Advertisement
Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, Rekor Tambahan Utang Terbanyak Sejak 1998
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Bank Dunia merilis laporan terbaru tentang statistik utang internasional 2021 yang berisi deretan negara low-middle income dengan jumlah utang luar negeri terbesar di dunia.
Negara dengan utang terbesar pada 2019 adalah China dengan jumlah US$2,1 triliun. Sementara Indonesia berada di posisi ketujuh dengan jumlah utang US$402,08 miliar atau senilai Rp5.900 triliun.
Advertisement
Laporan itu juga menyebutkan posisi utang luar negeri Indonesia terus naik. Selama 3 tahun terakhir sejak 2017 senilai US$353,56 miliar, US$379,58 miliar, dan US$402,08 miliar.
Anggota Komisi Keuangan (Komisi XI) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anis Byarwati mengatakan terlepas dari catatan itu, pemerintah harus berhati-hati dalam menetapkan utang luar negeri (ULN).
Baca Juga: Mahasiswa Penolak Omnibus Law Jadi Korban Doxing, KAGAMA Filsafat UGM Sebut Pembunuhan Karakter
Berdasarkan data anggaran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) edisi Agustus 2020, realisasi pembiayaan utang Indonesia hingga Juli mencapai Rp519,22 triliun. Realisasinya terdiri atas penyerapan surat berharga negara (SBN) Rp513,4 triliun, ULN Rp5,17 triliun, dan pinjaman dalam negeri (PDN) Rp634,9 miliar.
Dengan realisasi ini, posisi utang Indonesia per Juli 2020 telah menyentuh Rp5.434,86 triliun. Utang tersebut terdiri atas SBN Rp4.596,6 triliun, PDN Rp10,53 triliun, dan ULN Rp828,07 triliun.
Rasio utang terhadap PDB telah naik menjadi 34,53% dari sebelumnya 33,63% pada Juli 2020. Untuk tahun ini, bunga utang Indonesia telah mencapai Rp338,8 triliun atau setara 17 persen dari APBN 2020.
“Angka ini telah melewati batas aman yang direkomendasikan IMF [Dana Moneter Internasional] yakni 10%,” katanya melalui pesan instan pada Rabu (21/10/2020).
Anis menjelaskan bahwa akibat kebijakan utang ini, debt service ratio (DSR) Indonesia pun turut naik. Data Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) semester I/2020 menunjukkan DSR tier-1 Indonesia telah mencapai 29,5%.
Angka ini melewati batas aman DSR yang ditetapkan IMF sebesar 25%. DSR tier-1 merupakan indikasi penambahan ULN yang tidak disertai dengan peningkatan kinerja ekspor dan komponen penambahan devisa lainnya.
Baca Juga: Kenali Tanda-Tanda Tak Cocok dengan Alat Kontrasepsi!
“Dengan DSR di atas 25 persen itu, artinya jumlah utang Indonesia sudah masuk pada tingkat waspada,” jelasnya.
Anis menuturkan bahwa penambahan utang Indonesia secara statistik dalam kurun waktu 2014 sampai dengan 2020 berdasarkan prediksi telah mencapai Rp3.390,72 triliun atau meningkat 129,97 persen hanya dalam 6 tahun. Pada 2014 sebesar Rp2.608,78 triliun serta Rp5.999,50 triliun pada perkiraan 2020.
“Sejak terjadinya krisis 1997-1998, periode pemerintahan ini memegang rekor dengan penambahan utang terbanyak,” tegas Anis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KAI Daop 6 Fasilitasi Angkutan Motor Gratis Selama Arus Mudik, Catat Cara Daftar dan Syaratnya
- Perpres 19/2024 dan Sinergi Kementerian Bakal Percepat Pengembangan Industri Gim RI
- Aturan Impor dalam Permendag Nomor 36 Ditunda
- Harga Cabai Mahal, Mendag: Indonesia Butuh Sistem Tanam yang Tidak Terpengaruh Cuaca
- Pelaku Industri Sebut Aturan Baru Kripto OJK Wujud Komitmen OJK Kembangkan Teknologi Keuangan RI
Advertisement
Advertisement
Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali
Advertisement
Berita Populer
- Diklaim Usung Performa 3 Kali Lipat Lebih Baik, PS5 Pro Bakal Dirilis Sony Tahun Ini
- Penjaminan Dana Pihak Ketiga Belum Berlaku untuk Pinjol, Begini Penjelasan OJK
- Driver Ojol Wajib Diberi THR, Ini Ketentuan Detailnya
- Dugaan Debitur Fraud hingga Rp2,5 Triliun, LPEI Bakal Ikuti Proses Hukum
- Jika Ada Perusahaan Telat Bayar THR 2024, Ini Sanksinya
- Qwords Academy, Bantu UMKM Terapkan Konsep #GoOnline di Bulan Ramadan
- Tanpa Orkestrasi Sektor Wisata, Kunjungan Wisatawan Saat Libur Lebaran di DIY Terancam Ngedrop
Advertisement
Advertisement