Advertisement
Perekonomian Diprediksi Makin Stabil Jelang Pemilu

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Geliat ekonomi nasional dalam negeri diprediksikan tumbuh positif Indonesia memasuki tahun politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Memasuki tahun politik, menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, kondisi ekonomi politik nasional dalam kondisi stabil.
Advertisement
BACA JUGA: Sri Mulyani Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,7 Persen
Kondisi ini tidak lain karena berdasarkan beberapa survei belakangan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat tinggi sehingga terjadi stabilitas di berbagai bidang terutama bidang sosial, ekonomi dan politik.
“Saya kira saat ini stabilitas nasional kita terjaga dengan baik. Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga, karena itu publik juga merasa bahwa saat ini kondisinya bagus. Maka itu tidak heran kita lihat bahwa kepuasan terhadap pemerintahan saat ini mencapai level yang tinggi. Khususnya pada bidang ekonomi, inflasi kita menurun, dan itu membuat publik setelah pandemi menjadi bergairah dalam melakukan kegiatan bisnis,” ujarnya, Sabtu (10/6/2023).
Sementara itu, berdasarkan pandangan Co-Founder Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi, terlepas dari adanya peningkatan aktivitas ekonomi terutama di sektor konsumer, secara historis memang tidak terlihat adanya korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum.
Menurutnya, investor justru harus memperhatikan sentimen yang lebih besar yang bermain di pasar di level global seperti kekhawatiran terjadinya resesi ringan di AS dan negara Eropa pasca kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi. Selain itu, di Tiongkok, sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, hingga saat ini masih belum memperlihatkan adanya traksi pertumbuhan yang optimal.
Dia melihat beberapa sentimen global tersebut yang selama ini menahan IHSG untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham saat ini berada di level yang atraktif.
“Price to Earning ration atau PER IHSG saat ini di 13,7 kali dibandingkan dengan kondisi di awal pandemi COVID-19 ketika IHSG terkoreksi hingga 3900 waktu itu, di sekitar level 13,2 kali . Tapi ini justru yang menjadikan kondisi saat ini sebagai kesempatan untuk mengakumulasi posisi,” tuturnya.
Lebih jauh lagi, dalam analisa Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menilai tahun politik ini dapat dipandang dari berbagai hal. Dari sisi pasar obligasi, ia menilai, kinerja ekonomi seluruhnya akan baik pada 2023.
Bahkan seiring dengan suku bunga yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya dan inflasi yang stabil cenderung menurun, dia perkirakan suku bunga global juga akan segera atau sudah mencapai puncaknya karena kekhawatiran tekanan resesi. Pasar saham pun sebenarnya juga tidak kalah menarik secara fundamental.
Menurutnya, data produk domestik bruto (PDB) dan laba perusahaan yang baik pada kuartal I/2023 ini menjadi bukti baiknya kondisi perekonomian domestik. Hanya saja berbagai pemberitaan dari luar negeri serta minimnya sentimen domestik membuat kinerja IHSG di Semester I/2023 ini terlihat berada dalam tekanan. Untuk reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi, Batavia masih menitikberatkan portofolio pada obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah RI.
“Selain itu tambahan penempatan pada obligasi korporasi pun dimungkinkan sebagai bagian dari upaya mendapatkan potensi tambahan imbal hasil,” tuturnya.
Dalam pandangan Head of Research & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto, Pemilu bukanlah faktor utama yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar. Dia selalu melihat masa depan secara optimistis karena secara historis politik domestik tidak terlalu berpengaruh besar terhadap iklim investasi.
“Bahwa pada tahun depan akan ada Pemilu, tentu akan ada tantangan dan juga peluang. Namun, hal tersebut bisa disikapi dengan melakukan diversifikasi dan lebih melihat kondisi ekonomi global dan domestik. Dengan suku bunga yang sudah mendekati puncak, pilihan investasi di obligasi juga masih sangat menarik. Sedangkan untuk kelas aset saham akan tergantung dari pergerakan masing-masing saham,” terangnya.
(Sumber: Bisnis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Sultan Imbau OPD Kelola Sampah dan Penghijauan Lingkungan Kantor
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Impor Komoditas Etanol Akan Dibatasi, Ini Tujuannya
- Kucuran Rp200 Triliun Himbara Perlu Diimbangi Kemudahan Usaha
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
- Kadin: Renovasi 500 Rumah Layak Huni Ditarget Selesai April 2025
Advertisement
Advertisement