Advertisement
Lebaran Berdampak ke Perekonomian DIY, Benarkah?

Advertisement
Harianjogja.com, EKBIS—Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan DIY memperkirakan ekonomi DIY bisa tumbuh di kisaran 4,9%-5,7% pada triwulan II tahun ini.
Kepala BI DIY, Budiharto Setyawan mengatakan bertumbuh di kisaran 5% masih terhitung bagus. "PDRB [Produk Domestik Regional Bruto] 4,9-5,7 persen. Ya masih sekitar lima persen masih oke di Q2 [Kuartal II/2023]," ucapnya, Kamis (28/4/2023).
Advertisement
Menurutnya ada momen pendorong di triwulan II/2023, yakni Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) sehingga turut mendorong kegiatan pariwisata di DIY. Meski tidak setinggi yang diproyeksikan, tetapi masih akan berkontribusi besar.
"Di kuartal II, kami berharap ya lebih tinggi dari kuartal I. Kalau kuartal I memang beberapa momen pendorong pertumbuhan ekonomi kan berakhir di 2022, yang mendorong pertumbuhan ekonomi belum terakselerasi," ujar dia.
BACA JUGA: Kembangkan Potensi Ekonomi Kreatif, Dispar Gelar Pameran Ekraf
Sementara terkait dengan kunjungan wisatawan dia menyebut dari Dinas Pariwisata (Dispar) DIY yang membuat proyeksinya. Sementara BI hanya menjadikannya sebagai acuan dalam memperkirakan dampaknya ke ekonomi.
"Kalau pertumbuhan ekonomi kami ada range bias atas dan bias bawah. Dengan kondisi ini kami perkirakan tumbuh bias bawah. Tetap tumbuh tapi tidak setinggi yang diperkirakan," ucapnya.
Kaprodi S3 Ilmu Ekonomi FEB UGM, Catur Sugiyanto mengatakan ada beberapa sektor yang dia soroti berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di DIY. Di antaranya sektor transportasi, hotel, dan restaurant.
Sebelum ramadan kondisinya sudah normal, di samping itu mahasiswa juga sudah mulai kembali ke kampus. Kunjungan wisatawan baik lokal dan luar negeri sudah membaik.
"TPK [Tingkat Penghunian Kamar] untuk hotel berbintang sudah mendekati 60 persen. Bintang tiga sudah di atas 60 persen. Dari sisi permintaan [konsumen] nampak menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi DIY," ucapnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, ekspor DIY utamanya ke Amerika, Jepang dan Jerman. Sementara di Uni Eropa kondisinya masih labil karena perang, dan hubungan Amerika dan China juga masih tegang.
"Meskipun demikian, mengingat produk yang diekspor DIY adalah produk industri, pakaian jadi bukan rajutan, perabot rumah tangga dan produk pertanian relatif stabil, maka mestinya tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh kondisi perang dan ketegangan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
- Pendiri Wings Group, Harjo Sutanto Meninggal Dunia
Advertisement

Jadwal Bus Malioboro ke Parangtritis Selasa 16 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24, 15 September 2025
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Hingga Juli 2025, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp7.089 Triliun
- Pekerja Bisa Nikmati Relaksasi Bunga KPR Lewat BPJS Ketenagakerjaan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Anggaran Rp114 Triliun untuk Kemenkes 2026 Disepakati Komisi IX DPR
- KUR Perumahan Rp130 Triliun Dipastikan Cair Tahun Ini
Advertisement
Advertisement