Advertisement
Festival Perahu Naga Tahun Ini Tidak Digelar
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Festival Peh Cun yang biasa dirayakan dengan Festival Perahu Naga di Laguna Pantai Depok bulan ini kemungkinan ditiadakan lantaran adanya pandemi Covid-19.
Ketua I Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) Jimmy Sutanto mengatakan pandemi Covid-19 lebih menuntut untuk menjaga kesehatan dan saling tolong menolong antarsesama. “Dimungkinkan tidak ada [Festival Perahu Naga], karena kondisinya seperti ini. Kami masih fokus untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial dulu,” ujar Jimmy, Rabu (10/6/2020).
Advertisement
Pihaknya memahami kondisi pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga telah berdampak pada perekonomian masyarakat. “Walaupun beberapa daerah sudah ada pelonggaran, tetapi kan masih harus mengantisipasi jangan sampai ada gelombang kedua yang dapat membuat ekonomi masyarakat semakin terganggu,” ucapnya.
Jimmy mengatakan kegiatan-kegiatan sosial terus dilakukan JCACC dalam beberapa waktu terakhir, dan masih akan terus dilakukan. Terkait dengan festival yang tidak diadakan tahun ini, menurut Jimmy, tidak akan mengurangi maknanya. “Anak-anak muda masih bisa belajar dan mengambil pelajaran dari budaya-budaya yang ada,” ujar dia.
Sejarah Peh Cun
Jimmy menceritakan selama sekitar lima abad, tepatnya antara 770-221 Sebelum Masehi di Tiongkok Tengah ada tujuh negara yang saling berebut untuk memimpin Tiongkok.
Salah satunya negara Chu. Di negara itu ada pujangga yang bernama Qu Yuan yang terkenal dan kemudian menjadi menteri di negaranya itu. Dia memberikan ide untuk memajukan negara dengan mengusulkan reformasi dan pengembangan negaranya supaya bisa memenangkan perang.
Akan tetapi waktu itu ada yang tidak suka dengan dia, dan mendapat fitnah. Lantas Qu diusir, sehingga dia merana dan kemudian ada di sekitar sungai Miluo, ada nelayan yang bertanya mengapa dia terlihat susah, dan menyarankan dia tidak perlu memikirkan negara.
Kemudian pada suatu hari dia mendengar negaranya jatuh. Dia pun yang memiliki rasa cinta pada negaranya lebih memilih bunuh diri dengan memikul batu terjun ke sungai, pada tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek itu.
Nelayan coba menyelamatkan namun tidak bisa tertolong, nelayan itu menyebarkan nasi supaya jasadnya tidak dimakan ikan. Itu berlangsung tahun demi tahun. Nasi ini dibuat menjadi makanan Bakcang dan menjadi tradisi. Setiap peringatan itu juga kemudian diramaikan dengan perahu naga. “Menjadi tradisi seperti di Jawa kalau nyekar kan ada apam. Jadi Qu Yuan itu bisa menjadi teladan rasa nasionalisme cinta tanah air,” ucap Jimmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Paruh Pertama 2025 Jumlah Penumpang Kereta Api Mencapai 240,9 Juta
- Ungkap Kecurangan Beras Oplosan, Menteri Pertanian Tak Gentar Meski Ada Intimidasi
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Menteri Tenaga Kerja Sebut Saat Ini Satu Juta Sarjana Jadi Pengangguran
- Astra Motor Yogyakarta Support MUKERNAS XIII Supra Indonesia di Banyumas
- Beragam Produk Emas di Galeri 24 Pegadaian Hari Ini Turun hingga Rp15.000 per Gram
- Jutaan Orang Telah Menerima BSU dari Pemerintah untuk Meningkatkan Daya Beli
- Sah, Anggaran Kementerian Transmigrasi Ditambah Rp1,7 Triliun
- Donald Trump Umumkan Daftar Tarif 14 Negara, Termasuk Indonesia Kena 32 Persen
- Indonesia Kena Tarif Trump 32 Persen, Ini Komentar BEI Soal Pasar Saham
Advertisement
Advertisement