Advertisement

Belajar Pantang Sombong dari GM Royal Ambarrukmo Yogyakarta

Herlambang Jati Kusumo
Senin, 14 Februari 2022 - 20:17 WIB
Arief Junianto
Belajar Pantang Sombong dari GM Royal Ambarrukmo Yogyakarta Herman Courbois. - Istimewa/Dok. Pribadi

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Terbiasa bekerja sejak remaja, hingga menjadikan pekerjaan laiknya sebuah hobi menjadi bukti komitmen dari General Manager Royal Ambarrukmo Yogyakarta (RAY), Herman Courbois dalam merintis kariernya. 

Kepada Harianjogja.com, Herman mengisahkan dia sudah terbiasa bekerja sejak masih usia 12 tahun. Sejak kecil, Herman sudah punya ketertarikan di dunia perhotelan. Saat masih di tanah kelahirannya, Belanda, dia memulai bekerja untuk membantu mencuci piring, biasanya waktu senggang akhir pekan dimanfaatkannya.

Advertisement

“Jadi sudah mulai tertarik sejak kecil, setiap Sabtu, Minggu, secara paruh waktu membantu cuci piring di restoran. Libur sekolah mencari pekerjaan juga, keliling Eropa. Bantu di dapur memotong sayuran dan sebagainya. Memang saya lebih memilih bekerja ketimbang liburan,” ucap Herman, Selasa (8/2/2022).

Ada satu kejadian yang melekat di ingatannya, saat usianya masuk 17 tahun. Ketika bekerja di sebuah restoran di Belanda dan masuk Sabtu malam, pesanan sangat banyak. Pada saat itu seorang chef harus dilarikan ke rumah sakit.

Berbekal pengalamannya lima tahun terakhir, Herman memberanikan diri untuk mencoba meng-handle pekerjaan chef itu, dan semua ternyata bisa berjalan lancar.

Saat kuliah dan menjalani pendidikan perhotelan, Herman pun tetap bekerja. Hingga singkat cerita, dia masuk pada tahap magang. Saat itu dia menjatuhkan pilihan untuk ditempatkan di Asia, dan pada akhirnya mengantarkannya ke Indonesia.

Kali pertama menginjakkan kaki di Indonesia pada 1995, Herman langsung menghadapi tantangan krisis. Baru lima bulan di Indonesia, General Manager (GM) tempatnya magang, dan sejumlah orang di posisi strategis dipulangkan ke negara asal akibat terjadi krisis moneter.

Herman yang masih menyisakan waktu magang enam bulan dihadapkan pada dua pilihan, tetap bertahan di Indonesia atau kembali ke negaranya. Herman pun memutuskan tetap bertahan di Indonesia dan pindah ke salah satu hotel di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Kini, sudah 1,5 tahun Herman mengemban amanah menjadi GM di Royal Ambarrukmo Yogyakarta. Dia mengakui banyak potensi juga yang dimiliki Jogja dan RAY. Sebagai pemimpin di RAY, dia ingin mengembangkan potensi yang ada itu dan berkolaborasi dengan berbagai pihak.

“Contohnya, salah satu peninggalan yang sangat berarti yaitu Pendopo Agung RAY. Peninggalan sejarah yang ada itu, coba kami hidupkan dengan berbagai kegiatan. Kami juga mengenalkan makanan favorit Raja Jogja, mulai dari Sri Sultan HB I hingga Sri Sultan HB IX. Pengemasannya dengan story telling untuk memberi kesan pengalaman kepada setiap pengunjung,” ucap dia.

Pantang Sombong

Meski tak lahir di Tanah Air, Herman tetap menaruh hormat pada budaya Nusantara. Merasa hotel ini menjadi bagian peninggalan dari Raja Jogja, saat diamanahi sebagai GM di RAY, dia pun sempat berziarah dan meminta izin di Makam Raja Imogiri.

Dalam berkarier, Herman berpegang dalam beberapa hal. Selain harus berani mengambil keputusan, dia juga pantang sombong dan menjadi “kacang yang lupa akan kulitnya”.

“Kalau sudah naik jabatan jangan seenaknya. Suka marah-marah ke bawahan saat jadi bos. Saya bilang bagaimana perasaan kamu dulu saat dimarah-marahin. Kalau tidak suka ya, jangan kamu lakukan. Treat dengan baik, saling respect. Hari libur juga harus dibagi dengan baik,” ucap Herman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement