Advertisement

Raup Laba dari Sulam Tangan dan Kain Perca

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 24 September 2022 - 12:27 WIB
Arief Junianto
Raup Laba dari Sulam Tangan dan Kain Perca Rizki Rifka Annisa, owner Sun and Shine Label mengenakan kimono buatannya. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Berawal dari kegemarannya terhadap seni sulam tangan, Rizki Rifka Annisa merintis produk busana anak beraksen sulam dengan label bernama Sun and Shine. Label itu kian digandrungi karena konsisten dengan produk buatan tangan.

Sun and Shine Label dirintis Annisa sejak 2021 lalu, ketika dia mengandung anak pertamanya. Kala itu, perempuan yang tinggal di Kulonprogo ini sedang hamil besar dan mengambil cuti bekerja, sehingga mengalihkan kesibukannya dengan membuat kreasi sulam tangan.

Advertisement

Dia mengaku sudah menggemari seni sulam tangan sejak lama. Kesenangannya itu kemudian dia salurkan dengan membuat aksesori yang diberi aksen sulam tangan bermotif bebungaan, mulai dari pita, topi bayi, dan lain-lain.

Mulanya, karyanya itu akan ia pakaikan kepada anaknya ketika nantinya sudah lahir. "Kebetulan waktu itu aku kira anakku cewek, jadi aku bikin karya itu buat anakku. Ternyata anakku cowok, ya nggak masalah sih. Tetapi, akhirnya aku justru kepikiran bahwa teknik ini bisa diaplikasikan ke media yang lebih besar, seperti baju," urai Annisa kepada Harianjogja.com, Senin (19/9/2022).

Dengan modal tak lebih dari Rp100.000 untuk membeli bahan dan alat tambahan, Annisa pun mulai mengaplikasikan sulam tangan ke atas pakaian bayi.

BACA JUGA: Indosat PHK Karyawan, Kompensasi Sampai 75 Kali Gaji

Rupanya, peminat produknya mulai bermunculan. Tak hanya dari kalangan pembeli seperti ibu-ibu, tetapi juga sesama pengusaha yang mengajaknya berkolaborasi mengisi pameran dan pop-up market di sejumlah tempat di Jogja.

Menariknya, Annisa menggunakan kain sisa garmen sebagai bahan membuat busana anak. Berawal dari keterbatasan untuk membeli kain baru yang harganya mahal, keberadaan kain perca itu justru jadi alternatif kreasinya untuk sekaligus mendayagunakan bahan sisa dari garmen.

"Buat bikin baju anak kan ukurannya kecil ya, jadi kain eks garmen itu cukup karena potongannya enggak lebar. Harganya lebih murah dan lebih ramah lingkungan," ujarnya.

Hingga kini, dia memilih kain perca berbahan linen dan lurik sebagai bahan membuat busana di Sun and Shine. Linen dipilihnya karena bahannya berkualitas dan nyaman dipakai anak-anak.

Kreasi Annisa pun tak hanya berhenti di sulam tangan. Dia juga mengaplikasikan teknik patchwork, yaitu menggabungkan potongan-potongan kain lurik itu menjadi satu busana yang cantik.

"Sekarang ada produk baru yaitu kimono perca, jadi gabungan kain-kain itu juga bisa buat orang dewasa," kata dia.

Kini, target pasar Sun and Shine semakin meluas. Tak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk keluarga. 

Instagram Bisnis

Produk-produk Sun and Shine dipasarkan Annisa melalui akun Instagram bisnisnya, yaitu sunnshine.label. Sejak awal, dia fokus mempromosikan produknya di sana alih-alih menggunakan marketplace.

"Karena kami bukan tipe mass-product ya, jadi kalau masuk marketplace agak susah. Semuanya dikerjakan dengan tangan, bisa beda motif kalau custom, bisa beda warna kalau stok sisa garmennya habis, jadi bisa jadi produknya terbatas," kata Annisa.

Selain itu, beberapa kali ia pun mendapatkan pesanan custom seperti seragam keluarga. Dibantu dua penjahit, Annisa pun merasa kapasitas produksinya saat ini sudah cukup untuk memenuhi pesanan pelanggan dan mengisi sejumlah galeri serta pop-up market.

Selain dipasarkan di Instagram, produk Sun and Shine bisa diperoleh secara langsung di tiga galeri di Jogja, yaitu di JNM Bloc, Toko Barang Bareng, serta Suwatu by Mil and Bay. Beberapa kali produknya juga dipamerkan di sejumlah pop-up market di Jogja. "Kami beruntung nemu galeri yang segmennya sesuai dengan produk kami, jadi Sun and Shine selalu laku di sana. Dalam seminggu bisa terjual 5-10 baju di masing-masing galeri," kata dia.

Salah satu produk Sun and Shine Label./Istimewa

Untuk setiap produk busana anak ia jual mulai dari harga Rp100.000 yang masih ia anggap terjangkau untuk produk handmade dengan sulam tangan dan menggunakan material berkualitas. Setiap bulan, dia bisa meraih omzet lebih dari Rp5 juta dari bisnis kreasi sulamnya ini.

Annisa menyadari jika busana anak yang menggunakan aksen sulam sudah cukup banyak, tetapi dia memastikan jika produk busana anak dengan sulam tangan hanya dimiliki Sun and Shine. Sementara, produk lain menggunakan bordir atau alat sulam mesin sehingga hasilnya biasanya akan berbeda.

"Untuk produkku memang meminimalkan penggunaan mesin yang pakai listrik. Mulai dari mendesain motif, memola, memotong kain itu pakai tangan, bukan mesin. Kalaupun mesin, itu mesin jahit saja buat menjahit kainnya. Sulamnya sepenuhnya dengan tangan," ucap dia.

Annisa menegaskan jika langkahnya ini menjadi salah satu upaya mengurangi emisi karbon yang bisa berdampak negatif terhadap bumi. Dia ingin proses bisnisnya turut hemat energi. Selain itu, teknik ini juga dirasanya lebih terjangkau dan bisa mendayagunakan sumber daya manusia yang ada.

Berawal dari kegemarannya terhadap seni sulam tangan, Rizki Rifka Annisa merintis produk busana anak beraksen sulam dengan label bernama Sun and Shine. Label itu kian digandrungi karena konsisten dengan produk buatan tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ini Rekayasa Lalu Lintas yang Disiapkan Polres Bantul Untuk Atasi Kemacetan saat Libur Lebaran

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement