Advertisement

Siap-Siap! Pertalite Mulai Tahun Depan, Diganti Pertamax Green 92

Nyoman Ary Wahyudi
Rabu, 30 Agustus 2023 - 18:37 WIB
Arief Junianto
Siap-Siap! Pertalite Mulai Tahun Depan, Diganti Pertamax Green 92 Ilustrasi pasokan BBM - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—PT Pertamina menegaskan bakal menghapus produk bahan bakar minyak (BBM) dengan oktan paling rendah RON 90 atau Pertalite pada tahun depan. Kebijakan itu seiring dengan komitmen perusahaan migas pelat merah itu untuk menekan gas buang dari bahan bakar kendaraan. 

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan perseroan bakal menaikan angka oktan dari Pertalite saat ini menjadi RON 92 lewat pencampuran dengan etanol 7% (E7) mulai tahun depan. Hasil bauran bensin dengan kandungan 7% turunan tetes tebu itu nantinya menghasilkan produk baru, Pertamax Green 92. 

Advertisement

“Ini kami lanjutkan sesuai dengan recanana Program Langit Biru tahap II, di mana BBM subsidi kami naikkan dari RON 90 ke RON 92. Karena aturan KLHK itu menyatakan oktan number yang boleh dijual di Indonesia itu minimal 91,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu (30/8/2023). 

Dengan demikian, Nicke menegaskan, Pertamina nantinya hanya akan menjual tiga produk bahan bakar minyak (BBM) yakni Pertamax 92, Pertamax 95 hasil campuran etanol 8 persen serta Pertamax Turbo. Dua produk bensin yang disebut pertama akan jadi lini bahan bakar hijau dari Pertamina mendatang. 

“Tentu kita berharap dengan kami push dari sisi demand maka investasi di sektor bioenergi akan meningkat, apalagi pemerintah telah mengeluarkan Perpres di mana kemudian mengalokasikan 700.000 hektare untuk swasembada gula dan etanol, kami harap dari situ ada tambahan 1,2 juta kiloliter untuk suplai ke gasoline,” kata Nicke.

BACA JUGA: Duh, Kuota BBM Subsidi Diprediksi Tak Cukup sampai Akhir Tahun

Adapun, produk Pertamax Green 92 diharapkan dapat beredar di tengah masyarakat sebanyak 32,68 juta kiloliter (KL) tahun depan. Dengan asumsi bauran 7 persen, etanol yang dibutuhkan saat itu diperkirakan mencapai 2,29 juta KL.

Sementara pada tahun yang sama, produksi Pertamax Green 95 diperkirakan dapat mencapai 62.231 KL dengan serapan etanol sebesar 4.978 KL. 

“Kami perlu support tentu satu pembebasan bea cukai [etanol], kedua sampai investasi bioetanol ini terjadi di dalam negeri, maka kita harus impor dulu tapi itu tidak masalah karena kami pun impor gasoline, kita hanya ganti impor gasoline dengan etanol,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berupaya meningkatkan torehan produksi bioetanol fuel grade sebagai bahan bakar nabati (BBN) pendamping Pertamax.

Beberapa tahun terakhir torehan produksi bioetanol fuel grade domestik makin susut di tengah pasokan tetes tebu atau molase sebagai bahan baku yang makin turun. Apalagi, bahan baku itu juga ikut diperebutkan untuk industri lain di luar industri bioetanol.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan torehan produksi bioetanol fuel grade belakangan berada di kisaran 40.000 KL per tahun. 

Padahal kapasitas produksi bioetanol di beberapa pabrik utama yang tersebar di Provinsi Jawa Timur mencapai 100.000 killoliter (kl) setiap tahunnya.  

“Beda dengan sawit, kalau ini kan bersifat terbatas itu molase dari pabrik gula dan dipakai juga untuk industri lain jadi kita cuma bisa di angka itu, makanya sekarang ada Perpres supaya target 1,2 juta kl bisa tercapai,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/6/2023).

Adapun, kapasitas produksi 100.000 kl itu berasal dari PT Energi Agro Nusantara (Enero) dengan kemampuan 30.000 kl. Enero merupakan anak perusahaan PTPN X dan memiliki pabrik di Mojokerto. 

Kelahiran Enero didasari oleh kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang pada 2020. Pabrik Enero diluncurkan pada pertengahan Juni 2013, dengan investasi Rp300 miliar, termasuk dari investor Jepang. 

Selain Enero, PTPN XI  juga memiliki pabrik dengan kapasitas 7.000 kl per tahun. Di samping itu, dua perusahaan swasta juga memproduksi bioetanol sejak 2017, yakni PT Malindo Raya berkapasitas 51.000 kl per tahun, dan PT Etanol Ceria Abadi berkapasitas 12.000 kl per tahun.

Sumber: Bisnis.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Fokki Daftar Calon Wali Kota Jogja, Singgih Bantah Kembalikan Formulir

Jogja
| Kamis, 02 Mei 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement