Advertisement
Ekonom: Perekonomian DIY Bakal Tumbuh Pesat pada Semester II/2020

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pengamat ekonomi sekaligus Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Prof. Edy Suandi Hamid memprediksi ekonomi DIY akan mulai bangkit dan mengalami percepatan pertumbuhan pada semester II/2021.
“Mesin penggerak pertumbuhan ini adalah dua pilar ekonomi DIY, yaitu sektor pariwisata dan sektor pendidikan. Kedua sektor ini bergerak cepat karena keterisolasian dan mobilitas yang sangat terbatas selama pandemi Covid-19,” ucap Prof. Edy, Minggu (27/12/2020).
Advertisement
Edy menjelaskan sejak adanya Pandemi Covid-19, yang menyebabkan banyak para pelajar, mahasiswa yang kembali ke kampung halamannya sebagai akibat pembelajaran daring, telah berakibat pada kemerosotan perekonomian DIY pada 2020.
DIY bahkan lebih awal dari Indonesia secara keseluruhan masuk pada zona resesi sejak kuartal II/2020. Selama triwulan I-III/2020 pertumbuhan ekonomi DIY sudah mengalami kontraksi (yoy) masing-masing 0,17% (triwulan I/2020); 6,72% (triwulan II/2020); dan 2,84% (triwulan III/2020). “Secara keseluruhan, tahun ini pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan bisa negatif mencapai minus 2,3 persen,” ucap dia.
Prospek 2021, dari sisi pendidikan, situasi tidak terlalu banyak berubah seperti 2020, walau sedikit lebih baik, utamanya pada semester I/2021. “Kegiatan akademik sebagian besar masih tetap daring, mengikuti ketentuan, edaran Mendikbud. Memang boleh blended, tetapi dijelaskan bahwa yang luring itu terbatas,” ujarnya.
Dalam situasi pandemi, permintaan akan jasa pendidikan, lebih-lebih pendidikan tinggi, bisa menjadi sangat elastis. Ini terjadi karena harga dari risiko Covid-19 terlalu mahal untuk memaksakan membeli jasa pendidikan tersebut. Dalam situasi normal, dan ketika menganggap pendidikan itu sebagai suatu kebutuhan yang pokok bagian sebagian besar masyarakat, maka memang permintaannya akan inelastic, baik dilihat dari pendapatan maupun harga.
Namun jika elastisitas risiko Covid-19 terhadap permintaan pendidikan, secara teoritis akan sangat elastis. Artinya, semakin tinggi risiko Covid-19, akan menurunkan permintaan jasa pendidikan lebih tinggi.
“Sementara sektor-sektor di luar pendidikan, diperkirakan akan mulai tumbuh positif, namun pertumbuhan ini mengalami pelambatan karena melemahnya permintaan dari sektor pendidikan ini,” ucap dia.
Ketidak hadiran wisatawan dengan length of stay sangat lama ini menurunkan permintaan berbagai barang dan jasa yang dikonsumsi oleh para mahasiswa/pelajar. Namun situasi ini kemungkinan hanya terjadi pada semester I/2021. Pertumbuhan ekonomi DIY selama semester pertama diperkirakan hanya 3-4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
Advertisement

Putusan MK Pisahkan Pemilu dan Pilkada, PDIP Kota Jogja Soroti Substansi Demokrasi
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- TikTok Akan Dibeli Orang Kaya di AS, Begini Respons Pemerintah China
- Kelola Sampah Sepenuh Hati, Bisnis Hotel Semakin Berseri
- Semarakkan Liburan Sekolah, MORAZEN Yogyakarta dan Waterboom Jogja Gelar Lomba Mewarnai
- Update! Harga Bahan Pangan Selasa 1 Juli 2025
- Pakar Energi UGM Sebut Kenaikan Harga BBM Non Subsidi Sudah Tepat
- Astra Motor Yogyakarta Ajak Honda Community Riding Santai Malam Hari
- Inflasi Juni 2025 Capai 0,19 Persen, Harga Beras hingga Cabai Jadi Biang Kerok
Advertisement
Advertisement