Advertisement
Sri Mulyani Sebut 60 Negara Tertekan Utang, Bagaimana dengan Indonesia?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat sedikitnya 60 negara yang tertekan oleh utang akibat tekanan bertubi-tubi. Kondisi itu berisiko menimbulkan krisis ekonomi. Meski demikian, secara tersirat tidak tercantum Indonesia dalam daftar yang ditampilkan.
Sri Mulyani menjelaskan perekonomian global mengalami berbagai tekanan besar dalam beberapa waktu terakhir. Pada 2019, perang dagang antara China dan Amerika Serikat mulai memberikan guncangan bagi pasar internasional, yang kemudian semakin buruk saat pandemi Covid-19.
Advertisement
Tidak selesai di sana, terjadi serangan Rusia ke Ukraina yang menyebabkan krisis pangan, energi, dan ekonomi. Imbasnya, harga pangan dan energi melonjak, serta terjadi kenaikan inflasi secara global.
Menurut Sri Mulyani, berbagai tekanan yang bertubi-tubi itu membuat banyak negara yang rentan saat pandemi Covid-19 menjadi lebih sulit. Mereka yang terjerat utang untuk penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi kini menghadapi tantangan yang lebih besar.
"Saat ini ada lebih dari 60 negara yang diperkirakan dalam situasi debt distress, atau kondisi keuangan dan utangnya dalam kondisi distress, yang kemudian bisa memicu krisis utang maupun krisis keuangan, atau krisis ekonomi," ujar Sri Mulyani dalam gelaran Leaders Talk Series PLN, Rabu (26/10/2022).
Menurutnya, krisis ekonomi dalam kondisi ekstrem bisa menimbulkan ketegangan di masyarakat. Dia mencontohkan apa yang terjadi di Sri Lanka, ketika pemerintah gagal mengelola perekonomian dan sehingga negara itu dinyatakan bangkrut.
Pada kuartal II/2022, Sri Lanka mengalami pertumbuhan ekonomi negatif 8,4 persen. Negara itu mengalami pemadaman listrik selama berbulan-bulan, kekurangan pasokan makanan dan bahan bakar, serta gagal membayar utang luar negeri, sehingga tak heran jika ekonominya tumbang.
"Ekstremnya seperti Bapak Ibu mungkin lihat apa yang terjadi di Sri Lanka, kejadian krisis politik, sosial, ekonomi yang kompleks. Situasi ini yang sekarang harus kita semuanya kelola," ujar Sri Mulyani.
Ekonomi Indonesia sendiri berada dalam kondisi yang baik dengan fundamental yang kuat, tercermin dari target pertumbuhan ekonomi 2022 di 5,2 persen. Namun, Sri Mulyani tetap mengingatkan bahwa Indonesia perlu waspada terhadap dampak dari perlambatan ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
- Tak Bisa Bantu Padamkan Kebakaran di Purwantoro, Damkar Wonogiri Minta Maaf
- Jalan-jalan di Kampus Kopi Banyuanyar Boyolali, Cek Yuk Paket Wisata & Tarifnya
- Ibu dan Anak di Kediri Meninggal di Dalam Rumah, Penyebabnya Diduga Kelaparan
- Kemenperin Sebut Produk Ramah Lingkungan Jadi Masa Depan Industri Tekstil
Berita Pilihan
- Kapan Harga Beras Bakal Turun? Ini Kata Bulog DIY
- Suku Bunga Tinggi, Bank Kecil Sasar Dana Murah
- QRIS Diminati Pedagang Milenial Pasar Tiban, BPD DIY: Langsung Bisa Dicairkan
- Harga Pangan Hari Ini 15 September, Beras dan Minyak Goreng Naik, Cabai dan Telur Kompak Turun
- Bea Cukai Yogyakarta Pantau Harga Transaksi Pasar Hasil Tembakau di 4 Kabupaten/Kota
Advertisement

Terdakwa Korupsi SMP 1 Wates Bacakan Pembelaan 3 Lembar di Persidangan
Advertisement

Event Oktober di Jogja: Lari Marathon 42 Kilometer, Rute Sumbu Filosofi hingga Destinasi di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Gojek Sukses Ciptakan Rasa Aman dalam Ekosistem
- Kekurangan Lahan Pertanian DIY Mengintai pada 2040-2050
- Kapan Harga Beras Bakal Turun? Ini Kata Bulog DIY
- Parah! Tidak Pernah Pinjam, Bos Pendanaan Digital Modalku Pernah Ditagih Pinjol Ilegal
- Tak Perlu Panic Buying, Stok Beras tetap Tersedia
- Pedagang Minta TikTok Shop Ditutup, Menteri Teten Pilih Angkat Tangan
- OJK Panggil AdaKami Buntut Viral Nasabah Pinjol Bunuh Diri, Begini Hasilnya...
Advertisement
Advertisement