Advertisement
Sriwijaya Disarankan Berhenti Beroperasi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Menyusul pemutusan kerja sama operasi dengan Garuda Indonesia Group yang mengakibatkan layanan penerbangan menjadi terganggu, Sriwijaya Air dan NAM Air disarankan untuk menghentikan operasional sementara.
Pemerhati penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI Alvin Lie menuturkan Sriwijaya Air hanya mengoperasikan beberapa pesawat sehingga ada sejumlah penerbangan yang mengalami keterlambatan (delayed) hingga dibatalkan (cancelled). Hal tersebut merugikan pengguna jasa angkutan udara.
Advertisement
"Kalau sudah seperti ini sebaiknya [Sriwijaya] hentikan operasi sementara, daripada hanya mengoperasikan beberapa pesawat saja. Langkah ini juga sebagai bentuk komitmen jaminan mereka pada keselamatan penerbangan," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (7/11/2019).
Menurutnya, Sriwijaya perlu segera membereskan penunjukan jajaran direksi baru, mengangkut penumpang yang terlantar menggunakan maskapai lain, dan menghentikan penjualan tiket sampai ada kejelasan.
Pada saat Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air sepakat untuk rujuk pada 1 Oktober 2019, disekapati adanya masa transisi yang dilaksanakan oleh jajaran direksi khusus. Direksi tersebut hanya memiliki mandat hingga 31 Oktober 2019.
Sampai saat ini, lanjutnya, belum ada kesepakatan pembaruan maupun penunjukan direksi definitif usai masa transisi berakhir. Secara otomatis perizinan maskapai tersebut sudah tidak memenuhi syarat lagi dan berisiko menyalahi aturan.
Di sisi lain, Alvin berpendapat beberapa BUMN seperti PT Gapura Angkasa, PT GMF Aero Asia Tbk., hingga Pertamina terus menagih kewajiban terhadap Sriwijaya Air. Hal tersebut bakal memberatkan maskapai milik keluarga Chandra Lie itu.
Bila Sriwijaya Air kesulitan untuk menyelesaikan biaya perawatan pesawat, imbuhnya, ada aspek keselamatan penerbangan yang dipertaruhkan. "Saya mendesak Kemenhub untuk bersikap tegas dalam masalah ini," ujarnya.
Dia menilai penyebab pecah kongsi tersebut berasal dari ketidaksamaan prinsip kedua kelompok maskapai tersebut. Fokus utama Garuda dalam KSO adalah untuk membantu Sriwijaya agar kondisi keiangannya cukup sehat, sehingga dapat membayar utang yang sudah menunpuk di berbagai BUMN.
Sebaliknya, Sriwijaya Air dinilai memanfaatkan KSO untuk meningkatkan nilai perusahaannya, sehingga ada kenaikan pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
Advertisement

NPC Kulonprogo Targetkan 25 Medali di Peparda 2025, Jumlah Atlet Meningkat Efek Qonitah
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- TikTok Akan Dibeli Orang Kaya di AS, Begini Respons Pemerintah China
- Kelola Sampah Sepenuh Hati, Bisnis Hotel Semakin Berseri
- Semarakkan Liburan Sekolah, MORAZEN Yogyakarta dan Waterboom Jogja Gelar Lomba Mewarnai
- Update! Harga Bahan Pangan Selasa 1 Juli 2025
- Pakar Energi UGM Sebut Kenaikan Harga BBM Non Subsidi Sudah Tepat
- Astra Motor Yogyakarta Ajak Honda Community Riding Santai Malam Hari
- Inflasi Juni 2025 Capai 0,19 Persen, Harga Beras hingga Cabai Jadi Biang Kerok
Advertisement
Advertisement