulnya sangat jauh dari destinasi itu. Hal itu akan mencederai prinsip kepercayaan yang diutamakan dalam dunia pariwisata.
"Informasi harus jelas. Informasi menarik tetapi yang benar karena wisata itu soal trust agar nyaman semua," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
- Pengin Menabung di Deposito? Berikut Bunga Deposito BCA, Mandiri, BNI, dan BRI Terbaru
Advertisement

Plengkung Gading Jogja Masih Ditutup untuk Renovasi, Ini Penampakan Terbarunya
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Tak Ingin Ada Diskriminasi Usia dalam Rekrutmen Tenaga Kerja, Menaker Bakal Sisir Aturan Batasan Usia
- Pemerintah Pusat Siapkan Inpres Infrastruktur untuk Bantu Daerah
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Turun Hari Ini 9 Mei 2025
- Harga Pangan Hari Ini 9 Mei 2025: Daging Ayam dan Cabai Naik
- BI Catat Indeks Keyakinan Konsumen pada April 2025 Meningkat
- Hingga Maret 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Capai Rp4,66 Triliun
Advertisement