Advertisement
Ekonomi DIY Tumbuh Signifikan di Triwulan Kedua, Ini Prediksi Triwulan Ketiga..

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ekonomi DIY Triwulan II 2021 tumbuh signifikan dan melebihi nasional, namun masuk Triwulan III 2021 diprediksi akan mengalami penurunan, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), menjadi alasannya.
Diketahui berdasar rilis Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, ekonomi DIY mengalami pertumbuhan yang signifikan pada triwulan II 2021 jika dibanding triwulan II 2020 yaitu sebesar 11,81% (yoy). Angka tersebut juga melebihi angka pertumbuhan nasional yang tumbuh sebesar 7,07%.
Advertisement
Komite Tetap Organisasi & Keanggotaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY, Y. Sri Susilo mengatakan jika melihat angka secara makro memang terlihat tumbuh besar, namun jika dilihat mikro per sektor, menurutnya ada yang memang tumbuh besar namun ada juga yang minus.
“Dibandingkan Triwulan sama tahun sebelumnya kan memang negatif, begitu naiknya sedikit saja, bisa mengangkat banyak. Berbeda ketika misal sudah positif 5% naik ke 7% itu susah. Kemudian jika melihat mikro harus dilihat kasus per kasus, perlu dilihat sektor usahanya dulu,” ucap Susilo, Jumat (6/8/2021).
Pria yang juga Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY itu mengatakan jika melihat Triwulan II atau April-Juni 2021 memang ada pergerakan sejumlah sektor. Ia mencontohkan untuk hotel, masih ada kegiatan yang dilakukan. Selain itu mal juga masih buka saat itu, ekspor juga mengalami peningkatan.
“Masih ada mobilitas saat itu, di Jogja tidak sekedar pariwisata juga, beberapa sektor juga membantu mengungkit. Triwulan III ini yang perlu menjadi perhatian, adanya PPKM mengurangi mobilitas. Saya memprediksi akan turun meski masih positif, dapat dikatakan PPKM sudah setengah jalan di Triwulan III ini,” ucap Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu.
Susilo memperkirakan jika PPKM Level 4 berlanjut sampai akhir Agustus 2021 maka proyeksi pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan III-2021 sekitar 6-7%. Jika lebih lama lagi, sampai akhir September 2021 maka pertumbuhan hanya sekitar 4-5%.
Ia mengatakan kondisi saat ini yang paling dibutuhkan dunia usaha memang pembukaan aktivitas secara bertahap, dengan protokol kesehatan yang ketat. Susilo juga pernah mengatakan PPKM Darurat/Level 4 dipastikan berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi. Dampak yang semula di tingkat mikro, pelaku ekonomi mikro sampai usaha besar, selanjutnya ekonomi makro (pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran) juga terdampak dan berujung dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi.
Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus tetap menerapkan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Upaya pemerintah tersebut di antaranya yaitu pergeseran (refocusing) anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), perpanjangan penyaluran Bantuan Sosial Tunai (BST), perpanjangan stimulus listrik, percepatan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta percepatan penyaluran bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan kartu sembako. Kebijakan perpanjangan relaksasi suku bunga kredit dan pinjaman sebaiknya juga dilanjutkan untuk membantu kesulitan finansial yang dihadapi oleh pelaku ekonomi.
Senada dengan Susilo, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan jika melihat kebelakang pada Triwulan II, memang masih ada pergerakan. Ia mencontohkan okupansi hotel sekitar 20-30%. “Sebelum PPKM memang bagus, saat PPKM langsung drop,” ucapnya.
Deddy mengatakan begitu PPKM okupansi turun signifikan, hingga saat ini hanya 0-6%. Dampak ke hotel dan resto, semakin banyak yang tutup juga. Selama kurang lebih satu bulan ini saja, sudah ada tambahan hotel resto yang tutup permanen sebanyak 23. Sehingga hotel dan resto yang tutup permanen selama, pandemi ada 75. Belum ditambah hotel dan resto yang tutup sementara mencapai 100.
“Yang kami butuhkan solusi dari Pemerintah. Stimulus, dana hibah, relaksasi kami butuhkan. Selain itu juga harapan kami ada kelonggaran, karena kami juga sudah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Sertifikasi, verifikasi, vaksinasi sudah dilakukan. Nanti dilihat saja Triwulan III ada penurunan,” ujar Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BP Tapera Salurkan Pembiayaan Rumah FLPP Rp17,24 Triliun untuk 33 Provinsi
- Bank Mandiri Siap Penuhi Ketentuan Pemblokiran Rekening Judi Online
- Update Harga Emas Pegadaian Hari Ini, dari Ukuran 0,5 Gram hingga 1 Kg
- Pertumbuhan Ekonomi RI Menguat, Tekstil Negara Maju Serbu Pasar Domestik
- Kembangkan Wisata Halal, Jumlah Hotel Syariah di Indonesia Naik 500%
Advertisement

Ke Bandara YIA Pakai Bus Damri? Simak Jadwalnya di Sini
Advertisement

Di Coober Pedy, Penduduk Tinggal dan Beribadah di Bawah Tanah
Advertisement
Berita Populer
- Perwakilan TikTok Indonesia Klaim 7 Juta Kreator Kehilangan Pendapatan
- Gelar Makan Malam & Fashion Show, Swiss-Belboutique Kenalkan Chadis Rooftop untuk Event Berkelas
- Dipantau Khusus! Ini 17 Kode Huruf Emiten Bermasalah Bagi Saham
- Resesi Dikhawatirkan Jokowi dan Sri Mulyani Tak Terbukti, Ini Alasannya
- Harga Emas Antam Hari Ini di Pegadaian Turun Rp6000 Menjadi Rp1.093 Juta per Gram
- TikTok Dilarang Jualan, Ini Bedanya Social Commerce dan E-Commerce
- Pasar Tanah Abang Sepi, Asosiasi E-Commerce Klaim Bukan karena TikTok Shop
Advertisement
Advertisement