Advertisement
Kemenhub Berharap Pengadaan Kendaraan Listrik Dipercepat

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan berharap pengadaan kendaraan berbahan bakar listrik (KBL) segera dipercepat untuk mengurangi polusi dan emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi menyatakan bahwa dampak emisi gas rumah kaca salah satunya muncul karena kendaraan yang berbahan bakar fosil.
Advertisement
Menurutnya, program kendaraan listrik adalah salah satu contoh program transportasi berkelanjutan yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kebijakan kendaraan listrik yang diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) No.55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan tersebut menjadi salah andalan hilangan masalah GRK.
“Yang terpenting bagi kita adalah menyampaikan pesan pada masyarakat bahwa kendaraan bermotor yang kita pakai sekarang ini, cepat atau lambat kualitas bahan bakar kita nantinya harus menyesuaikan Euro 4 sesuai dengan alat pengujian yang kita punya nanti sudah berstandar Euro 4," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (19/19/2019).
Menurutnya, perlu dipikirkan cara meninggalkan bahan bakar yang menggunakan fosil lantaran kualitas udara yang semakin buruk.
Kemenhub, katanya, pada 2021 akan mulai menggunakan bus bertenaga listrik untuk skema beli layanan, pengembangan dari skema yang rencananya diujicobakan pada 5 kota besar pada 2020.
“Dalam konsep pembangunan berkelanjutan ditekankan tujuan pembangunan tidak semata-mata meningkatkan ekonomi tetapi juga harus memperhatikan dampaknya terhadap kehidupan sosial budaya dan kualitas lingkungan," katanya.
Salah satu isu lingkungan adalah terjadinya pemanasan global yang merupakan implikasi dari produksi gas rumah kaca.
Budi mengatakan perlu ada sistem transportasi yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat.
“Berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2012, sektor transportasi mengonsumsi sekitar 20% dari total konsumsi energi nasional,” katanya.
Menurutnya, perlu langkah-langkah nyata untuk menciptakan transportasi yang berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Perolehan Medali di PORDA DIY Tak Terkejar, Sleman Kunci Juara Umum
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Merger Pelita Air dan Garuda, Begini Tanggapan CEO Danantara
- Impor Komoditas Etanol Akan Dibatasi, Ini Tujuannya
- Kucuran Rp200 Triliun Himbara Perlu Diimbangi Kemudahan Usaha
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
Advertisement
Advertisement