Advertisement
Produk Impor China Menggempur UMKM di Marketplace, Begini Kata Pelaku Usaha

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mendukung pemerintah yang bakal membatasi penjualan produk impor dengan penetapan harga minimum. Pemerintah melalui revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.50/2020 akan melarang penjualan produk impor dengan harga di bawah US$100 oleh penjual dari luar negeri di platform pasar digital atau lokapasar (marketplace).
"Baguslah, saya sangat menyambut baik revisi Permendag No.50/2020," kata Ketua Umum Assosiasi IUMKM Indonesia, Hermawati Setyorinny, Jumat (28/7/2023).
Advertisement
Dia menilai tujuan restriksi terhadap produk impor yang dilakukan pemerintah bertujuan melindungi produk UMKM dalam negeri. Menurutnya, selama ini produk impor dengan harga yang sangat murah telah menggempur produk UMKM lokal di lokapasar.
BACA JUGA: Soal Barang Impor di Bawah Rp1,5 Juta Dilarang di Marketplace, Ini Penjelasan Mendag Zulhas
Sejumlah produk impor yang paling banyak dijual di e-commerce maupun social commerce dan menekan produk lokal yakni kategori fesyen atau konveksi, aksesoris, kosmetik, makanan dan minuman. "Yang pasti kalau perbedaan harga [produk impor dengan produk lokal] sangat terasa bagi konsumen," ucapnya.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda membeberkan adanya peningkatan impor seiring pesatnya belanja online melalui e-commerce dan social commerce. Bahkan, 74% produk yang dijual di e-commerce dan social commerce disebut berasal dari impor.
Hal itu tercermin dengan peningkatan impor barang konsumsi yang terjadi setelah e-commerce boom di tahun 2015-2016, dan di saat pandemi. Pada 2021 peningkatan impor barang konsumsi mencapai sekitar 20% dibandingkan tahun 2020.
Huda pun merinci, berdasarkan data Cube Asia pada 2022, kategori barang yang paling banyak dijual di TikTok Shop Indonesia antara lain produk beauty and personal care (63%); elektronik dan perlengkapannya (51%); fesyen dan sepatu (42%); peralatan rumah tangga (40%); olahraga (38%); hobi dan koleksi (37%; serta makanan 26%.
"Ada korelasi positif antara permintaan belanja online dan impor barang konsumsi. Ini mungkin sellernya lokal, tapi produk yang dijual itu adalah produk impor, terutama dari China," ujar Huda dalam diskusi publik secara virtual, Senin (24/7/2023).
Sumber: Bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Manunggal Fair Kulonprogo Targetkan 100 Ribu Pengunjung Tahun Ini
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
Advertisement
Advertisement