Advertisement
Tingginya Harga Pupuk Disebut Jadi Inti Permasahan Mahalnya Gabah
![Tingginya Harga Pupuk Disebut Jadi Inti Permasahan Mahalnya Gabah](https://img.harianjogja.com/posts/2023/03/18/1129540/dul--petani-1.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, MEDAN—Masih tingginya harga pupuk adalah inti permasalahan dari mahalnya harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dari petani. Hal ini disampaikan oleh Direktur Dhirga Surya Isfan.
"Ya sekarang kan harga gabah itu bergantung dari harga pupuk, dari mulai proses menanam, kan gitu. Polanya kan bukan dengan pemerintah netapkan hari ini harga gabah turun, langsung turun harga, kan engga," ujar Isfan dikutip dari Bisnis.com-jaringan Harianjogja.com, Jumat (17/3/2023).
Advertisement
Diketahui Badan Pangan Nasional (Bapanas) menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap Gabah Kering Panen (GKP) menjadi Rp5.000 per kilogram (kg).
Sementara, lanjut Isfan, biaya modal produksi petani tidak hanya pupuk saja. Termasuk di dalamnya biaya transportasi, dan biaya pendukung produksi lainnya.
Dari keterangannya, per 2 hari yang lalu Dhirga Surya membeli gabah masih dengan harga sekitar Rp5.800 per kg. Sedangkan harga jual di pasar masih dipatok Rp12.500 per kg.
Baca juga: Viral Rombongan Umrah Dipingpong dan Terkatung-katung di Bandara YIA, Gagal ke Arab Sesuai Jadwal
"Mereka (petani) kan sudah talangkan dari beberapa bulan yang lalu. Dari mereka proses produksi kan harga sudah tinggi, jadi mereka harus sesuaikan juga. Mana mau mereka jual dibawah harga yang mereka keluarkan. Yang susah kan petaninya ini sekarang," sambungnya.
Menyangkut masalah pupuk, salah satu program yang saat ini tengah diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) adalah pupuk organik.
Harapannya, pupuk organik dapat menekan harga produksi petani dan mampu menurunkan harga beli gabah.
Meski begitu, Isfan berpendapat hasil dari penerapan penggunaan pupuk organik itu tidak bisa langsung berdampak saat ini. Ia pun memperkirakan waktu yang dibutuhkan hingga hasil penerapannya dapat dituai sekitar 2 hingga 3 bulan.
"Kalau pupuk organik, kita kan harus melihat kontinuitas daripada pupuk itu sendiri. Ketika mereka baru pertama menanam dengan pola organik, kan tidak bisa langsung berubah," timpal Isfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kenaikan Tarif PPN 12 Persen, DPR Tunggu Keputusan Presiden Terpilih Prabowo Subianto
- Bukan Aoka, BPOM Perintahkan Roti Okko Ditarik dari Pasaran, Berikut Penjelasannya
- Gapmmi Belum Bisa Pastikan Kebenaran Kasus Roti Aoka
- BPBD DIY Bikin Program Hotel Tangguh Bencana, PHRI: Sudah Beberapa Kali Disimulasikan
- Harga Emas Antam Hari Ini Jumat (19/7), Turun Rp8.000 per Gram
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/27/1182749/bus-sekolah.jpg)
Bukan September, Bus Sekolah di Bantul Dipastikan Mengaspal Mulai 17 Agustus 2024
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- GAIA Cosmo Yogyakarta Gelar Pameran Lukisan Melibatkan 13 Seniman
- Harga Emas Antam Hari Ini Jumat (27/7/) Anjlok Jadi Rp1,386 Juta per Gram
- Bantah Ada BBM Baru, Begini Penjelasan Luhut
- Bank BPD DIY Luncurkan QRIS Dinamis, Pengguna Tak Perlu Masukkan Nominal Pembayaran
- Ini Lima Negara Pemasok Utang Terbesar untuk Indonesia
- Pj Gubernur Jateng Dampingi Presiden Jokowi Lepas Ekspor 16 Ribu Pasang Sepatu Ke Amerika
- Indonesia Berada di Urutan Empat Produsen Kopi Terbesar di Dunia
Advertisement
Advertisement