Advertisement

Desa Sambirejo, Mengubah Tambang Batu Cadas Menjadi Emas Tak Terbatas

Sirojul Khafid
Jum'at, 22 Maret 2024 - 02:37 WIB
Ujang Hasanudin
Desa Sambirejo, Mengubah Tambang Batu Cadas Menjadi Emas Tak Terbatas Suasana Tebing Breksi beberapa waktu lalu-Ist - Tebing Breksi

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Masyarakat Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman mengubah potensi batu kapur cadas menjadi ‘emas’ tak terbatas. Dari tambang yang bisa habis suatu hari nanti, masyarakat Sambirejo mengubah potensi desa dengan wisata, yang perkembangannya bisa tidak terbatas.

Menengok wisata Tebing Breksi hari ini, puluhan kendaraan datang dan pergi silih berganti. Ada yang datang hanya berdua. Banyak juga yang datang berombongan. Di masa-masa liburan, banyak rombongan sekolah atau komunitas yang datang ke sini. Biasanya, mereka berfoto dengan latar batu besar yang terukir dengan bentuk naga.

Advertisement

Tidak hanya siang hari yang menampakkan batu dengan jelas, malam hari pun Tebing Breksi sesekali memancarkan banyak cahaya. Salah satunya saat tebing bekas tambang batu kapur itu menjadi tempat konser. Dengan cahaya lampu yang menyorot bebatuan, ditambah pemandangan lampu kota di area bawahnya, membuat konser seakan semakin indah.

Hiruk pikuk ini mungkin berbeda apabila kita datang ke lokasi yang sama sekitar 13 tahun lalu, atau pada 2011. Di tahun itu, Desa Sambirejo, tempat Tebing Breksi berada, menjadi salah satu desa paling tertinggal di Sleman. Lurah Sambirejo, Wahyu Nugroho, mengatakan lokasi desa yang berada di perbukitan kapur membuat siklus pertanian, mulai dari menanam hingga memanen, hanya bisa berlangsung sekali dalam setahun.

Sehingga potensi pertanian kurang menjanjikan. Setelah lulus sekolah, banyak warga yang merantau ke luar kota, untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Bagi yang bertahan, sebagian warga memilih menjadi penambang batu kapur. “Setidaknya ada sekitar 60-an penambang batu breksi di Sambirejo sebelum tahun 2014. Tapi sejak kawasan itu ditetapkan sebagai Geoheritage Gunung Api Semilir pada tahun 2014, aktivitas tambang batu di sana dihentikan oleh pemerintah,” kata Wahyu, saat dihubungi secara daring, Minggu (10/3/2024).

Penutupan kawasan tambang tentu menghilangkan lapangan pekerjaan sebagian warga Sambirejo. Namun ternyata itu menjadi berkah tersendiri. Tidak lama setelahnya, kawasan yang sebelumnya tambang berubah menjadi pusat wisata yang kemudian bernama Tebing Breksi. Bekas tambang direnovasi di beberapa bagian, serta fasilitas penunjang lainnya untuk menjadi tempat wisata.

Pada 30 Mei 2015, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X meresmikan kawasan wisata tersebut. Dari yang sebelumnya hanya 65 orang yang menggantungkan nafkahnya di sekitar tambang, kini ada ratusan orang yang bisa hidup dari wisata. Ada 415 pekerja yang mengelola Tebing Breksi beserta kuliner dan atraksi pariwisatanya. Di samping itu, ada pula 65 pekerja yang berada di sektor restoran dan hotel. Dan di luar kedua sektor itu, ada penyerapan sebanyak 25 pekerja.

“Warga sekitar bekerja sebagai pengelola wisata Tebing Breksi, membuka usaha kuliner, dan jasa lainnya. Secara perlahan, pengunjung terus meningkat. Bahkan pada tahun 2018, pengunjung mencapai satu juta orang,” kata Wahyu.

Keberhasilan mengelola potensi desa ini yang membuat Sambirejo mendapatkan anugerah Desa BRILian dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada 2020. Melalui penghargaan ini, BRI memberikan pendampingan dan fasilitas khusus kepada pengelola Desa Sambirejo. Beberapanya berupa pelatihan untuk pelaku usaha kecil menengah (UKM), seperti pelatihan literasi dasar inklusi keuangan, pengenalan produk dan jasa perbankan, manajemen keuangan dasar (akuntansi sederhana), peningkatan kapasitas manajerial, legalitas, budaya inovasi, pemahaman industri dan pasar, kepemimpinan, sampai pola pikir jangka panjang.

“Melalui penghargaan Desa BRILian juga, ada pengadaan alat produksi UKM dengan nilai total Rp25 juta serta program BRI menanam,” katanya.

Sambirejo merupakan satu dari total 320 Desa BRILian di wilayah BRI Regional Office Jogja, yang mencakup DIY dan sebagian Jawa Tengah. Sejak 2020, BRI sebagai bank yang memiliki fokus pada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), perannya tidak terbatas sebagai lembaga intermediary keuangan. Untuk semakin mendukung stabilitas ekonomi serta keberlanjutan usaha para pelaku UMKM, BRI memberdayakan individu pelaku usaha maupun pemberdayaan lembaga desa, salah satunya dengan program Desa BRILian ini.

Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu yang perlu mendapat perhatian. Hal ini mengingat perkembangan desa di Indonesia relatif belum merata. Kondisi itu tercermin dari desa yang termasuk kategori maju dan mandiri sesuai Indeks Desa Membangun (IDM) Tahun 2021 hanya memiliki porsi kurang dari 30% dari total 73.814 desa.

“Berdasarkan kondisi tersebut, Bank BRI hadir turut serta mengembangkan desa melalui program Desa BRILian sejak tahun 2020,” kata Sarjono dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/3/2024).

Dalam Desa BRILian, ada pendampingan dari sisi empowerment atau pemberdayaan berupa pemberian literasi dasar, literasi bisnis, dan literasi digital kepada desa peserta. Adapula assistance atau pendampingan intensif kepada Desa BRILian terbaik di tiap batch oleh tim BRI dan mitra kerjasama. Terakhir berupa awarding atau pemberian penghargaan kepada pemenang desa selama periode empowerment, yang dinilai memiliki kepemimpinan unggul, kolaboratif, inovatif, dan mampu menjadi role model pengembangan desa lainnya.

“Program Desa BRILian merupakan program inkubasi desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa, melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul dan semangat kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi desa berbasis SDG’s. Desa-desa yang tergabung dalam program Desa BRILian diharapkan menjadi sumber inspirasi kemajuan desa yang dapat direplikasi ke desa-desa lainnya,” katanya.

Dalam memudahkan wisatawan dalam transaksi di kawasan wisata maupun pembelian produk di sekitar Tebing Breksi, pengelola memasang QRIS BRI. Sementara untuk memudahkan masyarakat sekitar dalam transaksi keuangan, Desa Sambirejo menghadirkan layanan BRIlink.

Adanya agen BRIlink di kantor Desa Sambirejo turut menyumbang pendapatan asli desa (PAD) sebesar Rp5 juta per tahun. “Rata-rata orang desa sini, kalau mengangsur utang Kredit Usaha Rakyat ke BRIlink di kantor desa. Mereka enggak mau lagi antre di bank,” kata Wahyu.

Sementara untuk total PAD, terutama yang berasal dari BUMDes Desa Sambirejo, pada 2023 memperoleh Rp836 juta. Jumlah ini sedikit menurun dari tahun 2022 yang mencapai Rp864 juta. Dari jumlah itu, 30 persen untuk operasional BUMDes seperti penggajian karyawan dan lain-lain. Sementara 70 persen masuk ke pemerintah Desa Sambirejo.

Pengelolaan wisata dan program dari BRI tidak hanya berorientasi hari ini, namun juga masa depan. BRI memberikan beasiswa pendidikan kepada anak-anak pelaku UKM yang masih bersekolah. “Ada 20 anak yang diberikan beasiswa pada 2022. Nilai untuk satu anak sebesar Rp5 juta. Bantuan diberikan dari BRI melalui BUMDes Desa Sambirejo,” katanya. “Semoga ini bisa semakin menguatkan dan mencerahkan generasi masa depan anak di Sambirejo.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Ullen Sentalu, Lokasi dan Jam Buka

Jogja
| Minggu, 28 April 2024, 12:57 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement