Pertumbuhan Ekonomi Jepang 0,4 Persen dan Kini Lolos dari Resesi
Advertisement
Harianjogja.com, TOKYO—Jepang berhasil lolos dari resesi pada kuartal empat 2023 dengan pertumbuhan ekonomi pada Oktober-Desember mencapai 0,4%. Pertumbuhan ini berkat belanja modal yang kuat.
Produk domestik bruto (PDB) sektor riil yang disesuaikan dengan inflasi direvisi naik dari laporan sebelumnya yang turun 0,4%. Kinerja tersebut merupakan perkembangan positif bagi Bank of Japan karena pasar keuangan memperkirakan bank sentral tersebut akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya pada Maret atau April ini.
Advertisement
Meski kinerja keuangan direvisi menjadi positif, Jepang masih kehilangan statusnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia yang digantikan oleh Jerman pada 2023.
Pemerintah juga menyatakan bahwa perekonomian pulih pada kecepatan yang moderat. Namun permintaan domestik, khususnya konsumsi swasta, kurang kuat karena kenaikan harga barang sehari-hari telah membebani rumah tangga.
Baca Juga
Jepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi Ekonomi
Susul Jepang, Inggris Resmi Masuk ke Jurang Resesi
Jepang dan Inggris Resesi, Pemerintah Indonesia Lebih Cermat Terbitkan Surat Utang Global
Kemudian, konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari separuh perekonomian, turun 0,3%, lebih besar dari perkiraan sebelumnya sebesar 0,2%. Hal itu menandakan penurunan selama tiga kuartal berturut-turut dengan konsumen belum merasakan pertumbuhan upah riil akibat percepatan inflasi.
Pelemahan tersebut juga diimbangi oleh pertumbuhan belanja modal yang melonjak sebesar 2,0%, di revisi naik dari penurunan sebesar 0,1%.
"Resesi teknis dapat dihindari dan Bank of Japan kemungkinan akan mengakhiri suku bunga negatifnya. Namun konsumsi swasta melemah dan perekonomian kemungkinan akan mengalami pertumbuhan negatif pada Januari hingga Maret," kata Ekonom senior di Mitsubishi UFJ Research and Consulting, Shinichiro Kobayashi.
Resesi teknis dapat terjadi, sebut Kobayashi, jika kinerja ekonomi kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Para ekonom pun turut memantau dengan cermat seberapa banyak perusahaan Jepang akan menggunakan uang untuk berinvestasi pada peralatan guna meningkatkan hasil dan otomatisasi serta teknologi terkait untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
Hal penting lainnya adalah laju pertumbuhan upah tahun ini yang merupakan faktor penting dalam mendukung konsumsi. Menurut ekonom, permintaan domestik yang kuat adalah kunci untuk mencapai target inflasi BOJ sebesar 2% yang dikombinasikan dengan pertumbuhan upah. Bank sentral dipandang oleh pasar keuangan bergerak menjauh dari kebijakan moneter ultralonggarnya.
“Negosiasi upah 'shunto' tahun ini diharapkan memberikan hasil yang kuat, namun akan membutuhkan waktu bagi konsumen untuk merasakan manfaat sebenarnya. Kami yakin perekonomian sedang terhenti dan apakah konsumsi swasta dapat bertahan hingga pertumbuhan upah dapat dirasakan nanti tahun ini menjadi perhatian," tambah Kobayashi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Sepatu New Balance: Kombinasi Gaya dan Fungsi Terbaik
- Pekerja Migran Indonesia Sumbang Devisa Rp227 Triliun per Tahun
- Harga Pangan Hari Ini 24 November 2024: Beras, Cabai, Minyak Turun
- Kemenkeu Catat Realisasi Anggaran Infrastruktur Capai Rp282,9 Triliun hingga Oktober 2024
- Imbas PPN 12 Persen Harga Rumah Diproyeksi Bakal Naik
- Maksimalkan Kunjungan Wisata Saat Natal dan Tahun Baru, Ini Strategi Kementerian Pariwisata
- Shell Dikabarkan Bakal Menutup SPBU di Indonesia, Ini Kata Manajemen Perusahaan
Advertisement
Advertisement