Advertisement
Bioetanol Jadi Solusi Bahan Bakar Masa Depan Kendaraan

Advertisement
JOGJA—Bioetanol menjadi bahan bakar yang diprediksi akan banyak digunakan di masa depan. Saat ini, Astra Honda Motor (AHM) dalam tahap uji coba penggunaan bioetanol pada produksi kendaraannya.
Technical Training Coordinator AHM Jogja, Danang Priyo Kumoro, mengatakan proses uji coba masih berjalan. Sehingga dia belum bisa bercerita banyak tentang hasil uji cobanya. Namun, yang pasti, Danang melihat bioetanol menjadi bahan bakar masa depan yang bisa menghasilkan emisi karbon lebih rendah.
Advertisement
"Tahun depan [kemungkinan] bioetanol menjadi salah satu bahan bakar alternatif, dari [mengurangi] ketergantungan kita pada [bahan bakar berbasis] fosil," kata Danang, Jumat (23/5/2025).
Danang mengatakan secara industri, bioetanol tampaknya menjadi salah satu arah ke depan dari bahan bakar mesin kendaraan yang ada di Indonesia. Termasuk dalam salah satu produk terbaru AHM, dengan merek Scoopy, pernah menjalani proses uji coba dalam penggunaan bioetanol.
BACA JUGA: Menilik Kontribusi Biofuel Kurangi Emisi Karbon
"[Tetapi secara kajian] Terkait dengan bioetanol sedang berjalan, sebagai bahan bakar alternatif ke depannya," katanya.
Sementara itu, Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, Jayan Sentanuhady, mengatakan penggunaan bahan bakar minyak bioetanol bisa membuat pembakaran pada mesin lebih bersih. Dibandingkan bahan bakar dengan gasoline murni, penggunaan bioetanol menghasilkan emisi karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan partikel yang lebih rendah.
"[Pembakaran yang lebih bersih] mengurangi dampak negatif [penggunaan bahan bakar] terhadap lingkungan," kata Jayan, Jumat (23/5/2025).
"Penggunaan etanol yang berasal dari tanaman seperti tebu atau jagung juga bisa membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil."
Dari aspek mesin, etanol memiliki angka oktan lebih tinggi dibandingkan gasoline murni. Sehingga proses dari bioetanol bisa meningkatkan resistensi terhadap knocking atau detonasi mesin. Penggunaan bahan tersebut berpotensi meningkatkan performa mesin dalam kondisi tertentu.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengatakan Indonesia punya banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk bioetanol. Sumber daya ini misalnya sawit, tebu, dan sebagainya.
Menurut Fahmy, tantangannya adalah pengadaan teknologi agar sumber daya tersebut bisa dibuat dengan persentase bioetanol yang tinggi pada bahan bakar minyak.
Dari sisi produksi, saat nantinya bisa dengan kapasitas yang normal, maka bisa berdampak pada semakin murahnya produk bioetanol untuk bahan bakar kendaraan.
"Kalau [harga] lebih murah dan hasilkan energi bersih, saya kira konsumen akan berpindah. Kalau harga lebih mahal, masyarakat akan berpikir juga. [Tapi] kalau jumlah produksi udah normal, harganya bisa turun," kata Fahmy. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- PP 46/2025 Dinilai Mampu Selamatkan 1,7 Juta Pekerja Sektor Perindustrian dari PHK
- Pemerintah Telah Gelontorkan Dana Bansos Rp43,6 Triliun, Terserap 12,1 Persen
- 6 Mata Uang Ini Gilas Dolar AS
- Tiga Alasan Bank Indonesia Menurunkan Suku Bunga Saat Ini Jadi 5,5 Persen
- Presiden Prabowo Sebut Jatah Impor BBM 40 Miliar Dolar AS Bisa Digunakan untuk Pendidikan dan Kesehatan
Advertisement

Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini Rabu 28 Mei 2025: Stasiun Tugu, Lempuyangan, Maguwo, Ceper, Srowot, Klaten Delanggu hingga Palur
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ini Alasan BEI Mendorong UMKM Bisa Go Public
- Harga Emas Hari Ini Selasa 27 Mei 2025 Turun Rp15 Ribu
- Jaga Stabilitas Keuangan dan Perbankan, LPS Sesuaikan Tingkat Bunga Penjaminan
- Berkolaborasi dengan BKKBN, OJK Gandeng Penyuluh KB Jadi Duta Literasi Keuangan
- Punya Pasar Khusus, Pertamax Green 95 Jadi Momen Tumbuhnya Perekonomian
- PLN Hadirkan Terang dan Harapan Jelang Idul Adha Lewat Program Light Up The Dream
- Angga Raka Prabowo jadi Komisaris Utama, Berikut Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Telkom Indonesia yang Baru
Advertisement