Advertisement
5 Fenomena Ini Diprediksi Mempengaruhi Ekonomi Indonesia Hingga 2030
                Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo (kanan) memberikan surat keputusan kepada Pelaksana Tugas Inspektur Jenderal Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes, PDTT) Ahmad Erani Yustika (kiri) saat pelantikan di Jakarta, Senin (29/5). - Antara/Galih Pradipta
            Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance atau Indef memproyeksikan terjadinya lima fenomena ekonomi global hingga 2030, mulai dari perkembangan ekonomi China hingga soal mata uang kripto.
Ekonom senior Indef Ahmad Erani Yustika menilai bahwa berbagai dinamika ekonomi global terus berkembang dengan dinamis, terlebih dengan adanya disrupsi teknologi. Selain itu, terdapat pandemi Covid-19 yang memberikan dampak tersendiri bagi kondisi ekonomi setiap negara.
Advertisement
Ahmad menilai bahwa setidaknya akan terdapat lima fenomena ekonomi global utama yang terjadi hingga sembilan tahun mendatang atau 2030. Berbagai fenomena itu sedikit banyak dinilai akan turut memengaruhi perekonomian Indonesia.
Pertama, Indef menilai bahwa tidak lama lagi China akan menjadi negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia. Produk domestik bruto (PDB) dari negeri tirai bambu terus berkembang seiring makin kuatnya posisi ekonomi di kancah global.
"Pada 2030 setelah China ada Amerika Serikat, India, Indonesia keempat, lalu Jerman," ujar Ahmad dalam diskusi bertajuk Investasi, Nilai Tambah, dan Kesinambungan Pembangunan pada Rabu (8/9/2021).
Kedua, Indef menilai bahwa Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa akan lebih banyak menggunakan instrumen politik dan militer untuk tetap memiliki pengaruh ekonomi di kancah global. Selain itu, negara-negara itu pun akan memainkan pengaruh lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Ketiga, akan terdapat tiga isu pokok yang menjadi pusat pertempuran negara-negara di dunia, yakni isu demokrasi, globalisasi, dan digitalisasi. Ahmad menilai bahwa agenda demokrasi akan terus menerus mengalami evaluasi untuk penyempurnaan.
"Mengenai globalisasi, negara maju akan mulai menutup diri. Dan fenomena yang paling kita rasakan, digitalisasi akan terus berkembang," ujarnya.
Keempat, dalam hal moneter akan terjadi persaingan sengit antara mata uang konvensional dengan mata uang digital atau aset kripto. Menurut Ahmad, mata uang kripto terus berkembang meski terdapat pembatasan atau bahkan pelarangan dari sejumlah pihak.
Kelima, kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin dinilai belum akan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian dunia. Indef menilai bahwa hingga 2030 perekonomian masih akan didominasi oleh Amerika Serikat dan Asia Timur.
"Setelah 2030 Afrika akan memberikan bonus demografi, akan terdapat perkembangan lain," ujar Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pertamina Pastikan Pertalite di Jawa Timur Bebas Air dan Etanol
 - Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
 - PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
 - Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
 - Cek Harga Sembako Hari Ini, Cabai Rp39 Ribu, Telur Rp31 Ribu
 
Advertisement
    
        Penataan Jalur Gosep-Palbapang, Target Dua Lajur hingga Dongkelan
Advertisement
    
        Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- DIY Inflasi 0,42 Persen, Didorong Emas dan Biaya Kuliah
 - Penumpang KA Jarak Jauh Daop 6 Naik 4,01 Persen pada Oktober 2025
 - Emas, Cabai, dan Beras Jadi Pendorong Utama Inflasi Oktober 2025
 - Pemda Diminta Percepat Pendataan Lahan Koperasi Merah Putih
 - Pertamina Pastikan Pertalite di Jawa Timur Bebas Air dan Etanol
 - Harga Emas Hari Ini Selasa 4 November 2025
 - Realisasi Belanja Negara di DIY Capai Rp14,98 T per September 2025
 
Advertisement
Advertisement


            
