Advertisement
Apa Dampak Pelemahan KPK terhadap Perekonomian?

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Upaya pelemahan KPK oleh sejumlah pihak dinilai pegiat antikorupsi akan berdampak buruk pada perekonomian.
Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM, Zaenur Rohman mengatakan upaya pelemahan lembaga antirasuah tersebut baik melalui seleksi calon pimpinan KPK maupun Revisi UU KPK akan berdampak buruk. “Akibatnya korupsi akan merebak seperti zaman Orba. Di mana pemberantasan korupsi tidak dapat menjangkau pelaku kekuasaan tinggi seperti elit politik di DPR, eksekutif maupun pengusaha dan yang punya bisnis besar,” kata Zaenur, Jumat (13/9).
Advertisement
Kemudian akibat jangka panjang oligarki akan menguat, perekonomian akan tertumpuk mengumpul pada sejumlah kelompok saja dan pemerataan akan sulit diwujudkan. “Kebijakan negara akan ditujukan pada kelompok elit, perekonomian negara akan bersifat ekstraktif mengandalkan sumber daya alam (SDA) dan itu didapatkan dengan cara mempengaruhi para pemegang kebijakan,” ucapnya.
Ia juga mengatakan terpilihnya Firli Bahuri sebagai pimpinan KPK juga tidak bisa diharapkan akan membersihkan kepolisian. Melihat latar belakang Firli anggota Polisi. “Kita jangan berharap KPK akan menyentuh kepolisian,” ujarnya.
Kepercayaan publik pun terhadap KPK nantinya akan menurun. KPK tidak akan mendapat banyak dukungan dari masyarakat yang ujungnya masyarakat meminta KPK dibubarkan. Pemilihan Firli diduga disengaja untuk membuat kepercayaan publik kepada KPK menurun sehingga partisipasi masyarakat menurun, pelapor turun, yang mempercayakan pengusutan perkara akan menurun.
Zaenur mengatakan pada kondisi saat ini, dari sisi terplihnya Firli, masyarakat harus mengawasi dan mengontrol KPK secara massif. Sementara kaitan revisi UU KPK harus terus disuarakan penolakan.
Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta, yang juga merupakan pengamat ekonomi, Edy Suandi Hamid menegaskan bahaya korupsi itu bisa menjadi penyakit besar bagi ekonomi Indonesia. “Indonesia ini sudah menjadi negara maju jika bebas korupsi. Korupsi menjadi penyebab ekonomi biaya tinggi dan lemahnya daya saing kita. Borosnya biaya pembangunan yang menyebabkan capital output ratio kita tinggi juga didorong korupsi,” ujarnya.
Akibatnya pemanfaatan sumber daya yang dimiliki tidak efisien. Sudah menjadi rahasia umum semua level birokrasi dan hampir semua unit birokrasi terjangkit korupsi. “Karenanya perlu, regulasi yang menutup peluang korupsi itu bukan malah membuat regulasi yang memberi koruptor tambah nyaman,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
Advertisement

Pemkab Bantul Gelar Gerakan Pangan Murah Antisipasi Kenaikan Harga Pokok
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kunjungan Wisman ke Jogja Tetap Positif Meski Sempat Ada Pembatalan
- Januari-Agustus 2025, Stasiun Lempuyangan Berangkatkan 1,8 Juta Penumpang
- Harga Emas Antam 16 September 2025 Naik, Rp2.181.000 per Gram
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Trump Turunkan Tarif Mobil dari Jepang 15 Persen per Hari Ini
- Harga Emas Diramal Tembus 4.000 Dolar AS Troy Ounce pada 2026
- Pasar Panel Surya RI Dikuasai Produk Murah China
Advertisement
Advertisement