Advertisement
Bank Indonesia Diprediksi Menahan Suku Bunga karena Ancaman Resesi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Ancaman resesi pada masa pandemi Covid-19 membuat banyak ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) bakal mempertahan suku bunga acuan di level 4%.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, mayoritas ekonom memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan tetap bertahan di 4%.
Advertisement
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai suku bunga acuan saat ini sudah sangat rendah, sehingga pemangkasan tidak perlu dilakukan dalam RDG BI kali ini.
"Saya perkirakan BI masih menahan suku bunga," katanya kepada Bisnis.com, jaringan Harianjogja.com Rabu (16/9/2020).
Piter mengatakan, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah menyebabkan adanya tekanan pada pasar keuangan dan nilai tukar rupiah.
Justru, dia menilai berisiko jika BI kembali menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga acuan bisa mengganggu sentimen investor di tengah cukup besarnya tekanan nilai tukar rupiah.
"Saya kira BI tidak ingin menambah tekanan itu dengan menurunkan suku bunga acuan," jelas Piter.
Di samping itu, menurut Piter, BI juga perlu memberikan waktu kepada perbankan untuk merespon penurunan suku bunga yang Lalu. Pasalnya, transmisi ke suku bunga kredit perbankan belum turun sebesar penurnan suku bunga acuan.
Senada, Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana merekomendasikan agar suku bunga acuan tetap bertahan di 4 persen.
Menurut Wisnu, perdagangan dan transaksi berjalan memang terlihat membaik, tercermin dari neraca perdagangan Indonesia yang mencetak surplus sebesar US$2,3 miliar pada Agustus 2020.
Ekspor mengalami kontraksi sebesar -8,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), membaik dari Juli 2020 yang terkontraksi -9,9% yoy.
Kontraksi
Sementara, impor juga mengalami kontraksi yang menyempit sebesar -24,2% yoy, dibandingkan dengan -32,6 persen pada Juli 2020, terutama impor barang modal.
Namun demikian, kata Wisnu, meski perdagangan dan transaksi berjalan membaik, arah kebijakan moneter secara umum bergantung pada aliran modal atau finansial.
"Beberapa faktor seperti tren kenaikan inflasi global dan domestik, serta volatilitas rupiah belakangan ini juga perlu dicermati. Permintaan kami kebijakan suku bunga tetap ditahan," jelasnya.
Sebagai catatan, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III di kisaran 0 persen hingga minus -2,1 persen. Jika realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa mencapai angka positif pada kuartal tersebut, maka secara teknikal Indonesia akan mengalami resesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
Advertisement

Tabrakan Mobilio vs Fortuner di Jalan Nasional di Gunungkidul, Seluruh Penumpang Dilarikan ke Rumah Sakit
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Update! Harga Bahan Pangan Selasa 1 Juli 2025
- Pakar Energi UGM Sebut Kenaikan Harga BBM Non Subsidi Sudah Tepat
- Astra Motor Yogyakarta Ajak Honda Community Riding Santai Malam Hari
- Inflasi Juni 2025 Capai 0,19 Persen, Harga Beras hingga Cabai Jadi Biang Kerok
- KAI Operasionalkan Kereta Uap Wisata KA Baru Klinthing, Ini Rute dan harga Tiketnya
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- DIY Alami Inflasi 0,23 Persen pada Juni 2025, Dipicu Kenaikan Harga Cabai Rawit dan Tomat
Advertisement
Advertisement