Advertisement
Tahan Dulu Beli Mobil, Bulan Depan PPnBM Nol Persen

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut baik usulan relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Dia menilai hal ini dapat meningkatkan kemampuan membeli masyarakat dan memberikan lompatan pada perekonomian.
Airlangga melanjutkan bahwa dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi saat ini, relaksasi akan dilakukan secara bertahap. Stimulus PPnBM diusulkan untuk dilakukan sepanjang tahun 2021 dengan skenario PPNBM 0 persen (Maret-Mei), PPNBM 50 persen (Juni-Agustus), dan 25 persen (September-November).
Advertisement
Airlangga menjelaskan bahwa pulihnya produksi dan penjualan industri otomotif akan membawa dampak yang luas bagi sektor industri lainnya. Dalam menjalankan bisnisnya, industri bahan baku berkontribusi sekitar 59 persen dalam industri otomotif.
“Industri pendukung otomotif sendiri menyumbang lebih dari 1,5 juta orang dan kontribusi PDB sebesar Rp700 triliun,” katanya keterangan pers, Kamis (11/2/2021).
Sebelumnya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengusulkan penghapusan PPnBM untuk jenis mobil tertentu. Asosiasi mengusulkan mobil dengan kubikasi mesin 1.500cc dan memiili tingkat komponen dalam negeri yang tinggi diberikan relaksasi pajak barang mewah.
Adapun wacana terkait insentif kendaraan bermotor memang penuh jalan berliku, gelap, dan berkabut. Menurut catatan Bisnis, sudah tiga kali pemerintah menyatakan bakal memberikan relaksasi agar sektor ini mampu berakselerasi setelah dihantam pandemi.
Wacana tersebut pertama kali datang dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada September 2020, terkait usulan relaksasi pajak penjualan barang mewah (PPnBM) guna mengakselerasi penjualan mobil baru pada masa pandemi Covid-19.
Namun, sebulan kemudian, Menteri Keuangan Sri Mulyani secara tegas menolak usulan tersebut. Menurut Menkeu, saat itu pemerintah tengah fokus untuk mengoptimalkan paket insentif yang telah dikeluarkan untuk semua pelaku industri.
Setelah itu Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dalam diskusi Indonesia Business Challenges 2021, menyatakan bahwa sektor otomotif mampu menjadi katalisator pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Oleh sebab itu, kata Lutfi, industri otomotif perlu diberikan insentif agar pasar mampu membeli kendaraan bermotor. “Karena begitu otomotif sektornya jalan, ini bisa menjalankan gerbong kereta dari sektor produksi,” tuturnya.
Sementara itu pasar otomotif, baik sepeda motor maupun mobil, sepanjang 2020 tercatat mengalami penurunan hampir 50 persen dibandingkan tahun 2019.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), kinerja penjualan sepeda motor sepanjang 2020 terkoreksi 43,5 persen dibandingkan capaian tahun 2019 akibat krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19.
Pada periode yang sama Gaikindo mencatat total penjualan ritel kendaran roda empat atau lebih pada 2020 mencapai 578.327 unit, turun 44,7 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
- Pendiri Wings Group, Harjo Sutanto Meninggal Dunia
Advertisement

Jadwal Bus Malioboro ke Parangtritis Selasa 16 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24, 15 September 2025
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Hingga Juli 2025, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp7.089 Triliun
- Pekerja Bisa Nikmati Relaksasi Bunga KPR Lewat BPJS Ketenagakerjaan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Anggaran Rp114 Triliun untuk Kemenkes 2026 Disepakati Komisi IX DPR
- KUR Perumahan Rp130 Triliun Dipastikan Cair Tahun Ini
Advertisement
Advertisement