Advertisement

Merantau Setidaknya Sekali, Ini Cerita Affi Arizka dan Perantauan Pertamanya

Sirojul Khafid
Sabtu, 30 Maret 2024 - 00:47 WIB
Sunartono
Merantau Setidaknya Sekali, Ini Cerita Affi Arizka dan Perantauan Pertamanya Affi saat bekerja di Mangkupadi, Tanjung Palas Timur, Bulungan, Kalimantan Utara, beberapa waktu lalu. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Merantau bisa membuka banyak jalan. Affi Arizka Handayani merasa senang dan bangga, bisa merantau setelah hampir 27 tahun tinggal di Bantul. Setidaknya dia ingin merasakan merantau sebelum menikah dan punya anak.

Ada yang sedari kecil sudah merantau. Banyak juga yang dari lahir, sekolah dasar sampai kuliah, bahkan bekerja selalu di daerah asalnya. Ini yang Affi Arizka Handayani alami. Lingkup sekolah sampai kerja masih di sekitaran Bantul. Paling jauh dia kuliah di Sleman, yang hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari rumahnya di Pendowoharjo, Sewon, Bantul.

Advertisement

Belum pernah jauh dari rumah membuat rasa ingin merantau begitu tinggi. Sebelum menikah, Affi merasa perlu merantau setidaknya sekali. Kesempatan itu datang saat temannya yang bekerja di Kalimantan memberikan informasi lowongan pekerjaan. Hati ingin cepat-cepat menerima tawaran kerja itu. Namun Affi perlu meminta restu dari orang tuanya.

Dengan sedikit drama, akhirnya restu merantau kerja bisa dia dapatkan. Beberapa hari sebelum berangkat, Affi menyiapkan banyak perlengkapan, dari berbagai jenis sabun, barang-barang perawatan kulit, parfum, sampai obat-obatan. Dia berjaga-jaga misal di tempat kerja barunya, tidak ada barang dengan merek serupa.

Riset kecil-kecilan tentang tempat perantauan juga membawa Affi untuk membuka rekening Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada Maret 2022, beberapa saat sebelum berangkat ke Mangkupadi, Tanjung Palas Timur, Bulungan, Kalimantan Utara. Affi berpikir BRI merupakan bank yang paling banyak tersedia di daerah pelosok. Semisal perlu tarik tunai atau urusan lainnya, setidaknya akan lebih mudah.

“Sebenernya udah punya rekening bank lain, dari kantor juga enggak mewajibkan pakai rekening BRI, tapi BRI setahuku bank yang menjangkau sampai pelosok,” kata Affi, saat ditemui di Sleman, Kamis (28/3/2024).

Perlengkapan sudah cukup. Rekening BRI juga sudah tersedia. Sekarang tinggal satu kendala lagi sebelum Affi berangkat ke Mangkupadi. Dia takut naik pesawat terbang. Meski akhirnya mau tidak mau dia harus berangkat ke Mangkupadi melalui bandara Yogyakarta International Airport. Ketakutan akan naik pesawat coba Affi siasati dengan minum obat tidur. Meski itu tidak menghilangkan rasa takut, setidaknya ada beberapa waktu dia bisa terlelap saat pesawat sedang terbang.

Sesampainya di Mangkupadi, Affi melihat pemandangan yang berbeda dengan daerah asalnya. Daerahnya masih pelosok dan jarang ada fasilitas hiburan macam bioskop, mal, atau sejenisnya. Misalpun mau nongkrong di café, jarak dari rumah dinasnya cukup jauh.

Namun yang sedikit melegakan, “Di depan rumahku ada ATM Bank BRI,” kata perempuan yang saat ini berusia 29 tahun ini.

Sejak 2022, Affi bekerja sebagai humas perusahaan yang bertempat di Mangkupadi. Dia sering bertemu dengan masyarakat lokal untuk berbagai urusan kantor. Dari satu lokasi ke lokasi lain, perjalanan cukup jauh dengan jalanan yang rusak parah. Apabila hujan besar, maka jalanan akan berlumpur. Parah-parahnya, mobil akan terjebak di lumpur dan tidak bisa keluar sama sekali.

Awal-awal bekerja, Affi masih sering didampingi supir kantor. Dia belum bisa menyetir mobil. Kebiasaan dan juga kebutuhan membuat Affi mau tidak mau belajar mobil. Dan ya, keadaan sering memaksa kita belajar lebih cepat dari biasanya. Affi sekarang bisa menyetir mobil, dampak baik dari merantau.

Meski sudah merantau, dia masih sering berhubungan dengan keluarga dan teman-temannya di Bantul. Semisal ada teman yang menikah, maka Affi akan tetap berkontribusi dengan memberikan uang. Begitu pun di momen-momen sejenis.

Memang ada ATM BRI di depan rumah, namun Affi juga menggunakan fasilitas aplikasi mobile banking BRImo. “Pakai BRImo gampang buat ngapa-ngapain. Paling sering pakai BRImo buat top up sama transfer. Sekarang juga udah jarang bawa cash selain buat parkir, transaksi kebanyakan pakai QRIS misal di warung,” katanya.

Affi termasuk nasabah yang meningkatkan penggunaan BRImo dari tahun ke tahun. Menurut Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, pengguna BRImo di BRI Regional Office (RO) Jogja yang mencakup DIY dan sebagian Jawa Tengah, mencapai 2.006.634 user pada 2023. Sementara sampai Februari 2024, pengguna BRImo mencapai 2.261.326 atau meningkat sebesar 12,7%.

Pada 2023, jumlah transaksi di BRImo untuk BRI RO Jogja, mencapai 254.322.090 kali. Volume transaksi di tahun yang sama mencapai lebih dari Rp548 triliun. Sementara pada 2024 sampai bulan Februari, jumlah transaksi mencapai 94.066.835 kali. Volume transaksi di periode yang sama mencapai lebih dari Rp105 triliun.

Sarjono mengatakan berbagai inisiatif dan penguatan ekosistem terus dilakukan oleh BRImo dengan menggandeng lebih dari tiga ribu opsi pembayaran. Di samping itu, transaksi bersama BRImo kini dapat dilakukan melewati batas lintas negara dengan hadirnya fitur untuk transaksi internasional. Sebagai contoh, pembukaan rekening bisa menggunakan nomor handphone luar negeri, transfer ke lebih dari 100 negara, dan pembayaran QR di Singapura.

“Langkah ini tidak hanya menggambarkan komitmen dalam menyediakan akses mudah terhadap layanan keuangan, tetapi juga menandai komprehensifnya upaya BRI dalam memenuhi kebutuhan nasabah, mulai dari online onboarding hingga layanan lintas negara,” kata Sarjono, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024).

Bagi Affi, yang menyenangkan menggunakan BRImo karena visual aplikasi yang bagus. Tampilan tidak membuat bingung. Semua menu juga berguna. Meski masih ada kekurangan. Menurut Affi, saat masuk BRImo, saldo langsung terlihat. Begitupun saat selesai bayar sesuatu menggunakan QRIS, saldo utama langsung terlihat. Affi merasa kurang nyaman misal orang lain melihat saldonya.

“Layanan yang menurutku paling membantu di BRImo itu ada menu pengeluaran dan pendapatan, jadi langsung keliatan gede mana pengeluaran dan pendapatanku,” kata Affi. “Sama seneng juga dengan menu BRIVA. Mau belanja di e-commerce langsung copas terus langsung ke BRIVA dalam sekali langkah. Bank lainnya enggak bisa langsung, perlu beberapa langkah.”

Dengan memakai BRImo, Affi pernah ‘tertolong’ di suatu momen. Waktu itu, dia ke ATM untuk ambil uang tunai. Tapi Affi lupa bawa dompet, tempat kartu ATM-nya berada. “Untung ada aplikasi BRImo, bisa tarik tunai tanpa kartu,” katanya.

Layanan-layanan yang terkesan sederhana itu, saat berada di perantauan, kadang bisa sangat berjasa. Apalagi di momen-momen yang mendesak. Tidak hanya doa dari orang tua dan juga teman-teman, persiapan yang matang juga membuat Affi bisa bertahan di perantauan.

Setahun bekerja di Mangkupadi, kini Affi sudah kembali ke Bantul. Dia sudah menikah dan punya anak. Keinginan untuk merantau sebelum menikah akhirnya tercapai. Bukan masalah gaji di luar Jawa yang biasanya lebih tinggi, namun ini tentang momen yang belum tentu bisa terulangi.

Selalu ada yang bisa didapat dari merantau. Bagi Affi, setidaknya kini dia bisa menyetir mobil, dan sedikit lebih berani naik pesawat terbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Peringatan BMKG: Waspada! Gelombang Tinggi di Samudra Hindia sampai Selat Sunda

Jogja
| Senin, 29 April 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement