Advertisement
Ini Penyebab Indonesia Sulit Jadi Negara Maju Menurut Menteri Investasi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Indonesia sulit menjadi negara maju karena selalu mengandalkan ekspor bahan baku mentah.
Hal itu disampaikan saat memberikan kuliah umum di depan 200 mahasiswa Indonesia dari jenjang sarjana hingga doktoral yang sedang menempuh pendidikan di Inggris pada Kamis malam (27/10/2022) waktu setempat. Kuliah umum bertajuk “Transformasi Ekonomi Indonesia Melalui Investasi dan Hilirisasi Industri” ini disampaikan di Imperial College London (ICL).
Advertisement
Dalam kuliah umum ini, Bahlil menekankan perubahan postur investasi menjadi berfokus pada penghiliran untuk penciptaan nilai tambah bahan baku seperti, misalnya nikel atau tembaga.
“Jangan pernah bermimpi bangsa kita akan maju jika hanya ekspor bahan mentah. Kita buat ekosistem untuk membangun industri hilirisasi. Negara lain sudah menikmati Indonesia yang selalu mengirim bahan mentah. Sekarang, kita mau Indonesia menjadi salah satu negara penghasil baterai mobil yang terbesar di dunia,” tegas Bahlil melalui keterangan resmi, Sabtu (29/10/2022).
Selain itu, Bahlil juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pengusaha besar dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini juga banyak ditentang oleh negara lain yang memilih untuk menyerahkan ke mekanisme pasar bebas. Saat ini, sambungnya, Pemerintah Indonesia juga telah mewajibkan seluruh investor yang masuk ke daerah untuk berkolaborasi dengan pengusaha daerah.
“Untuk apa investasi masuk ke negara kalau hanya merugikan negara sendiri. Tidak boleh itu orang daerah hanya mendapat bencana dari investasi. Kita mau supaya UMKM tumbuh. Kalau kita tidak lakukan itu, semua anak yang selesai kuliah inginnya kerja di Jakarta. Kita harus ciptakan Jakarta-Jakarta baru,” pungkas Bahlil.
Adapun, penyelenggaraan kuliah umum ini diinisiasi oleh Doctrine UK, Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK), PPI London, dan Imperial College London Indonesian Society (PPI ICL) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Kerajaan Inggris merangkap Irlandia dan International Maritime Organization serta Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) London.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI-Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Asita DIY Siap Dilibatkan Pembahasan Penerbangan Internasional di YIA
- Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menteri Perindustrian Beberkan Rencana Lanjutannya
- Pemilu Bikin Pasar Properti DIY Lesu, REI DIY Optimistis Triwulan II 2024 Tumbuh Positif
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
Advertisement
Masuk Awal Kemarau, BPBD DIY Pastikan DIY Tidak Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi
Advertisement
Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga
Advertisement
Berita Populer
- LEKA Rayakan 4 Tahun Inovasi dan Pemberdayaan Perempuan
- Begini Respons ASITA Terkait 17 Bandara Internasional yang 'Turun Kasta'
- Gojek Plus Diluncurkan untuk Perluas Daya Tarik Segmen dengan Jaminan Diskon
- Nana Sudjana Dorong Bank Jateng Genjot Penyaluran Kredit Perumahan Subsidi
- Kenaikan HET Minyakita Bisa Bedampak pada Penurunan Daya Beli Masyarakat
- Asita DIY Siap Dilibatkan Pembahasan Penerbangan Internasional di YIA
- Izin Eksport Konsentrat Tembaga Freeport Diperpanjang
Advertisement
Advertisement