Advertisement

Telkom Magelang Optimalkan Nilai Ekonomi Sampah

Media Digital
Kamis, 02 Februari 2023 - 09:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Telkom Magelang Optimalkan Nilai Ekonomi Sampah General Manajer Telkom Witel Magelang Mustadi (kiri) dan Government Account Manager Telkom, Muhamad Dimas Rahmanda, meninjau pengolahan lalat tentara untuk menjadi maggot di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (31/1/2023). - Harian Jogja/Gigih Windar Pratama

Advertisement

MAGELANG—Sampah masih menjadi problematika serius di banyak daerah. PT Telkom Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) Magelang, Jawa Tengah, melalui Tim Daur Bikin Makmur yang digagas sejak 2019 melakukan langkah nyata menyelesaikan masalah sampah di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Tim Daur Bikin Makmur tak hanya mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, tetapi jangka panjang dari program ini untuk menjadikan hasil pengolahan sampah sebagai sesuatu yang bermanfaat dan berkelanjutan.

Advertisement

General Manajer Telkom Witel Magelang Mustadi saat ditemui Espos di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Desa Tuksongo, Selasa (31/1/2023), menjelaskan dorongan awal untuk menyelesaikan masalah sampah bermula dari program Telkom Indonesia yang bertema Ayo Bikin Nyata. Tujuannya untuk menjaring inovasi dari lingkungan Telkom Indonesia demi kemajuan lingkungan dan sosial di sekitarnya.

"Jadi yang pertama kami ada program Ayo Bikin Nyata yang diselenggarakan Telkom untuk menjaring inovasi tidak hanya di lingkup internal dan bisa ke arah sosial. Dipimpin oleh teman-teman kami, kami melihat ada masalah sampah di Desa Tuksongo ini. Dalam hitungan kami sekitar 15 ton sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) per bulan. Itu hanya di satu TPS, bayangkan di Desa Tuksongo ini ada 12 TPS," terangnya dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Kamis (2/2/2023).

Permasalahan sampah ini dibahas secara serius oleh Tim Daur Bikin Makmur untuk mengurangi sampah yang tidak terolah di Desa Tuksongo. Awalnya dengan memisah sampah organik dan anorganik dan mengubahnya menjadi barang yang bernilai ekonomis.
"Ide pada saat itu ingin mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat, jadi kami berkolaborasi dengan TPS Tuksongo ini diolah dengan memilah sampah organik dan organik. Yang Anorganik awalnya ingin menjadi barang yang punya nilai ekonomis seperti kerajinan, sedangkan yang organik kami ubah menjadi pupuk kompos dan makanan untuk maggot yang akan kami jual," tambah Mustadi.
Meskipun sudah memiliki rencana yang matang, tetapi dalam kenyataannya ada beberapa perubahan rencana untuk mengoptimalkan nilai ekonomi dari hasil pengolahan sampah.

"Yang anorganik awalnya kami ingin buat menjadi kerajinan atau batako, tetapi ternyata karena jumlah sampahnya yang kurang ditambah lagi ternyata kalkulasi nilai ekonomisnya justru kurang. Maka dari itu untuk sampah anorganik kami pisahkan dan kami kumpulkan ke pengepul. Dan yang organik justru bertambah dengan adanya hasil gas dari pengolahan sampah," lanjut Mustadi.

Sistem pengambilan sampah dari masyarakat sekitar juga cukup mudah. Sebanyak 300 Kepala Keluarga (KK) diwajibkan memisahkan sampah organik dan anorganik sebelum akhirnya dikumpulkan oleh petugas sampah. Setiap KK membayar Rp15.000 per bulan.
Nantinya setelah tiba di TPS, petugas akan memilah sampah tersebut menjadi tiga jenis, anorganik, organik, dan dan sampah sisa makanan. "Kalau yang sampah sisa makanan kami akan berikan ke maggot sebagai makanan utama," jelas Mustadi.

Kini semua hasil olahan sampah bisa dijual dan manfaatnya irasakan langsung oleh warga. Selain itu, hasil pengolahan sampah hanya menyisakan 10% untuk dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Penghargaan pun diraih oleh program ini, beberapa daerah bahkan sudah mulai menjajaki untuk menjalankan program serupa.
"Dan Alhamdulillah di tingkat pagelaran Ayo Bikin Nyata, program kami menjadi yang terbaik, dan mendapatkan penghargaan juga dari Kementerian BUMN dari Erick Thohir. Dan beberapa sudah mulai menjajaki untuk menerapkan program serupa di daerah masing-masing," jelas Mustadi.

Masyarakat menanggapi positif Program Daur Bikin Makmur. Zuni Nur Lailatul, warga Dusun Ganjuran, Desa Tuksongo, mengakui program terasebut memiliki banyak manfaat bagi warga, terutama mengubah kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah.

"Saya sebagai warga tentunya sangat senang sekali karena dalam rumah tangga itu kan ada sampah, kalau dibuang di sungai bisa mencemari lingkungan dan kalau dibakar juga polusi. Alhamdulillah dengan TPS ini kami hanya menempatkan sampah ke tempat sampah yang sudah disediakan," ucap Zuni, Selasa.

Selain memberikan manfaat berupa pembuangan sampah yang lebih rapi, adanya Prorgam Daur Bikin Makmur ini juga mengajak masyarakat sekitar lebih peduli dengan sampah.

"Dari TPS ini mengimbau untuk memisah sampahnya menjadi dua, organik dan anorganik. Yang organik nanti juga dipisah yang basah dan yang kering agar mudah mengolahnya di TPS, yang kering bisa jadi pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membantu menyuburkan tanaman yang ada di rumah," tambah Zuni.

Menurut Zuni, pupuk dijual untuk umum dengan harga yang cukup terjangkau. "Harga pupuknya itu Rp1.000 per kilogram, pembelian partai banyak harganya bisa lebih murah sekitar Rp800 per kilogram, dan itu bisa dipakai untuk tanaman yang ada di rumah," jelasnya.
Manfaat juga dirasakan oleh pekerja di TPS tersebut. Karena selain mendapatkan pemasukan berupa uang, pekerja juga bisa mendapatkan manfaat dari hasil ternak dan perkebunan yang ada di TPS tersebut.

"Jadi di TPS itu juga ada peternakan lele dan perkebunan cabai, nah dua itu sejauh ini memang untuk pekerja yang ada di TPS tersebut. Jadi, pekerja tidak hanya mendapatkan uang saja, tetapi juga ada hasil ternak dan hasil perkebunan," terang Mustadi.

Menurut Mustadi baik perkebunan dan peternakan tersebut juga berasal dari hasil pengolahan sampah yang ada di TPS tersebut.
"Ikan lele itu pakannya dari maggot yang kami produksi, hasilnya justru lebih bagus karena pakannya kan organik. Sedangkan kalau dari perkebunan, itu pupuknya dari sini juga, kemungkinan setelah ditanam lombok akan kami variasi dengan tanaman tembakau," tegasnya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

PKB Tetap Usung Abdul Halim Muslih untuk Pilkada 2024

Bantul
| Kamis, 18 April 2024, 16:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement