Advertisement

Menilik Surga Tas Rotan di Bantul, Hasil dari Anyaman Konsistensi dan Pengalaman

Sirojul Khafid
Sabtu, 30 Maret 2024 - 15:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Menilik Surga Tas Rotan di Bantul, Hasil dari Anyaman Konsistensi dan Pengalaman Suasana proses produksi tas rotan di Anggun Rotan, Bantul. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Ada kalanya bekerja dengan orang, namun perlu juga berdiri di kaki sendiri. Setelah banyak berpindah dari pabrik ke pabrik, Panut membuka usaha kerajinan rotannya sendiri. Usahanya, Anggun Rotan, kini sudah berumur 23 tahun.

Dari depan, rumah besar berbahan kayu itu nampak sepi. Tidak terlihat aktivitas manusia yang sibuk. Kadang kala ada orang yang keluar masuk ke rumah yang sebagian catnya sudah mengelupas itu. Di halaman hanya terparkir beberapa motor di pojok kanan.

Advertisement

BACA JUGA: Rumah Kerajinan Yu Payem Kulonprogo, dari Satu Sampai Ribuan Order

Berada di gerbang depan rumah, terpasang plang bernama Anggun Rotan. Lokasinya berada di Jalan Imogiri Kilometer 14, Manggung, Imogiri, Bantul. Suasana sepi dari luar berbeda dengan kondisi di dalam Anggung Rotan. Siang itu ada sekitar 25 orang yang tersebar di beberapa titik.

Ada yang sibuk dengan rangka besi, memasang rotan di cetakan, menjahit, sampai membungkus tas. Ruangan sebesar dua kali lapangan tenis itu menjadi rumah produksi tas rotan yang sudah berjalan selama 23 tahun. Pemilik Anggun Rotan, Panut, sesekali berkeliling ruang produksi untuk memastikan produksi berjalan sesuai alurnya.

Di bagian pojok, ada beberapa pegawai yang membentuk cetakan tas maupun keranjang. Pembuatan cetakan merupakan proses awal setelah barang baku rotan tersedia. Setelah cetakan tas atau keranjang jadi, karyawan bagian penganyaman mulai menarikan tangannya. Membentuk pola rapat rotan dengan mengikuti alur yang sudah tersedia. Apabila cetakan sebagai dasar sudah benar, maka proses selanjutnya akan cenderung mudah.

Dasar yang benar dan kokoh ini pula, yang mungkin bisa menggambarkan proses pembuatan usaha Anggun Rotan. “Sebelum punya usaha rotan, saya ikut bekerja di tempat orang lain sebagai karyawan yang memproduksi mebel rotan dari tahun 1990,” kata Panut, saat ditemui di rumah produksi Anggun Rotan, Sabtu (23/3/2024). “Dari awal mulai kerja di tempat orang, saya sudah punya keinginan suatu saat nanti punya usaha sendiri.”

Keinginan untuk membuka usaha membuat Panut perlu banyak belajar di tempatnya bekerja. Alhasil, dia banyak pindah kerja. Tujuannya agar mendapat gambaran usaha rotan secara lengkap, dari hulu ke hilir. Panut pernah bekerja di Cirebon, Salatiga, sampai Sukoharjo. “Kenapa begitu? Pengen cari pengalaman, bukan pindah kerja karena faktor X,” katanya.

Awalnya, Panut menjadi pegawai biasa. Sampai terakhir sempat menjadi manajer produksi. Ada salah satu pengalaman yang dia ingat, saat mendapat tugas sebagai asisten teknisi dari Filipina di tempatnya bekerja. Tugas itu membuat Panut paham banyak tentang rotan, dari proses menggambar sampai pembuatan berbagai bentuk. Pelajaran yang cukup berharga untuk dia gunakan ke depannya.

Memasuki tahun 1998, Panut membuat usaha produksi keranjang rotan bersama temannya. Namun sekitar dua tahun setelahnya, dia lebih memilih membuka usahanya sendiri pada 2001. Bersama tujuh karyawan, Panut membangun Anggun Rotan, dengan spesialisasi produksi tas dan keranjang. “Lebih fokus ke produksi tas, karena pengen cari pasar baru, waktu itu produksi tas rotan masih sangat sedikit,” kata laki-laki berusia 56 tahun ini.

Dari Pameran ke Pameran

Saat penganyaman tas rotan selesai, proses berikutnya berupa pengecatan. Jenis pengecatan sesuai kebutuhan, bisa dengan warna cerah, lembut, atau natural. Ada cat khusus untuk rotan, bukan yang biasa untuk tembok atau besi. Proses selanjutnya berupa penggosokan dan penjemuran. Berlanjut ke tahap berikutnya berupa pengecatan tahap kedua. Ini masih setengah jadi.

Pengecatan agar tas terlihat lebih menarik. Nantinya Panut akan memasarkan dengan berbagai cara. Saat awal Anggun Rotan berdiri, dia langsung mencoba mendekati dinas terkait, dahulu namanya dinas perindustrian, perdagangan, dan koperasi (disperindagkop). Panut menganggap dinas sebagai bapak para pengusaha.

“Minta bantuan disperindagkop waktu itu, gimana caranya usaha saya bisa jalan. Saya minta bantuan dari dukungan pembinaan, pameran, manajemen, dan lainnya,” kata Panut.

Alhasil, dinas memberikan ruang Anggun Rotan untuk pameran pertama kalinya di Kompleks Kraton Jogja tahun 2002. Ternyata banyak pengunjung pameran yang tertarik dengan tas rotan. Tas rotan banyak yang membeli. Bahkan sembari menunggu pameran, Panut terus menganyam tas rotan yang belum selesai.

Di tahun-tahun awal, Anggun Rotan bisa memproduksi puluhan tas. Jumlah yang terus bertambah seiring berjalannya waktu, dengan banyak inovasi bentuk tas dan juga pemasarannya. Pameran menjadi salah satu garda terdepan Anggun Rotan dalam memasarkan produknya.

Melalui salah satu pembeli produknya, Panut mendapat informasi peluang menjadi mitra Pertamina. Setelah mencari berbagai informasi terkait, dia mengajukan pinjaman dan menjadi mitra Pertamina dalam mengembangkan usahanya. Di samping mendapatkan bantuan modal, Anggun Rotan juga diajak Pertamina pameran di dalam maupun luar negeri.

“Tentu bantuan pendanaan itu penting, tapi manfaat yang lebih besar berupa pembinaan dan pameran. Pertamina mengajak pameran baik di dalam maupun luar negeri. Itu jauh lebih penting,” kata Panut.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, mengatakan Pertamina berkomitmen membantu usaha kecil menengah (UKM) untuk mengembangkan usahanya. Anggun Rotan menjadi salah satu contoh yang mendapatkan pendanaan. Nilainya bertahap, dari Rp40 juta hingga Rp100 juta.

Sejak 2023, model pemberian bantuan pendanaan UKM berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila sebelumnya Pertamina yang langsung turun tangan, sejak 2023 proses dari pengajuan, survei, sampai evaluasi diserahkan kepada lembaga finansial, dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia (BRI).

“[Setelah mendapat pendanaan] omzet Anggun Rotan meningkat dari Rp40juta menjadi 90 juta,” kata Brasto, beberapa waktu lalu. “Kami juga mengajak Anggun Rotan pameran di Semarang, kami juga ikutkan dan mereka telah berkiprah di Inggris dan Aljazair. Mitra binaan kami bisa laku di pasar domestik dan internasional termasuk sebuah kebanggaan juga.”

Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan BRI menjadi bank penyalur dana corporate social responsibility (CSR) dari BUMN dengan Program PUMK (pendanaan usaha mikro kecil). BRI mendapat tanggung jawab untuk mengelola dana CSR dari BUMN atau anak usaha BUMN. Harapannya, kerjasama Program PUMK ini bisa menciptakan nilai tambah atas pengelolaan program, dengan tetap menjaga tujuan untuk meningkatkan kemampuan bisnis UMK.

Di BRI Regional Office (RO) Jogja yang mencakup wilayah DIY dan sebagian Jawa Tengah, terdapat 29 kantor cabang BRI yang menyalurkan kredit PUMK. “Total BRI Unit penyalur PUMK sebanyak 348 BRI Unit, yang tersebar di seluruh wilayah kerja BRI RO Jogja. BUMN yang terlibat dalam penyaluran PUMK di RO Jogja sebanyak 36 BUMN. Total penyaluran kredit PUMK di tahun 2023 sebanyak Rp127,47 miliar dengan total 4.481 debitur. Permohonan kredit PUMK secara umum sama seperti pengajuan kredit pada umumnya,” kata Sarjono, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024).

Berdayakan Masyarakat Sekitar

Selayaknya usaha, ada masa penjualan naik dan turun. Namun tantangan terbesar Anggun Rotan terjadi saat gempa Bantul tahun 2006 dan Covid-19 sekitar 2020. Kedua bencana itu berakibat pada vakumnya produksi Anggun Rotan. Saat Covid-19, hampir enam bulan tidak ada produksi tas maupun keranjang rotan sama sekali.

“Sempat jualan soto juga di rumah karena pandemi Covid-19,” kata Panut. “Untungnya perlahan bisa bangkit dan berjalan lagi, meski belum sebesar seperti sebelumnya.”

Gempa Bantul dan juga Covid-19 juga berdampak pada perekonomian warga di sekitar rumah produksi Anggun Rotan. Salah satunya Widodo, penyandang tuna daksa. Usaha ikan emasnya tidak begitu berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Ditambah lagi dampak pandemi.

Agar tetap bisa produktif, laki-laki berusia 45 tahun ini menawarkan jasanya ke Panut, untuk bantu-bantu membuat kerajinan rotan. “Minta belajar nganyam rotan. Proses belajar sekitar sebulan. Sekarang udah setahun jadi pengrajin tas rotan, sehari bisa dapet lima tas,” kata Widodo yang rumahnya hanya berjarak 300 meter dari Anggun Rotan.

Lantaran Widodo memiliki keterbatasan dalam berjalan, tas rotan hasil produksinya diambil oleh karyawan Anggun Rotan yang lainnya. Sehingga dia bisa fokus dalam membuat tas, tanpa harus sering-sering keluar rumah. Pekerja seperti Widodo yang membantu Anggun Rotan tersebar di beberapa titik.

Menjadi Anggun

Selama proses menganyam rotan sampai pengecatan, bagian produksi lain mengerjakan aksesoris. Aksesoris berupa menjahit furing (lapisan kain), kancing, selempang, dan lainnya. Sehingga saat bagian rotan selesai, estimasi pengerjaan aksesoris juga selesai. Maka proses penggabungan bagian rotan dan aksesoris bisa bersamaan.

Satu tas bisa selesai dalam waktu dua hari, dengan asumsi cuaca panas untuk proses penjemuran. Dalam kondisi normal, tas rotan bisa bertahan untuk pemakaian 10 tahun. Apabila sering terkena air, pemakaian bisa untuk lima tahun. Namun bukan berarti tas rotan tidak anti air. Dampak air hanya berpengaruh pada masa pemakaian saja.

Saat ini, dalam sebulan Anggun Rotan bisa memproduksi hingga 1.500 tas. Jumah karyawan 25 orang. Harga tas mulai Rp125.000 sampai Rp400.000. “Kami juga ekspor ke Amerika, Jepang, dan Iran. Produk dengan bahan rotan masih jarang di berbagai negara, cuma ada di Indonesia dan Vietnam,” kata Panut. “Banyak peminatnya, karena lebih ramah lingkungan dan ada nilai seninya. Semoga yang memakai tas rotan, nantinya jadi semakin anggun, seperti nama usahanya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Beli Tiket Kereta Bandara YIA Bisa via Online, Begini Caranya

Jogja
| Selasa, 30 April 2024, 01:37 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement