Advertisement
PSBB DKI Jakarta Sempat Pengaruhi Iklim Investasi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kabar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta hingga sentimen global dinilai sedikit banyak turut mempengaruhi iklim investasi di Pasar Modal.
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) DIY, Irfan Noor Riza mengatakan sebenarnya setelah diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru memberikan angin segar untuk iklim investasi di pasar modal. Adaptasi kebiasaan baru, harapannya perlahan-lahan akan menggeliatkan ekonomi Indonesia kembali, seiring sejalan pastinya dengan pertumbuhan iklim investasi khususnya di Pasar Modal.
Advertisement
BACA JUGA : Jakarta Kembali PSBB, Sultan Jogja Khawatir Pemudik
“Pasar Modal saat pandemi ikut terdampak, tapi yang cukup menggembirakan adalah ditengah pandemi pertumbuhan jumlah investor [khususnya di DIY dan sekitarnya] mengalami peningkatan. Jumlah investor di DIY Agustus 2020 adalah 51.993 investor. Meningkat cukup menggembirakan dimana Januari 2020, jumlah investor DIY masih di angka 49.649 Investor,” kata Irfan, Kamis (17/9/2020).
Sayangnya pertanda baik tersebut, cukup terpengaruh dengan adanya PSBB Jakarta. Pengumuman rem darurat terkait diberlakukannya kembali PSBB di Jakarta saat itu banyak orang bilang menjadi penyebab jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun hingga 5% pada Kamis (10/9/2020).
“Tapi menurut kami, penyebabnya tidak hanya itu, banyak faktor yang membuat IHSG turun saat itu. Sentimen global sampai nilai tukar yang memiliki tren melemah turut andil menjadi penyebabnya, disamping memang banyak investor yang melakukan aksi profit taking,” ucapnya.
BACA JUGA : DKI Jakarta PSBB: Masuk Jogja, Warga dari Zona Merah
Lanjut Irfan, pasar berfluktuatif merespon kebijakan tersebut dan secara fundamental, masyarakat dinilainya masih cukup kuat sebenarnya. Terbukti, IHSG kembali mulai naik setelah hari pertama penerapan PSBB tersebut Senin (14/9/2020). Sentimen positif membuat pelaku pasar masuk kembali dan IHSG berfluktuatif kembali cenderung meningkat. Demikian pula dengan DIY, yang semula ikut terdampak menjadi berfluktuatif dan bergairah kembali.
“Fluktuatif adalah hal biasa yang terjadi di market,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Realisasi Investasi Apple Bakal Diumumkan Pekan Depan
- Diskon Tarif Listrik Idealnya 6 Bulan, Pakar UGM: 2 Bulan Kurang Berdampak
- Ini Tanggapan Apindo Soal Kebijakan PPN 12% untuk Barang Mewah
- Petani Minta Pemerintah Menaikkan HPP Gabah Jadi Rp7.000 per Kilogram
- Malam Tahun Baru 32 Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Tugu Jogja Bakal Direkayasa, Ini Daftarnya
Advertisement
Kisah Inspiratif Pemuda Wirokerten Bantul, Ubah Kawasan Rawa Jadi Tempat Wisata dan Ekonomi
Advertisement
Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Indomaret dan Baygon Gelar Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kabupaten Magelang
- Kriteria Penghapusan Utang Petani Hingga UMKM, Begini Penjelasan OJK DIY
- TJSL 2024: PLN UIP JBTB Bantu Wujudkan Program Air Bersih dan Sanitasi Layak bagi Warga Desa Culik Karangasem
- Harga Emas Antam Hari Ini 2 Januari 2025 Naik Rp9000 per Gram
- Update Harga Pangan Hari Ini 2 Januari 2025: Beras Turun, Cabai Rawit Masih Tinggi
- Tahun Ini Pemerintah Salurkan 960 Ribu Ton Beras Bantuan
- Atas Komando Prabowo, HPP Gabah dan Jagung di Tingkat Petani Naik
Advertisement
Advertisement