Advertisement

Seberapa Menguntungkan Konversi Motor Listrik, Ini Kata Pakar

Anisatul Umah
Selasa, 08 Agustus 2023 - 23:37 WIB
Maya Herawati
Seberapa Menguntungkan Konversi Motor Listrik, Ini Kata Pakar Motor listrik ilustrasi / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah memiliki target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060 atau lebih cepat. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mempercepat capaian NZE adalah dengan konversi motor listrik. Saat ini sudah ada 4.578 pemohon konversi yang terdaftar melalui platform digital di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Ketua Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Pengolahan Isyarat Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM (DTETI FT UGM), Eka Firmansyah mengatakan kinerja dari motor setelah konversi pasti akan berubah. Sebab karakter mesin bensin dan motor listrik berbeda.

Advertisement

Mesin bensin memiliki titik kerja paling efisien pada rentang yang lebih sempit dibanding motor listrik. Sehingga dari sudut pandang ini, sebenarnya, akselerasi (tarikan) motor listrik jauh lebih baik.

Torsi sudah mencapai nilai puncak pada RPM [kecepatan] yang rendah. Bahkan torsi puncak dapat muncul pada RPM 0 bila algoritma kendalinya tepat. "Sayangnya, motor listrik yang dipasang di kendaraan listrik [konversi] umumnya kecil dari segi daya. Ini artinya kecepatan puncak pasti lebih rendah dari motor bensin," katanya, Selasa (8/8/2023).

BACA JUGA: Polemik Sampah Mencoreng Pariwisata, Ini Tanggapan Dispar DIY

Dia menjelaskan terkait konversi ini diperlukan pemahaman yang lebih luas. Bila transportasi dipandang sebagai cara yang aman dan bersih untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara cepat, maka kecepatan tinggi bukan hal yang penting.

"Tapi karena pengguna jalan saat ini cenderung egois dan mementingkan pride pribadi, maka kebanggaan memiliki motor yang cepat sangat penting dalam memilih sebuah produk. Dalam kerangka ini, motor listrik bukan kendaraan bagi orang banyak. Motor listrik adalah kendaraan untuk kelompok khusus yang biasanya terdidik," jelasnya.

Lalu apakah konversi motor listrik ini menguntungkan? Menurutnya jawabannya sangat kompleks. Jika dilihat dari ekonomi umum, kendaraan yang dikonversi nilai jualnya akan berubah.

Sementara di Jogja pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, nilai jual adalah pertimbangan utama dalam memilih sarana transportasi. Tapi bagi orang-orang yang memang berniat beralih ke kendaraan listrik, ini tentu menguntungkan. Karena biaya yang dikeluarkan jadi tidak besar.

"Sayangnya, kelompok orang-orang seperti ini, yang memang mau beralih segmennya terbatas. Biasanya menjadikan kendaraan listrik sebagai kendaraan kedua, berpendidikan baik, dan memang menyukai inovasi," ucapnya.

Terlepas dari beberapa kekurangan tersebut, ini merupakan langkah yang baik. Sebab jika tidak dimulai sekarang kapan lagi. Tapi logika terkait transportasi yang benar harus didorong.

"Transportasi terbaik itu transportasi massal. Transportasi massal elektrik itu yang paling baik," tegasnya.

Menurutnya transportasi massal biayanya lebih rendah dalam jangka panjang. Semua bisa dikendalikan. Bisa dikerjakan di dalam negeri, dan menumbuhkan industri mandiri. "Masyarakat yang menggunakan transportasi massal juga lebih sopan secara budaya karena menumbuhkan semangat toleransi. Ada budaya berinteraksi dan lebih selamat di jalan," ucapnya.

Akan tetapi bagi pemerintah, mendorong transportasi publik ini cukup berat karena modalnya besar. Bila yang didorong adalah kendaraan listrik pribadi, pemerintah tidak perlu modal besar.

"Nanti yang memodali investor, bahkan jalan untuk kendaraan bisa dibangun dari hutang luar negeri. Rakyat mengadakan sendiri sarana transportasinya. Jadi kurang menunjukkan tanggung jawab pemerintah. Seolah-olah pemerintah cuci tangan."  

Jika dilihat secara angka jumlah pemohon konversi belum signifikan memberikan efek menekan emisi. Namun melalui konversi ini akan membentuk beberapa komunitas. Seperti komunitas praktisi, komunitas pengguna, komunitas pedagang, komunitas pembuat alat/fabrikasi, komunitas ilmu.

"Angka 5000 [4.578 pemohon] adalah angka yang cukup besar. Tidak mudah mengkonversi 5000 kendaraan dilihat dari sudut pandang biaya, rantai pasok, keahlian, budaya. Jadi mohon tidak dilihat dari kacamata yang sempit."

Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE) Senda Hurmuzan Kanam menyampaikan pelaksanaan transisi energi, termasuk melalui target program konversi motor sebanyak 6 juta di 2030, memiliki banyak tantangan.

"Namun saya percaya bahwa target tersebut bukan tidak mungkin dapat dicapai dengan komitmen dan konsistensi dari seluruh pemangku kepentingan terkait," ucapnya.

Dia menyebut untuk mendukung ekosistem program konversi sepeda motor listrik berbasis baterai berjalan dengan baik dan lancar, dibutuhkan kolaborasi dan kemitraan dengan seluruh stakeholder. "Baik instansi Pemerintah, BUMN, swasta, akademisi, asosiasi serta masyarakat."

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Capaian Vaksin Difteri Tahap 2 di Tamanmartani Belum Optimal, Dinkes Sleman Lakukan Sweping ke Sekolah

Sleman
| Minggu, 12 Mei 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Unik, Ada Lampu Bangjo Khusus Unta di Tengah Gurun Pasir

Wisata
| Sabtu, 11 Mei 2024, 18:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement